Mozaik Peradaban Islam

Beberapa Sosok Penting Tanpa Nama di Dalam Al Quran (8): Para Rasul dan Seorang Laki-Laki dalam Surat Yasin (2)

in Studi Islam

Last updated on July 22nd, 2018 06:29 am

“Dan datanglah dari ujung kota, seorang laki-laki berjalan bergegas-gegas. Dia berkata: “Hai kaumku ikutilah utusan-utusan itu. Ikutilah siapayang tidak meminta dari kamu imbalan; sedang mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Yasin: 20-21)

—Ο—

 

Kaum kafir yang didatangi oleh para utusan tersebut tidak hanya menolak risalah yang disampaikan, melainkan mengancam dan berusaha membunuh para utusan yang tidak mengharapkan upah dari mereka atas semua risalah yang sampaikan. Dalam surat Yasin: 18-19, Al Quran menceritakan jawaban mereka:

“Mereka menjawab: “Sesungguhnya kami bernasib sial karena kamu, sehingga jika kamu tidak berhenti, niscaya kami akan merajam kamu dan kamu pasti akan mendapat siksayang pedih dari kami. ”Mereka berkata: ‘Kesialan kamu itu adalah bersama kamu. Apakah jika kamu diberi peringatan, (kamu menuduh kami)? Sebenarnya kamu adalah kaum pelampau batas.”

Padahal sudah jelas bukti-bukti kebenaran datang kepada mereka. Allah SWT menggandakan berkali-kali keteranganNya pada kaum tersebut dengan mengirimkan utusan sebanyak tiga orang secara bergantian. Tapi pada akhirnya, pembangkangan mereka semakin jelas dan menjadi-jadi. Mereka bahkan menganggap semua keburukan yang ada di sekitar mereka berasal dari para rasul tersebut. Dan dengan alasan untuk menghilangkan kesialan tersebut, mereka merasa perlu menyingkirkan pada penyampai kebenaran dengan cara apapun. Hingga akhirnya Allah SWT mengirim orang terakhir, seorang laki-laki biasa, yang nyeru kepada kaumnya agar mengikuti para rasul tersebut. Dalam Surat Yasin 20-21, Al Quran menceritakan:

“Dan datanglah dari ujung kota, seorang laki-laki berjalan bergegas-gegas. Dia berkata: “Hai kaumku ikutilah utusan-utusan itu. Ikutilah siapayang tidak meminta dari kamu imbalan; sedang mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.”

Umumnya pada mufasir sepakat bahwa lelaki yang bergegas dari ujung kota tersebut bernama Habib. Ibn Kastir menyatakan: “Ibnu Ishaq dalam riwayatnya yang bersumber dari Ibnu Abbas, Ka’bul Ahbar, dan Wahb ibnu Munabbih telah mengatakan bahwa sesungguhnya penduduk negeri tersebut hampir saja membunuh utusan-utuan mereka, tetapi telanjur datang seorang laki-laki dari pinggiran kota yang datang berlari dengan cepat untuk menolong rasul-rasul itu dari ancaman kaumnya.Menurut mereka bertiga, lelaki tersebut bernama Habib, seorang tukang tenun dan sakit-sakitan. Sakit yang dideritanya adalah lepra. Dia seorang yang banyak bersedekah, separo dari hasil kerjanya selalu ia sedekahkan, dan dia adalah seorang yang berpikiran lurus. Ibnu Ishaq telah mengatakan dari seorang lelaki yang senama dengannya, dari Al-Hakam, dari Miqsam atau dari Mujahid, dari Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan bahwa nama lelaki yang disebutkan di dalam surat Yasin adalah Habib, dia menderita penyakit lepra yang cukup parah. As-Sauri telah meriwayatkan dari Asim Al-Ahwal,dari Abu Mujlaz, bahwa nama lelaki itu adalah Habib ibnu Murri. Syabib ibnu Bisyr telah meriwayatkan dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan bahwa nama lelaki yang disebutkan di dalam surat Yasin adalah Habibun Najjar, lalu lelaki itu dibunuh oleh kaumnya.” Demikian menurut Ibn Katsir.[1]

Tapi terlepas dari identitas dan latar belakang lelaki tersebut, hal yang lebih patut disimak adalah argumentasi yang dipaparkannya kepada kaum yang ingkar tersebut. Bila kita perhatikan, kedatangan laki-laki ini sebagai upaya terakhir untuk menunjukkan bukti sosiologis kepada masyarakat kala itu.

Quraish Shihab dalam Tafsir Al Misbah mengatakan, bahwa “Ucapan lelaki yang bergegas datang itu, mendahulukan kalimat “Siapa yang tidak meminta dari kamu imbalan” atas penegasannya bahwa “Mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” Agaknya ini sejalan dengan pandangan penduduk ketika itu. Mereka mengukur semua orang sama dengan diri mereka sendiri. Penduduk yang bejat itu, selalu menduga adanya keuntungan material di balik aktivitas setiap orang, karena demikian itulah selalu sikap mereka. Mereka hampir tidak mengenal adanya ketulusan dalam satu aktivitas mereka, dan karena itu pula mereka tidak percaya kalau para rasul itu tulus dan tidak mengharap imbalan atas tuntunan mereka. Nah, karena ini adalah sesuatu yang demikian mendarah daging dalam jiwa penduduk itu, maka itulah yang wajar ditampik terlebih dahulu, dan karena itu lelaki yang bergegas itu mendahulukannya.”[2]

Terkait hal ini, M. Quraish Shihab mengutip argumentasi Allamah Thabathaba’I, yang ketika menafsirkan ayat 21 diatas mengatakan: “Sebagai penjelasan mengapa para rasul itu harus diikuti dan tidak wajar untuk diabaikan. Mereka seakan-akan berkata: Seseorang tidak wajar diikuti disebabkan oleh salah satu dari dua sebab. Pertama, karena ucapan dan tindakannya merupakan kesesatan, dan tentu saja mengikuti kesesatan atau orang sesat tidak dapat dibenarkan. Sebab kedua yang menjadikan seseorang tidak wajar diikuti adalah bila dia mempunyai maksud-maksud buruk, misalnya ingin memperkaya diri, atau mencari popularitas. Dalam hal ini, walau ajarannya benar, yang bersangkutan sebaiknya dihindari, karena ia dapat mengalihkan ajaran itu untuk tujuan yang buruk* Adapun para rasul itu, maka kedua sebab penghalang di atas tidak menyentuh mereka. Buktinya mereka tidak memiliki maksud buruk, mereka tidak meminta upah atau imbalan duniawi dan yang kedua mereka bukan orang sesat, tetapi muhtadin yakni orang-orang yang sangat mantap dalam perolehan hidayat.”[3]

Bila kita perhatikan, apa yang dikatakan oleh lelaki tersebut, sangat mirip dengan isi ayat 23 Surat As Syura yang berbunyi:

قُل لَّا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ أَجْراً إِلَّا الْمَوَدَّةَ فِي الْقُرْبَى

Katakanlah (Muhammad), “Aku tidak meminta kepadamu sesuatu imbalan pun atas seruanku kecuali kecintaan kepada keluarga(ku).” (QS.as-Syura:23)

Sebagaimana yang sudah diungkap sebelumnya, bahwa kisah para rasul dan lelaki dalam surat Yasin ini dijadikan Allah SWT sebagai perumpamaan bagi umat Nabi Muhammad SAW. Termasuk argumentasi sosiologisnya. Dimana Rasul SAW tidak meminta sekiditpun upah dari manusia melainkan kecintaan umatnya pada keluarga Beliau SAW. Terkiat dengan upah yang diminta oleh Rasulullah SAW atas dakwahnya, Al Quran merekam setidaknya 4 ayat berisi tentang hal tersebut, yang satu dan lainnya memiliki korelasi yang tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lain. Berikut ini sebagaimana yang kami kutip dari situs https://khazanahalquran.com :[4]

  1. Rasulullah saw hanya berharap imbalan atas perjuangannya dari Allah semata.

إِنْ أَجْرِيَ إِلَّا عَلَى اللَّهِ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ

“Imbalanku hanyalah dari Allah, dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS.Saba’:47)

  1. Rasulullah saw meminta upah berupa kecintaan kepada keluarga beliau.

قُل لَّا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ أَجْراً إِلَّا الْمَوَدَّةَ فِي الْقُرْبَى

Katakanlah (Muhammad), “Aku tidak meminta kepadamu sesuatu imbalan pun atas seruanku kecuali kecintaan kepada keluarga(ku).” (QS.as-Syura:23)

  1. Imbalan yang diminta (yaitu kecintaan kepada keluarga beliau) adalah agar manusia dapat mengambil jalan Allah swt.

قُلْ مَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ مِنْ أَجْرٍ إِلَّا مَنْ شَاءَ أَنْ يَتَّخِذَ إِلَىٰ رَبِّهِ سَبِيلًا

Katakanlah, “Aku tidak meminta imbalan apa pun dari kamu dalam menyampaikan (risalah) itu, melainkan (mengharapkan agar) orang-orang mau mengambil jalan kepada Tuhan- nya.” (QS.al-Furqan:57)

  1. Seluruh imbalan yang diminta oleh Rasulullah saw adalah demi kebaikan manusia itu sendiri.

قُلْ مَا سَأَلْتُكُم مِّنْ أَجْرٍ فَهُوَ لَكُمْ

Katakanlah (Muhammad), “Imbalan apa pun yang aku minta kepadamu, maka itu untuk kamu.” (QS.Saba’:47)

Dari berbagai ayat di atas dapat kita simpulkan bahwa Rasulullah SAW hanya berharap imbalan dari Allah SWT. Adapun upah yang diminta Rasulullah SAW (yaitu kecintaan kepada keluarganya) adalah demi keselamatan dan kebahagiaan manusia itu sendiri, bukan untuk kepentingan pribadi nabi.  Katakanlah (Muhammad), “Imbalan apa pun yang aku minta kepadamu, maka itu untuk kamu.”  Semoga kita mendapat syafaat baginda Nabi Muhammad saw. (AL)

Bersambung…

Beberapa Sosok Penting Tanpa Nama di Dalam Al Quran (9): Orang yang Bersedekah ketika Rukuk (1)

Sebelumnya:

Beberapa Sosok Penting Tanpa Nama di Dalam Al Quran (8): Para Rasul dan Seorang Laki-Laki dalam Surat Yasin (1)

Catatan kaki:

[1] Lihat, http://www.ibnukatsironline.com/2015/09/tafsir-surat-yasin-ayat-20-21.html, diakses 23 Juni 2018

[2] Lihat, M. Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah; Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Quran, Volume 11, Jakarta, Lentera Hati, 2005, hal. 525

[3] Ibid, hal. 526

[4] Lihat, https://khazanahalquran.com/imbalan-yang-diminta-oleh-rasulullah-saw-dari-umatnya.html, diakses 27 Juni 2018

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*