Mozaik Peradaban Islam

Bayt Al-Hikmah (6): Al-Kindi (4): Jiwa Manusia

in Monumental

Last updated on August 7th, 2021 02:08 pm

Tugas kita adalah untuk membersihkan jiwa dari noda yang melekat padanya dari tubuh, dan naik melalui alam surga, akhirnya ke dunia intelek di mana ia akan berada dalam terang Sang Pencipta.

Ilustrasi wajah Aristoteles. Foto: essay.ws

Al-Kindi memiliki dua karya yang dia dedikasikan untuk membahas ontologi jiwa manusia, yaitu Bahwa Ada Substansi Non-Material dan Wacana Tentang Jiwa. Kedua karya ini referensinya mengandalkan sumber dari teks Yunani yang masing-masing sangat berbeda isinya, dan begitu pula penyajian retorisnya. Namun, risalah yang dihasilkan dari kedua karya tersebut bisa jadi konsisten.

Bahwa Ada Substansi Non-Material

Substansi Non-Material adalah sebuah risalah yang merupakan aplikasi kreatif dari ide-ide Aristoteles tentang kategorisasi. Di dalamnya al-Kindi berargumen bahwa menurutnya jiwa manusia adalah substansi immaterial.

Al-Kindi menjabarkan tentang hal ini secara bertahap, pertama membuktikan bahwa jiwa adalah substansi, dan kemudian menunjukkan bahwa jiwa itu non-material. Dia menyampaikan argumennya bahwa jiwa adalah substansi dengan cara mendeskripsikan bab-bab pembukaan Kategori dari Aristoteles dan menyatakan bahwa esensi dari sesuatu berbagi nama dan definisi.[1]

Kategori sebenarnya bukan merupakan karya tersendiri, ia adalah bagian dari Organon karya Aristoteles. Di dalam Kategori Aristoteles menyebutkan semua kemungkinan jenis hal yang dapat menjadi subjek atau predikat proposisi. Hal ini mungkin mungkin satu-satunya yang paling banyak dibahas dari semua gagasan Aristoteles.[2]

Lebih lanjut al-Kindi menjelaskan, karena jiwa adalah esensi makhluk hidup, dan makhluk hidup adalah substansi, maka jiwa juga merupakan substansi. Lebih jauh, ini adalah substansi immaterial: karena jiwa adalah “bentuk intelektual dari makhluk hidup,” dan bentuk intelektual adalah spesies.

Namun spesies, menurut al-Kindi, adalah sesuatu yang non-material; oleh karena itu jiwa menjadi tidak berwujud. Di antara langkah-langkah problematis dalam rangkaian argumen ini adalah pengidentifikasian jiwa manusia dengan spesies manusia.

Ini tampaknya merupakan upaya al-Kindi untuk menyatukan gagasan tentang spesies, yang merupakan “substansi sekunder” dalam Kategori, dengan doktrin bentuk yang ditemukan dalam karya-karya Aristoteles lainnya seperti De Anima dan Metafisika.

Namun al-Kindi hanya menggabungkan keduanya, tanpa argumen lebih lanjut – dia tidak menjawab pertanyaan yang jelas tentang bagaimana bisa ada banyak jiwa manusia, yang semuanya identik dengan satu spesies manusia.[3]

Wacana Tentang Jiwa

Terlepas dari bagian pengantar dan penutup dalam Wacana Tentang Jiwa yang ditulis oleh al-Kindi, tampaknya pada bagian isinya seluruhnya merupakan kutipan-kutipan yang diduga berasal dari para otoritas intelektual Yunani – Plato, Pythagoras, dan Aristoteles – tentang sifat jiwa.

Sumber referensi sebenarnya yang digunakan dalam karya ini tidak jelas, meskipun ketika menggambarkan jiwa tripartit al-Kindi tampaknya menggunakan Republik karya Plato sebagai sumber utamanya.[4]

Republik adalah sebuah buku yang ditulis oleh Plato sekitar tahun 375 SM. Buku ini membahas tentang keadilan, tatanan dan karakter negara-kota yang adil, dan keadilan manusia. Oleh banyak pihak buku ini dianggap sebagai karta terbaik Plato, dan telah terbukti menjadi salah satu karya filsafat dan teori politik yang paling berpengaruh di dunia, baik secara intelektual maupun historis.[5]

Sementara itu pada bagian yang tampaknya berasal dari Aristoteles, al-Kindi menyampaikan sebuah dongeng tentang seorang raja Yunani. Namun dongeng ini – setidaknya pada masa kini – tidak ditemukan dalam karya-karya Aristoles yang masih terselamatkan.

Pesan utama dari Wacana Tentang Jiwa bersifat nasihat, asketis, dan bahkan visioner. Dia menulis: tugas kita adalah untuk membersihkan jiwa kita dari “noda” yang melekat padanya dari tubuh, dan naik melalui alam surga, akhirnya ke “dunia intelek” di mana ia akan berada dalam “terang Sang Pencipta.”

Jiwa yang dimaksud di sini tampaknya adalah jiwa rasional: bagian bawah jiwa tripartit Plato (bagian yang mudah marah dan nafsu berahi yang begitu besar) yang dideskripsikan sebagai mentalistas yang melekat di dalam tubuh.

Inti dari doksografi psikologis ini tidak berbeda dengan Substansi Non-Material: jiwa adalah “substansi sederhana”, terpisah dari tubuh. Memang hal ini disajikan sebagai pesan keseluruhan dari risalah dalam kata penutup al-Kindi.[6] (PH)

Bersambung ke:

Sebelumnya:

Catatan kaki:


[1] Stanford Encyclopedia of Philosophy, “al-Kindi”, dari laman https://plato.stanford.edu/entries/al-kindi/, diakses 26 Juli 2021.

[2] Robin Smith, “Logic”, dalam J. Barnes (ed), The Cambridge companion to Aristotle (Cambridge: Cambridge University Press, 1995), hlm 55.

[3] Stanford Encyclopedia of Philosophy, Loc.Cit.

[4] Ibid.

[5] Thomas Brickhouse dan Nicholas D. Smith, “Plato (427—347 B.C.E.)”, dari laman https://iep.utm.edu/plato/, diakses 6 Agustus 2021.

[6] Stanford Encyclopedia of Philosophy, Loc.Cit.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*