Mozaik Peradaban Islam

Hamzah bin Abdul Muthalib (4): Masuk Islam (2)

in Tokoh

Last updated on December 7th, 2020 01:46 pm

Hamzah memukulkan busurnya ke kepala Abu Jahal sampai patah dan berkata, “Terimalah (pukulan) itu dengan busur. Lain kali (pukulan) itu akan memakai pedang. Aku bersaksi bahwa beliau (Muhammad) adalah Rasul Allah yang telah membawa kebenaran dari Allah.”

Foto ilustrasi: shanyar/Deviant Art

Sekarang mari kita simak riwayat-riwayat versi lainnya tentang peristiwa masuknya Hamzah ke agama Islam. Yaqub bin Utbah meriwayatkan:

Suatu waktu Abu Jahal pernah mendekati Rasulullah saw di Safa dan menyebabkan luka besar kepadanya.

Pada masa itu Hamzah adalah seorang pemburu yang sangat giat dan (dia) sedang keluar untuk berburu hari itu.

Istrinya melihat apa yang telah dilakukan Abu Jahal dan ketika Hamzah kembali, dia berkata kepadanya, “Wahai Abu Umarah (panggilan Hamzah)! Jika saja engkau melihat apa yang telah dilakukan orang itu (Abu Jahal) kepada keponakanmu (Nabi Muhammad saw)!”

Hamzah sangat marah, dan bahkan tanpa memasuki rumahnya, dia berjalan kembali ke arah semula (dia datang). Dengan busur masih tergantung di bahunya, dia memasuki Masjidil Haram di mana dia menemukan Abu Jahal sedang duduk-duduk dalam sebuah pertemuan orang-orang Quraisy.

Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, dia memukulkan busurnya ke atas kepala Abu Jahal dan melukainya.

Ketika beberapa orang Quraisy lainnya berdiri untuk menahan Hamzah, dia berkata, “Agamaku sama dengan agama Muhammad. Aku bersaksi bahwa dia adalah Rasul Allah. Aku bersumpah demi Allah bahwa aku tidak akan pernah beralih dari (agama) ini. Engkau boleh mencoba untuk menghentikanku jika engkau benar dalam agamamu!”

Saat Hamzah masuk Islam, Rasulullah saw dan umat Islam diperkuat dan mereka menjadi lebih kokoh dalam urusan mereka. Kaum Quraisy menjadi ketakutan karena mereka tahu bahwa Hamzah akan ada di sana untuk melindungi Rasulullah saw.[1]

Riwayat lainnya disampaikan oleh Muhammad bin Ka’b Qurazi:

Suatu waktu, saat Hamzah pulang dari beberapa kegiatan memanah, seorang wanita bertemu dengannya dan mengatakan kepadanya bahwa keponakannya (Rasulullah) telah sangat menderita di tangan Abu Jahal yang telah bersumpah serapah kepadanya, melukainya, dan melakukan banyak hal buruk kepadanya.

Hamzah bertanya, “Apakah ada yang melihatnya melakukan hal ini?”

Ketika dia memberi tahunya bahwa banyak orang yang telah menyaksikan kejadian itu, dia (Hamzah) berjalan ke sebuah pertemuan di dekat Safa dan Marwa. Di sana dia menemukan pertemuan masih berlangsung dengan Abu Jahal sedang duduk di antara mereka.

Sambil condong kepada busurnya, Hamzah memberi tahu orang-orang apa saja yang telah dia panah dengan busurnya dan hal-hal lain yang telah dia lakukan. Dia kemudian memegang busur dengan kedua tangan dan memukul Abu Jahal dengan begitu keras di bagian tengah kepalanya sampai-sampai busur itu patah.

Dia kemudian berkata, “Terimalah (pukulan) itu dengan busur. Lain kali (pukulan) itu akan memakai pedang. Aku bersaksi bahwa beliau (Muhammad) adalah Rasul Allah yang telah membawa kebenaran dari Allah.”

Orang-orang berkata, “Wahai Abu Umarah! Dia menghina tuhan-tuhan kami, dan meskipun engkau lebih baik darinya kami tidak akan pernah mentolerir itu bahkan darimu. Namun, wahai Abu Umarah, engkau tidak pernah menjadi orang yang tidak disukai.”[2]

Dengan berbagai versi mengenai riwayat-riwayat ini, namun semuanya memiliki kesamaan, yaitu Hamzah membalas perlakuan kasar Abu Jahal kepada Nabi Muhammad saw, dan beriringan dengan pembalasan itu, Hamzah menyatakan keislamannya.

Sejarawan Shafiyyur-Rahman Al-Mubarakfury menyatakan bahwa peristiwa ini terjadi pada bulan Zulhijah tahun ke-6 Kenabian.[3]

Beberapa sejarawan kontemporer menafsirkan riwayat-riwayat ini dengan cara yang berbeda. Syaikh Mahmud al-Mishri misalnya, mengatakan bahwa apa yang mendorong Hamzah masuk Islam awalnya hanyalah karena dorongan fanatisme kesukuan. Karena, baik Hamzah maupun Rasulullah sama-sama berasal dari Bani Hasyim.[4]

Sementara itu, Khalid Muhammad Khalid mengatakan, bahwa meskipun Hamzah bersyahadat di hadapan Abu Jahal dan orang-orang Quraisy, pada waktu itu dia masih belum sepenuhnya masuk Islam, karena usai pulang dari pertemuan tersebut Hamzah masih merenung dengan dalam, mempertimbangkan berbagai hal tentang sosok Nabi Muhammad saw dan agama barunya.

Meski demikian, Khalid menyatakan bahwa apa yang mendorong Hamzah masuk Islam adalah karena sosok Hamzah sendiri, bukan hanya gagah perkasa, melainkan juga seorang pemikir yang berakal tajam. Jadi, meskipun setelah syahadat Hamzah masih memerlukan waktu untuk berproses, namun dia masuk Islam karena memang melihat kebenaran di dalamnya, bukan karena persoalan kesukuan.[5] Wallahualam….

Mengenai proses perenungan Hamzah setelah bersyahadat ini, akan dikisahkan kemudian. (PH)

Bersambung ke:

Sebelumnya:

Catatan kaki:


[1] HR Ath-Thabrani dan al-Haitami (Vol 9, hlm 267), dikutip oleh Hazrat Maulana Muhammad Yusuf Kandehelvi, The Lives of The Sahabah (Hayatus Sahabah) Vol.1, diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Mufti Afzal Hossen Elias (Zamzam Publisher: Karachi, 2004) hlm 282-283.

[2] HR Ath-Thabrani dan al-Haitami (Vol 9, hlm 267); Hakim juga meriwayatkannya dalam Mustadrak (Vol 3, hlm 192), dikutip oleh Hazrat Maulana Muhammad Yusuf Kandehelvi, Ibid., hlm 283.

[3] Saifur Rahman Al-Mubarakfuri, Ar-Raheeq Al-Makhtum (The Sealed Nectar): Biography of the Prophet (Darussalam: 2002), E-book version, chapter The Second Phase: Open Preaching.

[4] Syaikh Mahmud al-Mishri, Ashabur Rasul Shallallahu Alaihi wa Sallam, diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Tim Editor Pustaka Ibnu Katsir dengan judul Sahabat-Sahabat Rasulullah: Jilid 2 (Pustaka Ibnu Katsir, 2010), hlm 276.

[5] Khalid Muhammad Khalid, Karakteristik Perihidup 60 Sahabat Rasulullah, diterjemahan ke bahasa Indonesia oleh Mahyuddin Syaf, dkk (CV Penerbit Diponegoro: Bandung, 2001), hlm 198-200.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*