Tanpa mengetahui bahwa mereka malaikat, putri Luth berkata kepada Luth, “Aku belum pernah melihat wajah yang lebih tampan daripada wajah mereka. Jangan biarkan umatmu menangkap dan memperkosa mereka.”
Mari kita lanjutkan kisah Nabi Luth. Setelah dari tempat Nabi Ibrahim, para malaikat bertolak ke kota Sodom, tempat di mana Luth dan umatnya berada. Mengenai apa yang terjadi di sana, Ibnu Abbas dan Murrah al-Hamdani, dan Ibnu Masud dan beberapa sahabat Nabi Muhammad SAW meriwayatkan:
Setelah para malaikat meninggalkan Ibrahim dan menuju ke kota Luth, mereka melakukan perjalanan selama setengah hari. Ketika mereka sampai di sungai Sodom, mereka bertemu putri Luth yang sedang mengambil air untuk keluarganya. Luth memiliki dua anak perempuan, yang paling tua bernama Ritha dan yang lebih muda bernama Ra’raba.
Mereka berkata kepadanya, “Wahai wanita! Apakah ada tempat persinggahan di sekitar sini?”
Dia berkata, “Ya, tapi tetaplah di tempatmu sekarang, dan jangan masuk ke kota sampai aku kembali kepada kalian.”
Dia takut dengan apa yang mungkin dilakukan umatnya terhadap mereka, jadi dia pergi ke ayahnya dan berkata, “Wahai ayahku! Beberapa pemuda menginginkanmu di gerbang kota. Aku belum pernah melihat wajah yang lebih tampan daripada wajah mereka. Jangan biarkan umatmu menangkap dan memperkosa mereka.”
Umatnya telah melarang Luth untuk menunjukkan keramahtamahan (merima tamu) kepada siapa pun; mereka pernah berkata kepadanya, “Serahkan mereka (para tamu) kepada kami. Kami akan memberikan keramahtamahanan kepada para pria.”
Jadi dia membawa mereka ke rumahnya secara diam-diam, dan tidak ada seorang pun kecuali keluarganya yang tahu mereka ada di sana. Namun istri Luth pergi untuk memberi tahu orang-orangnya, dengan mengatakan, “Di rumah Luth ada para pria yang belum pernah aku lihat seperti mereka, juga belum pernah aku melihat wajah yang begitu tampannya.”
Lalu orang-orang datang terburu-buru ke rumah Luth.
Ketika mereka datang kepadanya, Luth berkata, “Wahai orang-orang! Takutlah kepada Allah dan jangan memperhinakan para tamuku. Apakah tidak ada orang yang lurus di antara kalian? Inilah puteri-puteriku, mereka lebih suci bagimu (Q.S 11: 78),” – yaitu, lebih bermoral daripada apa yang mereka inginkan.
Mereka berkata, “Bukankah kami telah melarangmu untuk memberi keramahtamahan (menerima tamu) kepada laki-laki? Sesungguhnya engkau telah tahu bahwa kami tidak mempunyai keinginan terhadap puteri-puterimu; dan sesungguhnya engkau tentu mengetahui apa yang sebenarnya kami kehendaki (Q.S 11: 79).”
Ketika mereka tidak mau menerima apa pun yang dia tawarkan kepada mereka, dia berkata, “Seandainya aku ada mempunyai kekuatan (untuk menolakmu) atau kalau aku dapat berlindung kepada keluarga yang kuat [tentu aku lakukan] (Q.S 11: 80).”
Artinya dia berharap memiliki seseorang yang dapat membantunya melawan mereka, atau sebuah keluarga yang bersedia turun tangan menengahi mereka dan dia, supaya mereka tidak bisa mendapatkan apa yang mereka inginkan dari tamunya.[1]
Kelanjutan dari riwayat di atas diriwayatkan oleh Wahb bin Munabbih:
Luth berkata kepada mereka, “Seandainya aku ada mempunyai kekuatan (untuk menolakmu) atau kalau aku dapat berlindung kepada keluarga yang kuat (tentu aku lakukan).”
Dia menemukan utusan di sampingnya, berkata, “Sesungguhnya dukungan untukmu begitu besar!”
Ketika Luth telah kehilangan semua harapannya bahwa penduduk kota mau melakukan apapun yang dia minta kepada mereka dan (Luth) sudah tidak tahan lagi dengan situasi tersebut, para malaikat berkata, “Wahai Luth, sesungguhnya kami adalah utusan-utusan Tuhanmu, sekali-kali mereka tidak akan dapat mengganggumu, sebab itu pergilah dengan membawa keluarga dan pengikut-pengikutmu di akhir malam dan janganlah ada seorangpun di antara kalian yang tertinggal, kecuali isterimu. Sesungguhnya dia akan ditimpa azab yang menimpa mereka (Q.S 11: 81).”
Ketika Luth menyadari bahwa para tamunya adalah utusan Allah dan telah dikirim untuk menghancurkan umatnya, dia berkata, “Hancurkanlah mereka segera!”[2]
Dalam riwayat versi lainnya, Shimr bin Atiyyah berkata:
Luth telah membuat istrinya berjanji untuk tidak memberi tahu siapa pun tentang tamu rahasianya. Ketika Jibril dan yang bersamanya datang ke rumahnya, dan dia (istri Luth) melihat para pria dengan tampilan serupawan yang belum pernah dia lihat sebelumnya, dia bergegas kepada teman-temannya dan datang ke pertemuan untuk memberi tahu mereka begini dan begitu, bahwa (para tamu itu) sudah berada dalam cengkeramannya.
Mereka datang dengan tergesa-gesa, berjalan di antara langkah cepat dan berlari. Ketika mereka mencapai Luth, dia (Luth) mengatakan kepada mereka apa yang difirmankan Allah dalam kitab-Nya. Jibril berkata, “Wahai Luth, sesungguhnya kami adalah utusan-utusan Tuhanmu, sekali-kali mereka tidak akan dapat mengganggumu.”
Luth berkata, “Aku berada di dalam genggaman-Nya.”
Lalu Allah menghilangkan penglihatan mereka, dan mereka mulai merasa dikelilingi dinding karena mereka tidak bisa melihat.[3] (PH)
Bersambung ke:
Sebelumnya:
Catatan Kaki:
[1] Al-Tabari, Tarikh al-Rusul wa al-Muluk: Volume 2, diterjemahkan ke bahasa Inggris oleh William M. Brinner (State University of New York Press: New York, 1987), hlm 118-119.
[2] Ibid., hlm 119.
[3] Ibid., hlm 120.