Mozaik Peradaban Islam

Bangsa Mongol dan Dunia Islam (77): Misteri Kematian Genghis Khan (3)

in Sejarah

Last updated on October 18th, 2020 02:48 pm

Lima puluh orang pengiring pemakaman Genghis Khan dibunuh, dan pada gilirannya pasukan pembunuh itu dibunuh juga oleh pasukan pembunuh lainnya, sehingga kuburan sang Khan tersembunyi selamanya.

Foto ilustrasi: Cam Rea

Selain persoalan kronologi kejadian, ketidakjelasan lainnya adalah tentang waktu kematian Genghis Khan, baik dari sumber-sumber teks sejarah maupun berdasarkan penalaran para sejarawan pada masa berikutnya, dikatakan bahwa tanggal kematiannya berbeda-beda. Tanggal 16, 18, 25, dan 28 Agustus 1227 adalah waktu-waktu yang ditawarkan oleh mereka.

Tidak berhenti sampai di sini, pada tahap berikutnya kontroversi muncul kembali, yaitu tentang lokasi makam Genghis Khan yang bahkan sampai hari ini tidak diketahui. Jika kita meyakini apa yang dikatakan oleh Rashid al-Din, salah satu sejarawan Muslim pada abad ke-13, maka tampak jelas bahwa para elit Mongol mengabaikan keinginan terakhir sang Khan.

Dalam karyanya Rashid al-Din mengatakan bahwa suatu hari, tidak lama sebelum kematiannya, Genghis Khan pergi berburu ke sebuah tempat di Pegunungan Liu-pan. Di sana dia melihat sebuah pohon yang berdiri sendiri dan dia begitu menyukainya. Dia kemudian memberikan instruksi tegas terhadap orang-orang yang ikut bersamanya, mengatakan bahwa dia menginginkan dimakamkan di tempat itu.

Tetapi kemudian apa yang dilakukan oleh orang-orang Mongol tidak seperti yang diminta oleh Genghis Khan. Mereka malah membawa jasadnya kembali ke Gunung Burkhan Khaldun di Mongolia. Ada sebuah tradisi yang sangat kuat yang menyatakan bahwa jasadnya tidak pernah mencapai Mongolia, dan upacara pemakaman harus dilaksanakan secara tergesa-gesa di Pegunungan Muna di utara Ordos.

Iringan-iringan itu kemudian memanjatkan doa-doa mereka ke Surga, meminta agar proses pemakaman dapat dilaksanakan dan berjalan dengan lancar.

Karena panas yang begitu tinggi pada musim panas bulan Agustus, yang mana membuat pembusukan mayat menjadi lebih cepat, dan orang-orang Mongol juga tidak memiliki pengetahuan tentang teknik pengawetan mayat, maka kemungkinan besar inilah yang membuat Genghis Khan tidak dimakamkan di Mongolia, tetapi di atau di dekat Ordos.

Hal lainnya yang membuat misteri tentang lokasi makam Genghis Khan menjadi semakin menarik adalah karena adanya fakta bahwa harta benda peninggalan Genghis Khan, yakni hasil jarahan dari kota-kota di Persia dan China, tidak ditemukan. Dapat disimpulkan bahwa tampaknya benda-benda tersebut dikuburkan bersama dengan Genghis Khan.

Kemungkinan lainnya, meski bukan kepastian, adalah sebuah legenda yang masih diyakini oleh orang-orang Mongol, yaitu bahwa lima puluh orang yang mengiringi pemakaman, setelah upacara pemakaman selesai mereka dibawa ke tempat lain dan kemudian dieksekusi oleh pasukan pembunuh.

Dan pada gilirannya pasukan pembunuh itu kemudian dibunuh juga oleh pasukan pembunuh lainnya, sehingga tempat peristirahatan terakhir sang Khan akan selamanya tersembunyi. Hal ini memang tidak dapat dipastikan kebenarannya, tetapi paling tidak, pada praktek penguburan khan-khan Mongol yang selanjutnya, metode seperti ini memang dilakukan.

Namun, penutup yang paling mengerikan dari rangkaian episode pemakaman Genghis Khan bukanlah pembantaian terakhir yang dilakukan untuk menghormati kesakralan sosoknya, tetapi ketika para elit Mongol melestarikan fiksi yang menyatakan bahwa Khan Agung tersebut dimakamkan di Gunung Burkhan Khaldun, Mongolia.

Gunung tersebut kemudian dinyatakan sebagai tempat yang terlarang untuk dimasuki, dan mereka menugaskan pasukan untuk menjaganya. Dalam acara seremonial pengangkatan Ogodei sebagai khan baru, sebanyak 40 gadis bangsawan dikorbankan di sana untuk roh Genghis Khan. Bahkan setelah kematiannya sekali pun, Genghis Khan tetap “meminta” korban nyawa.[1]  

Sementara itu, sejarawan Jack Weatherford, berdasarkan sumber-sumbernya menawarkan versi yang lebih sejuk. Ketika kematian Genghis Khan tiba, istri Tatar-nya, Yesui, mempersiapkan jasadnya untuk dimakamkan dengan cara yang sederhana, agar sesuai dengan gaya hidup Genghis Khan.

Para petugas kemudian membersihkan jasadnya, memasangkan jubah putih polos, sepatu bot, dan topi, lalu membungkusnya dengan kain putih yang diisi dengan kayu cendana, kayu aromatik berharga yang dapat mengusir serangga, dan memasukkan ke dalam tubuhnya pewangi yang beraroma enak. Peti matinya lalu diikat dengan tiga utas tali yang terbuat dari emas.

Pada hari ketiga, iring-iringan pengantar berjalan menuju Mongolia dengan tubuh Khan Agung yang diletakkan di atas gerobak sederhana. Bendera roh Genghis Khan memimpin perjalanan di depan para pengiring, diikuti oleh seorang shaman wanita. Di belakang shaman, seekor kuda berjalan dengan tali kekang yang menjuntai dan pelana kosong milik Genghis Khan.[2] (PH)

Bersambung ke:

Sebelumnya:

Catatan kaki:


[1] Frank McLynn, Genghis Khan: His Conquests, His Empire, His Legacy (Da Capo press, 2015), hlm 378-379.

[2] Jack Weatherford, Genghis Khan and the Making of the Modern World (Crown and Three Rivers Press, 2004, e-book version), Chapter 5.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*