“Pasukan Mamluk berjumlah 78.000, lebih dari tiga kali lipat pasukan Napoleon. Kuda-kuda Mamluk yang indah meluncur cepat ke arah pasukan Napoleon sambil meletuskan senjata. Namun, kurang dari satu jam Mamluk kalah telak oleh Napoleon.”
–O–
Napoleon Bonaparte dan 36.000 tentaranya mendarat tanpa hambatan di Aleksandria pada 1 Juli 1798. Sebuah armada Inggris baru-baru ini terlihat di sekitarnya, dan Napoleon tahu bahwa waktu tidak ada di pihaknya: Inggris tidak mungkin berdiam diri.[1]
Napoleon bersama 25.000 orang tentaranya melakukan perjalanan dengan berjalan kaki melintasi gurun pasir di tengah sengatan matahari ketika musim panas di Mesir sedang berlangsung. Pada hari kesepuluh, mereka bertemu pasukan Mamluk untuk pertama kalinya, namun jumlahnya sedikit. Dalam pertempuran itu, Prancis dapat menang dengan mudah karena mereka memiliki persenjataan yang jauh lebih superior. Selain itu, Prancis juga menggunakan taktik perang modern yang belum diketahui oleh Mamluk.[2]
Salah satu taktik terpenting tentara Napoleon adalah penggunaan formasi kotak. Formasi ini menempatkan barisan prajurit di empat sisi sehingga membentuk kotak, dengan masing-masing barisan menghadap keluar kotak. Masing-masing sisinya terdiri dari dua sampai tiga baris prajurit. Dengan formasi seperti ini, masing-masing punggung prajurit akan terlindungi oleh barisan prajurit dari sisi lainnya.[3]
Bagian tengah formasi sebagian besar kosong, biasanya hanya diisi beberapa komandan yang menunggang kuda. Fungsi lainnya dari bagian tengah kotak adalah untuk mengevakuasi prajurit yang terluka. Dengan bentuk kotak seperti ini, pasukan infanteri terlindungi dari semua sisi dan memiliki sudut tembak sebesar 360 derajat.[4] Formasi ini sangat efektif, masing-masing barisan seolah-olah menjadi dinding yang kokoh, yang mana dapat menangkal semua serangan pasukan kavaleri tradisional.[5]
Pertempuran Piramida
Pertempuran besar pertama antara kedua belah pihak terjadi seminggu kemudian, di pinggiran kota Kairo, pada 21 Juli 1798. Pertemuan ini adalah apa yang akan dikenal sebagai Pertempuran Piramida, yang mana sebenarnya terjadi sekitar 14 km jauhnya dari Piramida.[6]
Sebelum pertempuran dimulai, pukul tiga pagi Napoleon berkata kepada prajuritnya, “prajurit, empat puluh abad memandang rendah kepada kalian.” Maksud perkataan Napoleon adalah mengacu kepada bangunan Piramida yang menjulang tinggi yang terlihat dari kejauhan.[7]
Pasukan Mamluk dipimpin oleh Murad Bey dan Ibrahim Bey, di kemudian hari Napoleon melaporkan bahwa total pasukan Mamluk berjumlah 78.000 orang. Jumlah sebanyak itu artinya hampir tiga kali lipatnya jumlah pasukan Napoleon, yang mana oleh sejarawan jumlah ini dianggap terlalu dibesar-besarkan.[8]
Para prajurit Prancis melihat di hadapan mereka kuda-kuda yang sangat bagus milik pasukan Mamluk, kuda-kuda itu berjingkrak mengancam dan mendengus di siang hari yang panas, pertanda bahwa mereka siap untuk bertempur. Setiap pengendara kuda bersenjatakan senapan, sepasang pistol, beberapa tombak dengan ujungnya yang terbuat dari dahan palem yang ditajamkan, dan pedang pendek melengkung yang terbuat dari baja Damaskus hitam.[9]
Sambil mengendarai kuda dengan kecepatan penuh ke medan perang, setiap prajurit Mamluk dapat melepaskan tembakan dari senapan dan pistolnya. Ketika amunisi sudah habis, mereka menjatuhkan senapan dan pistol tersebut ke tanah, untuk diambil kemudian oleh tim khusus yang bertugas mengambil senjata yang dijatuhkan. Setelah dekat dengan musuh, prajurit Mamluk mengganti senjatanya dengan senjata tajam.[10]
Pertempuran Piramida adalah bentrokan besar pertama antara pasukan modern dengan pasukan model abad pertengahan. Meskipun secara jumlah lebih sedikit, pasukan Napoleon sebenarnya jauh lebih unggul daripada pasukan Mamluk. Lebih dari 20.000 tentara infanteri Mesir yang dipersiapkan untuk bertempur kebanyakan terdiri dari petani yang tidak terlatih, yang dipaksa untuk berperang.[11]
Satu-satunya kekuatan Mamluk dengan kualitas yang nyata adalah kavaleri mereka. Untuk menghadapi mereka, Napoleon sekali lagi mengatur pasukan infantrinya ke dalam formasi kotak pertahanan besar, memberikan perlindungan bagi prajurit, kavaleri, dan logistik tentara. Formasi ini juga melindungi artileri.[12]
Kunci kesuksesan Prancis adalah kedisiplinan mereka terhadap formasi, sebab jika ada prajurit yang melarikan diri dari barisan, mereka akan ditebas oleh Mamluk, dan juga mengekspos sisi barisan yang lain. Selain itu, dengan jumlah yang jauh lebih sedikit, mereka tidak ada pilihan lain selain bertahan dan dengan sekuat tenaga bersama-sama mempertahan formasi kotak agar tetap utuh.[13]
Artileri Napoleon dengan formasi kotaknya terbukti efektif menawarkan serangan Mamluk. Pertempuran itu dengan cepat menjadi sebuah kekalahan bagi Mamluk, karena infanteri Mesir yang tidak terlatih dan kurang dipersenjatai segera melarikan diri dari medan perang yang dikuasai Prancis.[14]
Para prajurit Mesir lari pontang-panting untuk menyelamatkan hidup mereka, sebagian besar menuju sungai Nil, di mana ribuan dari mereka tenggelam. Perang yang telah lama dipersiapkan oleh tentara terbaik Eropa dengan pasukan Timur Tengah itu harus berakhir dalam waktu kurang dari satu jam. Total korban jiwa di pihak Perancis berjumlah 300 orang, sementara itu dari pihak Mamluk diperkirakan sebanyak 6.000 orang. Malam itu, pasukan Prancis memasuki Kairo tanpa perlawanan.[15] (PH)
Bersambung ke:
Sebelumnya:
Catatan Kaki:
[1] Eamon Gearon, Turning Points in Middle Eastern History, (Virginia: The Great Courses, 2016), hlm 234.
[2] Ibid., hlm 234-235.
[3] A Ziyadi, “Infantry Square, Formasi Kotak Mematikan”, dari laman http://militermeter.com/infantry-square-formasi-kotak-mematikan/, diakses 18 Juni 2018.
[4] Ibid.
[5] Eamon Gearon, Ibid., hlm 235.
[6] Ibid.
[7] John Dellinger, “Napoleonic Wars: Battle of the Pyramids”, dari laman http://www.historynet.com/napoleonic-wars-battle-of-the-pyramids.htm, diakses 18 Juni 2018.
[8] Ibid.
[9] Ibid.
[10] Ibid.
[11] Eamon Gearon, Loc.Cit.
[12] Ibid.
[13] John Dellinger, Ibid.
[14] Eamon Gearon, Loc.Cit.
[15] Ibid., hlm 236.