Mozaik Peradaban Islam

Beberapa Sosok Penting Tanpa Nama di Dalam Al Quran (6): Ashāba Al-Kahfi (1)

in Studi Islam

Last updated on June 2nd, 2018 07:31 am

“Atau kamu mengira bahwa orang-orang yang mendiami gua dan (yang mempunyai) raqim itu, mereka termasuk tanda-tanda kekuasaan Kami yang mengherankan?” (QS. Al-Kahfi: 9)

—Ο—

 

Salah satu kisah paling terkenal dalam Al Quran adalah kisah pemuda di dalam Goa atau Ashāba Al-Kahfi. Kisah ini dituturkan di hampir semua agama Samawi, bahkan di dunia Islam, kisah ini dituturkan untuk segala usia. Tapi menariknya, tidak ada yang bisa memastikan siapa saja mereka yang disebut sebagai Ashāba Al-Kahfi ini, bahkan jumlah merekapun, hanya Allah SWT yang tau pastinya. Allah SWT menceritakan kisah mereka cukup panjang dalam Al Quran, Surat Al-Kahfi ayat 9-26 (18 ayat).

Menurut M. Qurash Shihab, Surat Al Kahfi adalah salah satu surat yang juga sangat istimewa dalam Al Quran. Salah satunya, surat ini berada dipertengahan Al Quran, yakni akhir dari juz XV dan awal juz XVI. Dan yang juga tak kalah istimewanya, hampir seluruh isi surat ini berisi kisah luar biasa, dari sosok-sosok tanpa nama di dalam Al Quran. Pada awalnya terdapat kisah Ashāba Al-Kahfi, sesudahnya disebutkan kisah dua pemilik kebun, selanjutnya terdapat isyarat tentang kisah Adam as. dan iblis. Pada pertengahan surah, diuraikan kisah Nabi Musa as. dengan seorang hamba Allah yang saleh (Khidir), dan pada akhirnya adalah kisah Dzū al-Qarnayn.[1]

Sosok-sosok yang Allah SWT ceritakan dalam surat ini menjadi cerita besar bagi manusia, namun sangat misterius informasinya. Terkait hal ini, kiranya tepat apa yang Muhammad Iqabal katakan dalam Rekonstruksi Pemikiran Religius Dalam Islam, “Al Quran adalah sebuah kitab yang menekankan perbuatan daripada pemikiran.”[2] Allah SWT tidak menjelaskan rincian informasi mengenai identitas tokoh tersebut. Melainkan memaparkan secara menyeluruh sejumlah hikmah dan tanda-tanda Kebesaran-Nya dalam peristiwa-peristiwa yang dialami oleh sosok-sosok tersebut. Seraya Dia ingin mengatakan bahwa tidak penting identitas, waktu, tempat, nasab dan stigma masyarakat tentang mereka, yang terpenting sejauh apa kualitas iman, dan nilai perbuatan yang sudah mereka lakukan.

Kisah beberapa “pemuda anonym” yang dikenal dengan Ashāba Al-Kahfi (pemuda di dalam Goa), merupakan salah satu kisah yang paling memukau masyarakat pada masanya, dan mungkin juga hingga saat ini. Bayangkan, mereka dikatakan tertidur di dalam Goa selama ratusan tahun. Mereka melarikan diri demi mempertahankan imannya dari satu rezim yang kejam, hingga menemukan sebuah Goa. Di tempat tersebut, mereka berdoa, lalu tertidur. Setelah ratusan tahun mereka terbangun, dan mengira mereka hanya tidur sebentar saja. Siapapun tentu akan berdecak kagum akan pengalaman yang mereka jalani, dan menjadi peristiwa yang demikian menghebohkan. Tapi bagi Allah SWT, kisah mereka sebenarnya tidaklah luar biasa. Ketika mengawali kisah Ashāba Al-Kahfi, Allah SWT berfirman:

Atau kamu mengira bahwa orang-orang yang mendiami gua dan (yang mempunyai) raqim itu, mereka termasuk tanda-tanda kekuasaan Kami yang mengherankan? (QS. Al-Kahfi: 9)

Ketika menafsirkan ayat ini, M. Quraish Shihab, dalam Tafsir Al Misbah menjelaskan tentang begitu banyaknya tanda-tanda kekuasaan Allah SWT yang bersliweran di sekitar kita. Peristiwa yang dialami oleh Ashhab al-Kahf/para Penghuni Gua tidaklah lebih menakjubkan dari tanda-tanda kekuasaan Allah SWT yang lain. Hanya saja tanda-tanda yang lain telah seringkali kita saksikan, sehingga keajaiban dan kekaguman kita menjadi berkurang atau sirna.[3] Bahkan kebaradaan diri kita sendiri, dari sebelumnya tidak ada sama sekali, hingga menjadi seperti sekarang, merupakan tanda-tanda kebesaran Allah SWT yang sangat luar biasa. Munculnya keinginan manusia terhadap keajaiban-keajaiban kecil terjadi karena mereka senantiasa luput dari kesadaran akan tanda-tanda kebesaran Allah SWT yang demikian banyak ini.

Mengenai tafsir atas tanda kebesaran Allah SWT yang terdapat dalam ayat ini, M. Quraish Shibab mengutip pendapat Thahir Ibn ‘Asyur yang menilai ayat ini bagaikan berkata, “Apakah engkau menduga bahwa peristiwa yang dialami Ashāba Al-Kahfi merupakan kisah ajaib? Sungguh, yang lebih ajaib lagi adalah mematikan yang hidup setelah kehidupan mereka. Menidurkan adalah memelihara hidup diri seseorang, sedang mematikan manusia yang hidup berarti tidak ada lagi yang tersisa dari kehidupannya walaupun manusia itu banyak dan tersebar di mana-mana. Uraian ini, tulis Ibn ‘Asyur lebih lanjut, sebenarnya adalah sindiran kepada mereka yang bertanya karena ingin mengetahui keajaiban yang terjadi pada Ashāba Al-Kahfi, padahal yang bertanya itu lengah terhadap yang lebih aneh dan ajaib, yaitu tentang kematian semua makhluk dan kehancuran alam raya. Sekaligus ini merupakan tuntunan kepada mereka yang hanya memperhatikan sisi-sisi yang aneh pada satu kisah, tanpa mengambil pelajaran dari kisah-kisah itu.” Demikian lebih kurang Ibn ‘Asyur.[4]

Tapi bagaimanapun, tidak ada yang bisa mencegah mahluk yang bernama “rasa ingin tau manusia”. Terkait siapa pemuda-pemuda yang dimaksud, Al Quran menyebutkan dua buah isyarat, yaitu Goa, dan raqim. Kata ar-raqim berarti tulisan, yakni tulisan-tulisan yang memuat nama-nama para pemuda itu. Al-Biqa‘i memahaminya dalam arti desa atau gunung tempat mereka berada. Ada juga yang memahaminya sebagai nama anjing mereka. Perburuan manusia tentang informasi mengenai Goa tersebut sudah berlangsung sejak ratusan bahkan ribuan tahun yang lalu. Ini menunjukkan betapa bagi masyarakat, kisah ini demikian luar biasa. Dan oleh sebab itu pula, mereka akhirnya menanyakan kepada Rasulullah SAW terkait kisah luar biasa yang liputi oleh kegaiban ini. Penjelasan Beliau SAW yang demikian komprehensif mengenai hal-hal gaib ini, merupakan salah satu bukti kenabian Beliau SAW yang tak mungkin terbantahkan. (AL)

Bersambung…

Beberapa Sosok Penting Tanpa Nama di Dalam Al Quran (6): Ashāba Al-Kahfi (2)

Sebelumnya:

Beberapa Sosok Penting Tanpa Nama di Dalam Al Quran (5): Dzū al-Qarnayn (4)

Catatan kaki:

[1] Lihat, M. Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah; Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Quran, Volume 8, Jakarta, Lentera Hati, 2005, hal. 4

[2] Lihat, Muhammad Iqbal, Rekonstruksi Pemikiran Religius Dalam Islam, Bandung, Mizan, 2016, (Prakata Pengarang)

[3] Lihat, M. Quraish Shihab, Op Cit, hal. 14

[4] Ibid, hal. 15

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*