Mozaik Peradaban Islam

Bangsa Mongol dan Dunia Islam (21): Melamar Putri Ong Khan

in Sejarah

Last updated on March 5th, 2019 03:08 pm


Marco Polo dalam catatan sejarahnya menulis, Temujin meminta putri Ong Khan untuk dinikahkan. Ong Khan menjawab, “Kembalilah dan katakan kepadanya bahwa aku dengan segera lebih memilih melemparkan putriku ke dalam nyala api ketimbang mesti menyerahkannya kepadanya!”

Lukisan Marco Polo dari abad ke-18 yang sedang mengenakan pakaian orang Tatar. Photo:
Grevembrock

Semua orang menyadari bahwa Ong Khan sudah tua dan semakin mendekati akhir karirnya, tetapi tidak ada yang tahu pasti siapa yang akan mengambil alih posisinya. Setelah lebih dari 20 tahun berjuang, Temujin telah menguasai sebagian besar orang Mongol, tetapi dia belum menaklukkan Jamuka, saingannya. Ong Khan, meskipun secara umum berpihak pada Temujin, namun dia terus memanfaatkan perseteruan di antara dua khan bawahannya tersebut.

Pada tahun 1203, atau Tahun Babi dan satu tahun setelah kemenangan Tatar, Temujin mencoba mencari jalan keluar atas perseteruannya dengan Jamuka dengan cara meminta kepada Ong Khan agar anak perempuannya mau dinikahkan dengan anak laki-laki tertua Temujin, Jochi. Jika Ong Khan menerima pernikahan yang diusulkan, maka itu akan menjadi pengakuan bagi Temujin bahwa dia lebih difavoritkan dibandingkan dengan Jamuka.

Atas desakan dari Senggum, putra kandungnya, yang hanya memiliki sedikit bakat dan tidak memiliki kemampuan, Ong Khan dengan angkuh menolak pernikahan itu. Meskipun Temujin telah memiliki sejumlah besar pengikut yang sangat mencintainya karena dia telah berlaku adil dan tidak membeda-bedakan seseorang berdasarkan suku dan garis keturunan, namun bagi keluarga penguasa suku Kereyid yang merupakan keturunan aristokrat bangsawan, Temujin, tidak peduli seberapa bernilainya dia bagi mereka, tetaplah dianggap sebagai orang biasa karena tidak memiliki garis keturunan bangsawan.

Hampir seabad kemudian, Marco Polo, yang mempunyai versi tersendiri tentang kisah ini, karena menurut dia Genghis Khan sendiri yang ingin menikahi putri Ong Khan, bukan putranya Jochi, mencatat kata-kata Ong Khan berdasarkan apa yang dia dengar dari orang-orang Mongol. Ong Khan berkata, “Apakah Genghis Khan tidak malu meminta anak perempuanku dalam sebuah pernikahan? Apakah dia tidak tahu bahwa dia adalah pengikut dan budakku? Kembalilah dan katakan kepadanya bahwa aku dengan segera lebih memilih melemparkan putriku ke dalam nyala api ketimbang mesti menyerahkannya kepadanya sebagai istrinya!”

Namun manapun versi yang benar, Ong Khan pada akhirnya menyesali penolakannya yang terburu-buru dan menjadi takut akan bagaimana respon Temujin. Tanpa diragukan lagi, Temujin kini telah menjadi pemimpin militer terhebat di wilayah padang rumput, dan Ong Khan tahu bahwa dia tidak dapat mengambil risiko untuk melawan Temujin dalam peperangan. Sebagai gantinya, dia menyusun rencana dengan tidak menghadapinya secara frontal, tetapi melalui tipu daya. Ong Khan lalu mengirim pesan kepada Temujin, memberitahunya bahwa dia telah berubah pikiran dan akan menyambut pernikahan antara putrinya dengan putra Temujin. Dia menetapkan tanggal dan mengundang Temujin untuk datang bersama keluarganya untuk merayakan pernikahan.

Rupanya, Temujin mempercayai sang khan, yang telah menjadi ayah angkatnya selama lebih dari dua dekade. Dia kemudian berangkat dengan rombongan kecil tanpa pasukan besarnya menuju pertemuan yang ditentukan untuk menyelenggarakan pesta pernikahan. Pernikahan ini, jika berhasil terlaksana, bisa menjadi puncak karirnya dengan cara menyatukan semua orang yang sudah berada di bawah pemerintahannya dengan orang-orang Kereyid di bawah Ong Khan, dan pernikahan itu akan menempatkannya pada posisi terkuat untuk menggantikan Ong Khan sebagai penguasa padang rumput bagian tengah.

Lalu ketika sekitar satu hari perjalanan lagi menuju ke kediaman Ong Khan, Temujin mengetahui bahwa undangan pernikahan itu hanya merupakan tipu daya untuk menumpasnya. Ong Khan diam-diam telah menyiapkan pasukannya dan berniat untuk membunuh Temujin dan menghabisi keluarganya. Tepat pada saat dia menyangka akan mendapatkan kemenangan, Temujin mendapati bahwa bukan persatuan saja yang tidak akan terjadi, tetapi kini dia dan keluarganya, hidupnya juga terancam.

Dengan hanya sejumlah kecil prajurit dan jauh dari pusat pemerintahan di mana pasukan besarnya ada di sana, Temujin tidak dapat mengambil risiko untuk melakukan perlawanan terhadap Ong Khan. Sebagai gantinya, dia melakukan apa yang selalu dilakukan orang-orang padang rumput ketika menghadapi musuh yang jauh lebih banyak: Temujin memerintahkan kelompok kecilnya untuk menyebar dengan cepat ke segala arah, sementara dia sendiri dan beberapa orang melarikan diri dengan cepat ke timur sebelum pasukan Ong Khan menyadari bawah mereka telah lari dan memulai pengejaran.

Temujin sekarang menghadapi krisis yang akan menjadi ujian terbesar dalam hidupnya. Pelariannya kali ini sangat mirip dengan peristiwa yang terjadi lebih dari dua dekade sebelumnya, yaitu ketika Borte, istrinya, diculik dan dia melarikan diri dari orang-orang Merkid. Siklus saling menyerang antar suku di padang rumput yang dia impikan untuk berakhir seolah tidak berujung, terjadi lagi dan lagi. Terlepas dari semua perubahan besar yang telah dia lakukan, ternyata itu masih sangat kecil hasilnya, faktanya kini dia mengulang kembali melarikan diri dari mereka yang peringkat sosialnya lebih tinggi di atasnya dan secara politis jauh lebih kuat.

Dengan pemimpin mereka yang sedang melakukan pelarian, para pengikut Temujin yang tergabung dalam kelompok masyarakat “Orang-orang Dinding Kulit” menghadapi ancaman besar untuk pertama kalinya. Dapatkah mereka bertahan? Akankah orang-orang dari berbagai suku dan keluarga yang berbeda-beda tersebut dapat mempertahankan kesetiaan dan kepercayaan mereka kepada Temujin yang sekarang tidak diketahui keberadaannya? Akankah mereka melarikan diri kembali ke tanah asalnya atau dengan tergesa-gesa memilih untuk menyebrang ke pihak Ong Khan atau Jamuka? Peristiwa selanjutnya yang akan terjadi di kemudian hari akan menjadi sebuah legenda yang terus diceritakan secara turun-temurun di antara bangsa Mongol, yaitu ketika Temujin mendapat cobaan sekaligus kemenangan terbesar dalam hidupnya.[1] (PH)

Bersambung ke:

Bangsa Mongol dan Dunia Islam (22): Perjanjian Baljuna

Sebelumnya:

Bangsa Mongol dan Dunia Islam (20): Sang Pemersatu

Catatan Kaki:


[1] Jack Weatherford, Genghis Khan and the Making of the Modern World (Crown and Three Rivers Press, 2004, e-book version), Chapter 3.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*