Zaha Hadid: Muslimah yang Menjadi Salah Satu Arsitek Terbesar di Era Kontemporer (3)

in Arsitektur

Last updated on October 20th, 2019 10:36 am

Ketika ditanya mengenai kompleksitas sudut banguan yang buatnya, Hadid menjawab, “bahwa ada 360 derajat, dan dia tidak melihat alasan untuk membatasi (imajinasinya) dengan hanya satu sudut saja.”

Setelah bekerja beberapa tahun di perusahaan arsitektur milik Rem Koolhaas, tahun 1980 Zaha Hadid mulai memberanikan diri membuka kantornya sendiri. Keuntungannya, Hadid bebas mengeksplorasi imajinasinya seluas mungkin. Dimana hal itu sulit dilakukan ketika dia berada di dalam perusahaan orang lain. Tapi kelemahannya, karena ide-idenya terbilang radikal, desain arsitektur yang dibuatnya kerap mendapat penolakan dari klien.[1]

Meksi begitu, sejumlah ide arsitektur yang dibuatnya kerap diterbitkan di beberapa majalah arsitektur atau dipamerkan di galeri. Untuk menguji pemikirannya yang progresif, Hadid mengajar di Asosiasi arsitektur. Dengan cara mengajar dan berkumpul bersama para ilmuwan, desain arsitektur Hadid yang radikal dan kaya imajinasi itu, bisa diuji dan terukur secara ilmiah.[2]  

Di samping itu, Zaha Hadid juga mulai mengikuti sejumlah kompetisi desain arsitektur. Beberapa diantaranya berorientasi penelitian dan sebagian lainnya memang dimaksud untuk tender konstruksi.  Pernah desainnya untuk The Peak, sebuah klub olahraga yang bentuknya menonjol keluar secara horizontal dari salah satu lereng gunung yang mengelilingi kota Hong Kong, memenangkan hadiah utama dalam kompetisi. Tetapi sayangnya, karena satu dan lain alasan, bangunan itu tidak pernah dibangun.[3]

Meski belum pernah terwujud dalam bentuk bangunan, desain arsitektur Zaha Hadid yang dipamerkan dalam kompetisi yang diikutinya ternyata mendapat sambutan luas di kalangan arsitek. Bahkan ketika dia menjadi terkenal di kemudia hari, situs web-nya yang berisi desain arsitektur masih terus menginspirasi dan mendapat sejumlah penghargaan.[4]

Pada awal dekad 90-an, Zaha Hadid mulai mendapat kepercayaan untuk membangun sejumlah proyek-proyek minor, termasuk satu untuk interior Moonsoon Restaurant di Sapporo, Jepang. Kemudian pada tahun 1993, untuk pertama kalinya, desain arsitektur yang dibuat Hadid mendapat kesempatan mewujud dalam sebuah konstruksi yang utuh. Yaitu, sebuah stasiun pemadam kebaran Vitra yang dirancang di dalam komplek pabrik Vitra Furniture Company di Weil am Rhein, Jerman.[5]

Bangunan ini memiliki banyak sudut tidak teratur dan terkesan keluar dari pakem yang umum dibuat, tapi bagi sebagian kalangan, terwujudnya bangunan ini mendapat sambutan yang luas. Sebab baru inilah untuk pertama kali, konsep arsitektur Hadid yang penuh imajinasi dan radikal bisa dilihat secara fungsional.

Stasiun pemadam kebaran Vitra dibangun selama tahun 1993 sampai 1994. Dan ketika ditanya mengenai kompleksitas sudut banguan yang buatnya, Hadid menjawab, “bahwa ada 360 derajat, dan dia tidak melihat alasan untuk membatasi (imajinasinya) dengan hanya satu sudut saja.”[6]

Tampak dari depan, Stasiun pemadam kebaran Vitra di Weil am Rhein, Jerman. Sumber gambar: https://www.zaha-hadid.com
Tampak dari belakang, Stasiun pemadam kebaran Vitra di Weil am Rhein, Jerman. Sumber gambar: https://www.zaha-hadid.com
Tampak dari samping, Stasiun pemadam kebaran Vitra di Weil am Rhein, Jerman. Sumber gambar: https://www.archdaily.com
Tampak dari angle berbeda, Stasiun pemadam kebaran Vitra di Weil am Rhein, Jerman. Sumber gambar: https://www.archdaily.com
Bagian interior, Stasiun pemadam kebaran Vitra di Weil am Rhein, Jerman. Sumber gambar: https://www.archdaily.com
Bagian interior, Stasiun pemadam kebaran Vitra di Weil am Rhein, Jerman. Sumber gambar: https://www.archdaily.com
Bagian interior, Stasiun pemadam kebaran Vitra di Weil am Rhein, Jerman. Sumber gambar: https://www.archdaily.com
Bagian interior, Stasiun pemadam kebaran Vitra di Weil am Rhein, Jerman. Sumber gambar: https://www.archdaily.com

Kemudian pada tahun 1994, Zaha Hadid tampaknya berada di ambang terobosan. Desainnya untuk Gedung Opera Cardiff Bay yang baru di kawasan Wales Inggris terpilih untuk dikonstruksi. Oleh awak media kala itu, desain Hadid dinamai Crystal Necklace (kalung kristal). Sebab desain tersebut memiliki auditorium yang dikelilingi oleh ruang kaca. Dari tempat itu akan terlihat pemandangan Teluk Cardiff yang berada di dekatnya. Desain Hadid pun mendapat sambutan luas di media massa dan masyarakat.

Hanya saja, pada masa itu Pangeran Charles sedang dalam upaya mengkampanyekan secara luas arsitektur neo-tradisional di Inggris. Panitia penyenggara meminta Hadid untuk merevisi desainnya, karena dinilai terlalu futuristik dan radikal.  Panitia pun menyelenggarakan kembali kompetisi desain untuk Gedung Opera Cardiff Bay.

Zaha Hadid ketika mempresentasikan desain the Cardiff Bay Opera House tahun 1994. Seumber gambar: www.itv.com

Tidak main-main, kompetisi ini digelar secara internaisonal. Terdapat setidaknya 268 peserta yang ikut bersaing dalam kompetisi desain tersebut. Dan di antaranya adalah nama-nama besar dalam dunia arsitektur, seperti: Itsuko Hasegawa, Mario Botta, Rem Koolhaas, Rafael Moneo, Manfredi Nicoletti, Pietro Marcozzi Architect, Rusli Associates, Werner Seligmann & Associates, Percy Thomas Partnership and Greg Lynn FORM.[7]

Desain the Cardiff Bay Opera House karya Zaha Hadid. Sumber gambar: www.thedailybeast.com
Model transparan dari desain the Cardiff Bay Opera House karya Zaha Hadid. Sumber: Flickr.com

Tapi lagi-lagi, karya Zaha Hadid kembali dinobatkan sebagai pemenang dalam kompetisi tersebut dan berhak mendapat pembiayaan untuk mulai dikonstruksi. Tapi karena satu dan lain alasan, penyandang dana proyek, Britain’s National Lottery, akhirnya menarik komitmennya dengan alasan terlalu beresiko. Keputusan ini mendapat tentangan dari sejumlah pihak. Tapi pemerintah setempat dan penyandang dana tetap tidak mau mengeluarkan koceknya. Sehinga desain Hadid tersebut tidak berhasil dibangun.[8]

Mendapat perlakukan seperti itu, Zaha Hadid merasa hancur. “Itu adalah waktu yang sangat menyedihkan,” kenangnya kepada Rowan Moore dari London Evening Standard. “Aku mungkin tidak terlihat sangat tertekan tapi itu benar-benar mengerikan. Aku membuat keputusan sadar untuk tidak berhenti, tetapi bisa saja sebaliknya.”[9] (AL)

Bersambung…

Sebelumnya:

Catatan kaki:


[1] Lihat, Zaha Hadid Biography, https://www.notablebiographies.com/supp/Supplement-Fl-Ka/Hadid-Zaha.html#ixzz61k8PX0CB, diakses 6 Oktober 2019

[2] Ibid

[3] Ibid

[4] Ibid

[5] Lihat, AD Classics: Vitra Fire Station/ Zaha Hadid, https://www.archdaily.com/785760/ad-classics-vitra-fire-station-zaha-hadid-weil-am-rhein-germany, diakses 11 Oktober 2019

[6] Ibid

[7] Lihat, Cardiff Bay Opera House, https://www.notablebiographies.com/knowledge/Cardiff_Bay_Opera_House.html, diakses 11 Oktober 2019

[8] Ibid

[9] Lihat, Lihat, Zaha Hadid Biography, Op Cit

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*