Penduduk Madain hendak menyambut rombongan gubernur baru mereka. Namun mereka begitu heran melihatnya, dia hanya seorang diri mengendarai keledai dengan alas yang lusuh, sambil mengunyah roti dan garam. Pembesar Persia sebelumnya belum pernah ada yang seperti ini.
Umar bin Khattab RA, saat menjadi khalifah dalam banyak riwayat dilaporkan sangat menyukai dan mempercayai Hudzaifah bin al-Yaman RA. Begitu banyak urusan pemerintahan yang diserahkan kepada Hudzaifah oleh Umar.
Salah satu kisahnya diriwayatkan oleh Aslam, pembantu Umar. Suatu waktu Umar meminta kepada orang-orang di sekelilingnya untuk mengungkapkan keinginan mereka. Seseorang berkata, “Aku berharap ruangan ini dipenuhi Dirham yang bisa aku gunakan di jalan Allah.”
Ketika Umar meminta orang yang lainnya untuk mengungkapkan keinginannya juga, orang selanjutnya berkata, “Aku berharap ruangan ini dipenuhi dengan emas yang dapat aku gunakan di jalan Allah.”
Ketika Umar mengulangi lagi pertanyaannya, orang yang lainnya berkata, “Aku berharap ruangan ini dipenuhi dengan permata (atau sesuatu yang berharga) yang bisa aku gunakan di jalan Allah.”
Ketika Umar sekali lagi meminta mereka untuk mengungkapkan keinginan mereka, mereka menjawab, “Apa lagi yang bisa kita harapkan?”
Umar kemudian berkata, “Tidak seperti kalian, aku berharap ruangan ini dipenuhi oleh orang-orang seperti Abu Ubaidah bin al-Jarrah, Muadh bin Jabal, dan Hudzaifah bin al-Yaman sehingga aku dapat mempekerjakan mereka untuk melayani Allah.”
Umar kemudian mengirim sejumlah uang kepada Hudzaifah dan menginstruksikan orang yang mengirimnya untuk melihat apa yang akan Hudzaifah lakukan terhadap uang itu. Ketika uang itu sampai kepadanya, Hudzaifah membagikan semuanya (kepada orang miskin).
Umar kemudian mengirim sejumlah uang kepada Muadh bin Jabal dan dia juga membagikan semuanya.
Setelah itu, dia mengirim sejumlah uang kepada Abu Ubaidah bin al-Jarrah, dan sekali lagi dia memberikan instruksi kepada orang yang mengirimkannya agar dia harus melihat apa yang dilakukan Abu Ubaidah dengan uang itu.
(Ketika Abu Ubaidah juga memberikan semua uang kepada yang membutuhkan) Umar berkata kepada orang-orang, “Bukankah aku sudah memberitahu kalian?”[1]
Gubernur Madain
Muhammad bin Sirin meriwayatkan, bahwa setiap kali Umar menunjuk seorang gubernur, dia akan mengeluarkan surat penunjukkan (instruksi terhadap masyarakat yang berada di daerah yang dimaksud). Isi suratnya biasanya berisi, “Kalian harus mendengarkan dia dan menaatinya sepanjang dia menegakkan keadilan.”
Namun demikian, ketika Umar menunjuk Hudzaifah untuk menjadi gubernur Madain (sekarang bernama kota Ctesiphon, berada di Irak) dia menulis ini dalam surat pengangkatannya, “Dengarkanlah dia, patuhi dia, dan berikan apa pun yang dia minta dari kalian.”[2]
Khalid Muhammad Khalid menggambarkan kejadian ketika Hudzaifah tiba Madain. Penduduk kota itu berduyun-duyun keluar untuk menyambut gubernur baru mereka. Ketika mereka menunggu rombongan gubernur, ternyata yang mereka lihat hanyalah seorang laki-laki yang sedang mengendarai keledai dengan wajah berseri-seri.
Di atas keledai itu, dia beralaskan kain usang, sedang kedua kakinya menjuntai ke bawah, di kedua tangannya terlihat dia sedang memegang roti dan garam, sedang mulutnya sedang mengunyah. Mereka akhirnya tahu bahwa itu adalah gubernur mereka, namun mereka hampir-hampir tidak dapat percaya. Sebelumnya di Persia tidak pernah ditemui seorang pembesar yang begitu sederhana seperti Hudzaifah.[3]
Sekarang mari kita lanjutkan riwayat versi Muhammad bin Sirin di atas. Hudzaifah kemudian meninggalkan Umar dengan keledai yang dilengkapi dengan gerobak untuk membawa barang-barangnya. Ketika Hudzaifah tiba di Madain dan diterima oleh orang-orang di daerah itu dan para petani setempat, dia duduk di gerobak dengan sepotong roti dan tulang, dengan beberapa potong daging di tangannya.
Setelah membacakan surat pengangkatannya kepada mereka, penduduk berkata, “Engkau diperkenankan meminta kepada kami apapun yang engkau mau.” Hudzaifah berkata, “Yang aku minta hanyalah makanan untuk dimakan dan makanan untuk keledai ini selama aku bersama kalian.”[4]
Dalam versi Khalid Muhammad Khalid, dikatakan selanjutnya Hudzaifah berkata, “Jauhilah oleh kalian tempat-tempat fitnah.”
“Di manakah tempat-tempat fitnah itu wahai Abu Abdillah (panggilan Hudzaifah)?”
Hudzaifah menjawab, “Pintu rumah para pembesar. Seorang di antara kalian masuk menemui mereka dan mengiyakan ucapan palsu, serta memuji perbuatan baik yang tak pernah mereka lakukan.”[5]
Sekarang mari kita kembali kepada riwayat dari Muhammad bin Sirin. Setelah tinggal di Madain selama sekian waktu, Umar memanggilnya untuk kembali. Setelah menerima berita bahwa Hudzaifah sedang mendekati (Madinah), Umar bersembunyi di samping jalan di tempat di mana dia tidak akan terlihat.
Ketika dia melihat Hudzaifah kembali dalam kondisi yang sama dengan pada saat dia pertama kali berangkat, Umar keluar dari tempat persembunyiannya dan memeluk Hudzaifah seraya berkata, “Engkau adalah saudaraku dan aku saudaramu!”[6] (PH)
Bersambung ke:
Sebelumnya:
Catatan Kaki:
[1] Hazrat Maulana Muhammad Yusuf Kandehelvi, The Lives of The Sahabah (Vol.2), diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Mufti Afzal Hossen Elias (Zamzam Publisher: Karachi, 2004) hlm 260-261.
[2] Ibnu Sa’d sebagaimana dikutip dalam Kanzul Ummaal (Vol 7, hlm 23), dalam Hazrat Maulana Muhammad Yusuf Kandehelvi, Ibid., hlm 580-581.
[3] Khalid Muhammad Khalid, Karakteristik Perihidup 60 Sahabat Rasulullah, terjemahan ke bahasa Indonesia oleh Mahyuddin Syaf, dkk (CV Penerbit Diponegoro: Bandung, 2001), hlm 231.
[4] Hazrat Maulana Muhammad Yusuf Kandehelvi, Op.Cit., hlm 581.
[5] Khalid Muhammad Khalid, Op.Cit., hlm 232.
[6] Hazrat Maulana Muhammad Yusuf Kandehelvi, Loc.Cit.