Mozaik Peradaban Islam

Abdullah bin Saba dan Kejadongan Sebagian Ulama Islam (2): Mitos ‘Penciptaan’ Syiah

in Studi Islam

Riwayat tentang Abdullah bin Saba tidak dapat diterima secara ilmiah sebagai riwayat yang benar dan akurat untuk memahami munculnya mazhab dan akidah Syiah.

Foto: NUS

Oleh Profesor Syed Farid Alatas | Pengajar di  National University of Singapore

Abdullah bin Saba konon adalah seorang Yahudi yang masuk Islam pada masa pemerintahan Sayyidina Ali dan dengan sengaja menciptakan mazhab Syiah untuk memecah belah umat Islam saat itu.

Meskipun para akademisi, orientalis Barat, dan baik ulama Sunni maupun Syiah memiliki pandangan yang berbeda tentang Abdullah bin Saba, tapi kebanyakan dari mereka menganggap bahwa kisah penciptaan mazhab Syiah olehnya itu hanyalah mitos.

Riwayat tentang Abdullah bin Saba tidak dapat diterima secara ilmiah sebagai riwayat yang benar dan akurat untuk memahami munculnya mazhab dan akidah Syiah.

Selain itu, kisah Abdullah bin Saba tidak masuk akal. Bagaimana mungkin umat Islam yang pada masa itu hidup damai dan harmonis, dapat dibodoh-bodohi seorang individu—yaitu Abdullah bin Saba—yang baru muncul dan menciptakan suatu mazhab palsu. Ini semua dikatakan, dilakukan hanya melalui konspirasi seorang diri.

Sebagai ulama dan akademisi kita tidak boleh menerima semua kisah sebagai fakta sejarah. Jika tidak ingin menjadi sarjana dan akademisi yang berkualitas rendah, kita harus bisa mengambil pendekatan kritis. Menerima fakta, deskripsi, dan riwayat tanpa pendekatan kritis mungkin merupakan sikap dan tindakan jadong (jahat, bodoh, dan sombong). Apalagi jika penerimaan tersebut didasarkan pada niat buruk untuk mempersulit hidup kelompok tertentu.

Saya menemukan bahwa semakin banyak orang yang menggunakan istilah jadong untuk menggambarkan situasi sosial dan ekonomi-politik di Malaysia saat ini. Meskipun istilah jadong dicetuskan oleh Syed Hussein Alatas lebih dari lima belas tahun yang lalu, itu masih belum tersebar luas di masyarakat kita.

Ke-jadong-an memang suatu perwujudan yang ada dalam masyarakat kita, namun pemahaman atau konsep yang menggambarkan kenyataan tersebut belum sepenuhnya dipahami. Tulisan ini merupakan upaya awal saya untuk berkontribusi dalam pembentukan konsep (concept formation) jadong.

Definisi utuh jadong adalah jahat sekaligus tidak cukup atau sulit memahami, dan pada saat yang sama, begitu sombong dan jemawa sehingga enggan untuk mengakui kebodohannya.

Seseorang yang ber-jadong tetapi tidak memiliki kekuasaan mungkin tidak akan memiliki efek yang terlalu buruk bagi masyarakat. Yang berbahaya bagi masyarakat adalah ketika institusi-institusi politik, ekonomi, dan agama dikuasai oleh para pe-jadong.

Dalam situasi seperti ini, kemungkinan besar rakyat akan di-jadong-i oleh pemimpin-pemimpin semacam itu. Men-jadong-i masyarakat atau melakukan kejahatan terhadap mereka artinya melakukan kejahatan dengan sikap dan tindakan yang bodoh; bahkan kebodohan itu tidak disadari oleh para pemimpin karena kesombongan mereka.

Pe-jadong, Ke-jadong-an, dan Di-jadong-kan

Misalnya, ada seorang politisi yang menganggap kelompok Muslim tertentu sesat. Jika pendapat itu salah tapi didasari dengan ikhlas tanpa niat jahat, dia bisa disebut bodoh, tapi tidak bisa disebut pe-jadong.

Jika dia mengungkapkan pendapatnya itu dengan maksud untuk melenyapkan kelompok itu, dan begitu sombong sehingga tidak mempertimbangkan kemungkinan pendapatnya salah, tindakannya akan merugikan atau menyusahkan kelompok sasarannya. Kelompok tersebut bisa dikatakan telah di-jadong-i, atau dengan kata lain, menjadi mangsa dari ke-jadong-an.

Suatu masyarakat yang dikuasai pe-jadong pada akhirnya akan di-jadong-i, dibuat jadong. Misalnya, sistem pendidikan agama yang menyebarkan ajaran batil dan tidak benar cepat atau lambat akan men-jadong-i masyarakat, yaitu mempertahankan status quo ke-jadong-an dalam masyarakat itu. Artinya, kita perlu memperhatikan pen-jadong-an atau proses, cara, dan tindakan yang men-jadong-kan seseorang atau suatu kelompok masyarakat.

Hal yang paling rumit dipahami oleh rakyat yang ingin bebas dari ke-jadong-an adalah kenyataan bahwa para politisi dan agamawan yang paling jadong pun masih dipuja-puja dan didukung oleh kelompok tertentu. Semoga pemahaman tentang jadong ini dapat menyebar luas di masyarakat kita dan jumlah para pe-jadong di antara kita berkurang. (PH)

Selesai.

Sebelumnya:

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*