Ibnu Bathuthah, Penjelajah Terbesar Sepanjang Masa (6): Kehidupan Penduduk Mekah

in Travel

Last updated on January 28th, 2018 01:00 pm

“Orang-orang Mekah sangat baik dan mulia. Mereka gemar membantu orang-orang yang lemah, dan menyambut hangat para peziarah dengan kerendah hatian.”

–O–

Dalam perjalanan dari Madinah menuju Mekah, Ibnu Bathuthah tidak menemui rintangan apapun, semuanya berjalan dengan lancar. Di perjalanan dia sempat singgah di beberapa tempat historis dalam peristiwa kenabian. Dia juga sempat singgah di beberapa perkampungan di mana orang-orang Arab Badui menjual berbagai macam kebutuhan untuk para peziarah.[1]

Semenjak berangkat dari Madinah, Ibnu Bathuthah sudah mengenakan pakaian ihram.[2] Kata ihram diambil dari bahasa Arab, yaitu dari kata al-haram yang bermakna terlarang atau tercegah. Hal itu dinamakan dengan ihram, karena seseorang yang dengan niatnya masuk pada ibadah haji, maka dia dilarang berkata dan beramal dengan hal-hal tertentu seperti bersenggama, menikah, berkata-kata kotor, dan lain-sebagainya.[3] Jadi makna ihram sebenarnya tidak terbatas pada pakaian saja, tapi juga terhadap hal-hal lain.

Sementara makna ihram dalam pakaian adalah pakaian yang wajib dipakai oleh jama’ah haji atau umrah. Pakaian ini adalah pakaian suci yang tidak boleh dijahit (bagi laki-laki) dan disunahkan berwarna putih. Mengenakan ihram menandai dimulainya ibadah haji atau umrah sejak dari miqat-nya (batas-batas yang telah ditetapkan semenjak dimulainya ibadah haji).[4]

 

Kehidupan Penduduk Mekah

Tiba di Mekah, Ibnu Bathuthah sangat terkesan dengan karakter penduduk di sana. Dia menggambarkan bahwa orang-orang Mekah sangat baik dan mulia. Mereka gemar membantu orang-orang yang lemah, dan menyambut hangat para peziarah dengan kerendah hatian.[5]

“Ketika salah satu dari mereka mengadakan perjamuan, mereka memulainya dengan memberikan makanan kepada para peziarah yang miskin dan tidak memiliki apapun, mengundang mereka terlebih dahulu dengan kebaikan dan kelembutan. Sebagian besar orang-orang malang ini dapat ditemukan di rumah-rumah pemanggangan roti, ketika salah seorang sudah selesai memanggang roti dan membawanya pulang ke rumah, mereka akan mengikutinya, dan dia akan membagikannya kepada masing-masing orang, memastikan tiada seorangpun yang kecewa. Bahkan ketika dia hanya memiliki satu roti saja, dia akan memberikan sepertiga atau setengahnya, dengan riang dan tanpa penyesalan,” kata Ibnu Bathuthah.[6]

Ilustrasi kehidupan penduduk Mekah di masa ibadah haji. Photo: AramcoWorld

Hal lain yang diperhatikan oleh Ibnu Bathuthah tentang kehidupan orang-orang Mekah adalah mengenai perlakuan mereka terhadap anak yatim. Ketika orang-orang kota datang ke pasar, para anak yatim sudah menunggu di sana, masing-masing anak memegang dua keranjang, satu kerangjang kecil dan satu keranjang besar. Setelah orang kota tersebut selesai berbelanja, mereka akan menaruh sayuran dan daging di keranjang, sementara gandum ditaruh di keranjang satunya lagi.[7]

Sementara si orang berpunya melanjutkan aktivitas kesehariannya untuk berbisnis atau beribadah misalnya, anak-anak yatim tersebut berangkat ke rumahnya dan mengolah bahan-bahan makanan hasil belanja tadi untuk kemudian disajikan sudah dalam bentuk masakan yang siap disantap. Meskipun para anak yatim tersebut diberikan kepercayaan yang begitu besar, mereka tidak pernah berbuat khianat terhadap para pemilik rumah, mencuri misalnya. Sebagai imbalan atas kerja mereka, anak-anak yatim tersebut akan memperoleh upah yang memadai.[8]

Cara berpakaian orang-orang Mekah sangat anggun dan bersih. Kebanyakan dari mereka menggunakan pakaian berwarna putih, yang mana selalu tampak segar dan bersinar. Mereka juga gemar menggunakan parfum dan celak mata dari kualitas terbaik. Orang Mekah menggunakan batang pohon arak (siwak) untuk menyikat gigi dan membersihkan mulutnya.[9]

Artikel terkait:

Satu hal lain yang tidak luput dari perhatian Ibnu Bathuthah sebagai laki-laki adalah perempuan Mekah. Kita tahu, pada artikel-artikel sebelumnya pernah diceritakan bahwa Ibnu Bathuthah selama rentang waktu perjalanannya mengunjungi berbagai belahan dunia, dia sempat menikah sampai dengan sepuluh kali, yang mana pada akhirnya dia ceraikan ketika dia melanjutkan perjalanan.

Terhadap perempuan-perempuan di Mekah, Ibnu Bathuthah mengatakan bahwa mereka luar biasa cantik dan sangat menyukai parfum. Ibnu Bathuthah bercerita, “perempuan Mekah luar biasa cantik, juga sangat saleh dan sederhana. Mereka sangat menyukai parfum, sehingga dalam tahap tertentu mereka rela kelaparan sepanjang malam demi dapat membeli parfum yang seharga dengan makanan mereka.”[10]

Perempuan Mekah pergi ke masjid tiap kamis malam. Mereka datang menggunakan pakaian terbaik mereka. Dengan datangnya para perempuan, seluruh area masjid suci menjadi wangi karenanya. Kegemaran perempuan Mekah dan derajat konsumsi mereka terhadap parfum digambarkan oleh Ibnu Bathuthah, “Ketika salah satu perempuan ini pergi, wangi parfumnya melekat pada tempat setelah dia pergi.”[11]

Bersambung ke:

Ibnu Bathuthah, Penjelajah Terbesar Sepanjang Masa (7): Ibadah Haji

Sebelumnya:

Ibnu Bathuthah, Penjelajah Terbesar Sepanjang Masa (5): Ziarah ke Makam Suci Nabi Muhammad

Catatan Kaki:

[1] Ibn Battuta, Travels In Asia And Africa 1325-1354, (London: Routledge & Kegan Paul Ltd, Broadway House, Carter Lane; 1929), diterjemahkan dari bahasa Arab ke Inggris oleh H.A.R Gibb, hlm 75.

[2] Nick Bartel, “The Travels of Ibn Battuta, The Hajj – from Medina to Mecca: 1326”, dari laman https://orias.berkeley.edu/resources-teachers/travels-ibn-battuta/journey/hajj-medina-mecca-1326, diakses 25 Januari 2018.

[3] Kholid Syamhudi, “Ihram Dalam Haji Dan Umrah”, dari laman https://almanhaj.or.id/2866-ihram-dalam-haji-dan-umrah.html, diakses 25 Januari 2018.

[4] Adi, “Cara Memakai Pakaian Ihram saat Haji maupun Umrah”, dari laman http://jilbabflowidea.com/cara-memakai-pakaian-ihram-saat-haji-maupun-umrah/, diakses 25 Januari 2018.

[5] Ibn Battuta, Loc. Cit.

[6] Ibn Battuta, Ibid., hlm 75-76.

[7] Ibn Battuta, Ibid., hlm 76.

[8] Ibid.

[9] Ibid.

[10] Ibid.

[11] Ibid.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*