Mozaik Peradaban Islam

Ammar bin Yasir (3): Sumayyah binti Khayyat, Syuhada Islam Pertama

in Tokoh

Last updated on February 15th, 2020 02:26 pm

Abu Jahal melakukan tindakan yang mengerikan di padang pasir Makkah kepada Sumayyah, sehingga dia menjadi orang yang mati syahid untuk pertama kalinya dalam Islam.

Foto ilustrasi: Lukisan karya Adolf Christian Schreyer. Sumber: Oceans Bridge

Demikianlah, setelah Kaum Quraisy melancarkan strategi baru untuk membendung penyebaran Islam, mereka menyasar golongan orang-orang yang lemah dari umat Islam. Keluarga Yasir termasuk golongan ini. Bani Makhzum menggelandang Yasir, Sumayyah, dan Ammar ke padang pasir Makkah yang sangat panas, lalu dideranya lah mereka dengan berbagai macam siksaan.[1]

Tindakan ini bukan hanya dilakukan sekali waktu, namun setiap hari. Rasulullah SAW, yang pada waktu itu masih belum memiliki daya dan upaya untuk menolong mereka, hanya bisa mengunjungi ke tempat-tempat keluarga ini disiksa. Hati beliau hancur menyaksikan mereka disiksa.[2]

Pada suatu hari, Rasulullah mengunjungi mereka kembali. Mereka sedang disiksa, dipaksa untuk berbaring di atas pasir yang membara, serta dipukuli habis-habisan. Ammar beberapa kali dihempaskan ke atas bara api. Rasulullah sangat tersentuh atas kekejaman yang ditimpakan terhadap Ammar dan keluarganya. Beliau selalu menghibur mereka dan mengangkat tangannya dalam doa dan berkata, “Sabarlah, kalian sesungguhnya akan menemukan tempat tinggal kalian di Surga.”[3]

Dalam riwayat lain, sebagaimana disampaikan oleh Jabir bin Abdullah, disebutkan bahwa Rasulullah dalam kesempatan itu berkata, “Wahai keluarga Yasir! Dengarkanlah kabar gembira ini, bahwa tempat tinggal yang dijanjikan untuk kalian adalah Jannah.”[4]

Dalam riwayat lainnya, Utsman bin Affan mengisahkan, bahwa suatu waktu dia sedang berjalan bersama Rasulullah di Bathaa (daerah berbatu di Makkah), lalu mereka melihat Ammar dan orang tuanya disiksa di bawah sinar matahari untuk membuat mereka meninggalkan Islam.

Ayahanda Ammar (Yasir) menangis, “Wahai Rasulullaah! (Penyiksaan) ini telah berlangsung selamanya.”

Rasulullah berkata, “Bersabarlah, wahai keluarga Yasir. Ya Allah! Ampunilah keluarga Yasir, yang mana tentunya sudah Engkau kabulkan.”[5]

Yasir, dilaporkan akhirnya meninggal karena penyiksaan yang terus menerus.[6] Lalu bagaimana dengan Sumayyah binti Khayyat (Ibunda Ammar)? Sejarawan Khalid Muhammad Khalid bahkan tidak sampai hati untuk mengisahkan secara gamblang apa yang terjadi kepadanya.

Khalid Muhammad Khalid berkata, “Penderitaan dan pengalaman Sumayyah dari siksaaan ini amat ngeri dan menakutkan, tetapi tidak akan kami paparkan panjang lebar sekarang ini….

“Cukuplah kita sebutkan sekarang tanpa berlebih-lebihan bahwa syahidah Sumayyah telah menunjukkan sikap dan pendirian tangguh, yang dari awal hingga akhirnya telah membuktikan kepada kemanusiaan suatu kemuliaan yang tak pernah terhapus, dan kehormatan yang pamornya tak pernah luntur.

“Suatu sikap yang telah menjadikannya seorang bunda kandung bagi orang-orang Mumin di setiap zaman, dan bagi para budiman sepanjang masa.”[7]

Namun dalam riwayat lainnya, kami menemukan gambaran yang cukup jelas tentang yang terjadi terhadap Sumayyah, dan juga Abdullah (saudara laki-laki Ammar). Dihyah bin Khalifah Al-Kalbi meriwayatkan, bahwa Abdullah bin Yasir juga disiksa (bersama saudara lelakinya, Ammar, dan kedua orang tuanya).

Riwayat itu juga menambahkan, bahwa Sumayyah mati syahid ketika Abu Jahal menusukkan tombaknya ke bagian paling pribadi dari tubuhnya. Yasir syahid dalam penyiksaan dan (putranya) Abdullah jatuh (mati) ketika sebuah panah ditembakkan kepadanya.[8]

Selain itu, Mujahid bin Jabir juga meriwayatkan, “Syuhada pertama adalah Sumayyah, ibunda Ammar, yang mati syahid pada masa awal Islam saat Abu Jahal menusukkan tombaknya ke bagian paling pribadi dari tubuhnya.”[9]

Khalid Muhammad Khalid menyatakan bahwa pengorbanan yang dilakukan oleh Ammar dan keluarganya dilukiskan dalam Alquran, dan bukan hanya dalam satu atau dua ayat. Berikut ini beberapa ayatnya:

“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?” (Surat Al-Ankabut Ayat 2)

 “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad diantaramu dan belum nyata orang-orang yang sabar.” (Surat Ali Imran Ayat 142)

“Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (Surat Al-Ankabut Ayat 3)

“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan dibiarkan, sedang Allah belum mengetahui (dalam kenyataan) orang-orang yang berjihad di antara kamu dan tidak mengambil menjadi teman yang setia selain Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Surat At-Taubah Ayat 16)

“Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam keadaan kamu sekarang ini, sehingga Dia menyisihkan yang buruk (munafik) dari yang baik (mukmin).” (Surat Ali Imran Ayat 179)

“Dan apa yang menimpa kamu pada hari bertemunya dua pasukan, maka (kekalahan) itu adalah dengan izin (takdir) Allah, dan agar Allah mengetahui siapa orang-orang yang beriman.” (Surat Ali Imran Ayat 166)[10] (PH)

Bersambung ke:

Sebelumnya:

Catatan Kaki:


[1] Khalid Muhammad Khalid, Karakteristik Perihidup 60 Sahabat Rasulullah, diterjemahan ke bahasa Indonesia oleh Mahyuddin Syaf, dkk (CV Penerbit Diponegoro: Bandung, 2001), hlm 246.

[2] Ibid., hlm 249.

[3] Saifur Rahman Al-Mubarakfuri, Ar-Raheeq Al-Makhtum (The Sealed Nectar): Biography of the Prophet (Darussalam: 2002), E-book version, chapter The Second Phase: Open Preaching.

[4] Ibn Hajar al-Haitami (Vol 9, hlm 293), meriwayatkan dari Tabrani, Hakim, Baihaqi, dan Ibnu Asakir, dikutip dalam Hazrat Maulana Muhammad Yusuf Kandehelvi, The Lives of The Sahabah (Vol.1), diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Mufti Afzal Hossen Elias (Zamzam Publisher: Karachi, 2004) hlm 301.

[5] Diriwayatkan oleh Ibnu Asakir, Ahmad, Baihaqi, Baghawi, Uqaili, Ibnu Mandah, Abu Nuaim, dan lainnya dalam Ali bin Abdul Malik al-Hindi, Kanzul Ummal (Vol 7, hlm 72), dikutip kembali dalam Hazrat Maulana Muhammad Yusuf Kandehelvi, Ibid.

[6] Saifur Rahman Al-Mubarakfuri, Loc.Cit.

[7] Khalid Muhammad Khalid, Op.Cit., hlm 246-247.

[8] Ibnu Hajar al-Asqalani, Al-Ishabah fi Tamyiz ash-Shahabah (Vol 3, hlm 647), dalam Hazrat Maulana Muhammad Yusuf Kandehelvi, Ibid.

[9] Ibnu Katsir, Al-Bidayah wan Nihayah (Vol 3, hlm 59), dikutip kembali dalam Hazrat Maulana Muhammad Yusuf Kandehelvi, Op.Cit., hlm 301-302.

[10] Khalid Muhammad Khalid, Op.Cit., hlm 247-248.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*