Mozaik Peradaban Islam

Bangsa Mongol dan Dunia Islam (16): Menyerang Tatar

in Sejarah

Last updated on March 13th, 2019 12:58 pm


Suku Tatar adalah suku terkaya dibanding suku manapun di Mongolia. Ketika Temujin menyerang mereka dan menang, bangsa Mongol yang compang-camping begitu terkejut melihat anak-anak Tatar yang pakaiannya berhiaskan emas dan perak.

Pada tahun 1195, usia Temujin telah mencapai 33 tahun, dan persaingannya dengan Jamuka masih belum terselesaikan. Namun pada tahun itu sebuah peluang tidak terduga muncul, yakni rencana penyerangan suku Tatar. Untuk menyegarkan ingatan pembaca, penulis akan mendeskripsikan kembali situasi dan peta politik yang ada pada waktu itu.

Wilayah padang rumput Mongolia hari ini, sebelum mempunyai nama Mongolia, dulunya berada di bawah pemerintahan tiga suku besar. Wilayah tengah dikuasai oleh suku Kereyid dengan pemimpin mereka Ong Khan, baik Temujin maupun Jamuka mengabdi kepada suku ini; wilayah barat dikuasai oleh suku Naiman dengan pemimpin mereka Tayang Khan; dan wilayah timur dikuasai oleh suku Tatar dengan pemimpin mereka Altan Khan. Berbeda dengan suku lainnya, Tatar sebenarnya tunduk kepada Dinasti Jurchen Jin dari China Utara.

Dinasti Jurchen Jin di Cathay, di selatan Gobi, pada waktu itu telah memiliki peradaban yang lebih tinggi dibanding penduduk padang rumput Mongolia. Namun penguasa mereka, seringkali ikut campur dalam kancah perpolitikan masyarakat padang rumput supaya mereka tetap terpecah belah. Berbagai cara dilakukan oleh dinasti ini agar suku-suku di padang rumput terus berperang satu sama lain, dengan demikian mereka tidak berkembang menjadi terlalu kuat sehingga tidak menjadi ancaman.

Meskipun secara tradisional suku Tatar merupakan sekutu Dinasti Jurchen Jin, namun orang-orang Tatar kini telah berkembang menjadi terlampau kuat, dan Jurchen Jin menjadi khawatir karenanya. Untuk mengatasi kemungkinan pembangkangan Tatar, orang-orang Jurchen Jin kemudian menghasut Ong Khan untuk mengumpulkan pasukan dan menyerang mereka. Ong Khan lalu menunjuk Temujin untuk tugas ini, dia diminta untuk berkolaborasi secepat mungkin dengan Golden Khan dari Jurchen Jin untuk bersama-sama menyerang dan menjarah suku Tatar.  

Pada musim dingin tahun 1196, Ong Khan dan Temujin dengan pengikut Mongolnya melakukan penyerangan melawan suku Tatar. Serangan mereka dilakukan dengan taktik yang biasa dilakukan oleh suku padang rumput, namun dalam skala yang lebih besar, untuk mendapatkan hasil yang cepat dan mudah. Setelah penyerangan, Temujin sangat terkesan dengan barang-barang rampasan mewah milik suku Tatar. Karena kedekatannya dengan Dinasti Jurchen Jin yang memiliki barang-barang manufaktur yang lebih canggih dari kekaisaran Cina, suku Tatar memiliki lebih banyak barang hasil dagang yang lebih baik dibanding suku mana pun di padang rumput Mongolia.[1]

Dokumen Sejarah Rahasia Bangsa Mongol menuliskan impresi khusus tentang barang-barang mewah orang Tatar. Di antaranya tentang buaian bayi yang diembos dengan perak dan ditutupi oleh selimut sutra yang disulam dengan benang emas dan mutiara; bahkan anak-anak Tatar yang tertangkap mengenakan pakaian satin berhias benang emas; dan dalam satu kasus, ditemukan seorang anak laki-laki yang mengenakan cincin emas di hidung dan setiap telinganya. Dilaporkan anak tersebut kemudian diangkat menjadi anak oleh Hoelun, Ibu Temujin, dan dia diberi nama Shigi-Khutukhu. Ketika pertama melihatnya Hoelun berkata, “Dia pasti anak dari seseorang yang berpangkat tinggi, tentunya dia adalah keturunan bangsawan.”[2] Bangsa Mongol yang compang-camping belum pernah melihat barang-barang mewah seperti itu, mereka sangat terkesan dengan hasil jarahan tersebut, apalagi seorang anak kecil yang mengenakannya.

Lukisan orang-orang Tatar dari abad ke-19, pelukis tidak diketahui.

Dalam peperangan kali ini Temujin melihat dengan jelas bagaimana Dinasti Jurchen Jin yang sangat kuat telah memanfaatkan suku-suku yang berada di dekat perbatasan mereka untuk berperang satu sama lain. Pada tahun sebelumnya mereka telah bersekutu dengan Tatar untuk melawan Kereyid, tetapi pada tahun berikutnya mereka bersekutu dengan Kereyid dan Mongol untuk melawan Tatar. Sekutu hari ini bisa menjadi musuh di masa depan, seperti dalam kasus Jamuka dan Temujin, dan sebuah suku yang ditaklukkan hari ini harus dapat ditaklukkan lagi dan lagi dalam siklus peperangan dan permusuhan yang tak henti-hentinya. Tidak ada kemenangan yang final dan tidak ada perdamaian yang abadi.

Pelajaran ini pada akhirnya akan memiliki efek mendalam pada dunia baru yang akan dibentuk oleh Temujin di tengah kekacauan seperti ini. Namun untuk sementara, perang ini telah menghasilkan barang-barang mewah yang belum pernah dia miliki sebelumnya. Harta benda tersebut akan dimanfaatkan oleh Temujin untuk kepentingan sukunya. Temujin menggunakannya untuk meningkatkan kemampuan ekonomi dan militernya. Para pengikutnya mengalami hal yang belum pernah terjadi sebelumnya, kini mereka telah mencapai kedudukan tinggi di antara orang-orang Mongol itu sendiri.[3]

Klan Jurkin

Temujin masih memiliki pekerjaan rumah di depannya dalam melawan Jamuka untuk menguasai seluruh bangsa Mongol. Kekayaan yang didapat dari Tatar menarik lebih banyak pengikut, dia sekarang mulai meningkatkan kekuasaannya terhadap garis keturunan Mongol lainnya dan memperluas kekuasaannya ke wilayah mereka. Temujin masih belum mampu untuk melawan suku-suku lain yang lebih besar, tetapi untuk klan kecil seperti Jurkin, itu lain persoalan.

Jurkin adalah klan kecil garis keturunan Mongol yang wilayahnya berada tepat di sebelah selatan perkemahan Temujin di sepanjang Sungai Kherlen. Sebelumnya ketika Temujin hendak melawan Tatar, dia meminta bantuan kepada kerabatnya di klan Jurkin, dan mereka menyatakan bersedia untuk membantu. Namun ketika Temujin telah siap pergi untuk berperang, dia menunggu Jurkin sampai enam hari lamanya, dan mereka tidak pernah datang. Sama seperti halnya dengan peristiwa Khuriltai, klan Jurkin tidak hadir, dengan demikian mereka telah memasang gestur ketidaksetujuan terhadap pengangkatan Temujin sebagai khan.[4]

Hubungan antara pengikut Jurkin dan Temujin telah tegang sebelumnya. Hampir semua orang Jurkin berasal dari garis keturunan yang mengungguli garis keturunan Temujin, dan oleh karenanya mereka sering mencemooh Temujin dan pengikutnya. Dan kini, di saat Temujin dan sebagian besar pengikutnya pergi berperang melawan Tatar, dia mendengar kabar bahwa Jurkin telah menyerang dan menjarah perkemahan Temujin di rumah.[5] (PH)

Bersambung ke:

Bangsa Mongol dan Dunia Islam (17): Klan Jurkin

Sebelumnya:

Bangsa Mongol dan Dunia Islam (15): Temujin Khan

Catatan Kaki:


[1] Jack Weatherford, Genghis Khan and the Making of the Modern World (Crown and Three Rivers Press, 2004, e-book version), Chapter 2.

[2] Igor de Rachewiltz, The Secret History of the Mongols: A Mongolian Epic Chronicle of the Thirteenth Century (Western Washington University, 2015), hlm 54-55.

[3] Jack Weatherford, Loc.Cit.

[4] Ibid.

[5] Igor de Rachewiltz, Ibid., hlm 55.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*