Karen Armstrong (4): “Saya Membenci Agama dan Itulah Inti Dari Buku Saya”

in Orientalis

Last updated on December 6th, 2017 01:00 pm

“Setelah menulis buku Trough the Narrow Gate yang kontroversial, Armstrong memutuskan tidak akan pernah menulis lagi tentang agama. Namun takdir berbicara lain.”

–O–

Armstrong mendapatkan gelar akademik pertamanya di Oxford dan melanjutkan studi pasca sarjana di Tennyson, namun hidupnya berantakan dan hubungan dengan keluarganya tidak baik. “Ketika saya pertama kali keluar (biara), saya tidak dapat berbicara kepada siapapun, tidak tahu bagaimana cara melibatkan diri secara emosional dan saya menderita anoreksia. Mereka sangat khawatir dengan saya dan tidak tahu harus berbuat apa. Tetapi saat saya mulai membaik, semuanya menjadi mudah. Sampai saat kakek saya sakit keras, saya membantu merawatnya. Ketimbang saling menatap dari kejauhan (bermusuhan), melakukan sesuatu bersama membawa kita lebih dekat (kembali).”

Armstrong memiliki masalah kesehatan jiwa yang mengkhawatirkan. Pada awal tahun 70-an, dia mengalami over dosis pil dan dirujuk ke rumah sakit jiwa di Oxford. Setelah perawatan, di sana dia sedikit membaik, namun kemudian dia menjadi sering pingsan di tengah keramaian, dia seringkali tiba-tiba lemas begitu saja. Baru kemudian pada tahun 1976 dia divonis menderita epilepsi, yang bagi Armstrong justru itu sangat melegakan karena permasalahan sebenarnya telah ditemukan. “Semua jatuh pada tempatnya dan semua ketakutan itu menjadi jelas,” katanya. “Sekarang saya mendapat perawatan yang tepat dan kesehatan saya sangat baik.”

Setelah lulus dari Oxford, Armstrong mendapat pekerjaan sebagai peneliti di Bedford College, Universitas London. Agen karya tulis Mark Lucas menyebut Armstrong merupakan seseorang yang “inspirasional positif, dia tampil dengan energi dan kecerdasan, dan, ya, dalam derajat tertentu bingung secara emosional, dan dia tidak terlihat seperti orang pada umumnya. Dia mungkin merupakan mimpi buruk bagi atasannya (dalam artian positif, karena dia lebih cerdas—pen), tetapi bila anda cukup beruntung untuk melihat penampilannya yang melesat, dia bersinar sangat terang.”

Armstrong meninggalkan Bedford pada tahun 1976 setelah skandal akademik kecil saat gelar PhD-nya digagalkan. Dia kemudian menjadi guru bahasa Inggris di sekolah anak perempuan di Dulwich dan dengan segera menjadi kepala departemen. Armstrong mengatakan itu sekolah yang bagus tapi peraturannya sangat ketat, dan hal tersebut mengingatkannya tentang masa-masa hidup di biara. Mantan rekan kerjanya, Sally Cockburn, mengatakan bahwa kesan pertamanya tentang Armstrong adalah “orang yang sangat aneh dan saya bertanya-tanya mengapa. Dia terkadang marah atau ketakutan, dan tidak terlihat bahagia. Tapi meskipun dia tidak memiliki latar belakang pendidikan untuk mengajar, dia sangat brilian dalam hal itu (mengajar).”

Adalah Cockburn yang membujuk Armstrong untuk menulis tentang kehidupannya di biara (buku pertama Armstrong yang berjudul “Through the Narrow Gate”).[1] Pertama kali draft-nya dibuat, isinya terlalu banyak mengandung kemarahan dan kepahitan. “Dia adalah orang yang jauh lebih marah pada waktu itu,” kata Cockburn. “Dia tidak benar-benar ingin mengenangnya kembali (kehidupan di biara) dan dia tidak memiliki keyakinan bahwa ini akan menjadi buku yang mudah dibaca untuk orang lain selain teman-temannya.” Isi buku itu dipublikasikan juga di harian Daily Express secara berkala. Segera saja Armstrong menjadi terkenal karena dianggap kontroversial. Dia menjadi sering muncul dalam acara-acara televisi, dan menjadi polemik karena kritiknya terhadap Gereja Katolik. “Saya sama sekali tidak menyukainya, itu membuat saya sakit. Tapi walaupun saya tidak menikmati kontroversi, pada saat itu saya senang melakukannya (menulis kritik) ke Gereja Katolik.”

Tepat sebelum buku itu diterbitkan, Armstrong telah diminta untuk meninggalkan pekerjaannya di sekolah dan berkata, jika mengingatnya kembali, itu adalah kejadian yang benar, “walaupun saya tidak akan pernah memiliki keberanian untuk melakukannya atas kemauan saya sendiri. Karena saya menulis sebuah otobiografi mengenai kehidupan yang hanya terjadi sekali, saya tidak berpikir saya bisa menulis buku lainnya. Tidak terpikir oleh saya sebelumnya bahwa saya dapat menulis tentang agama karena saya membenci agama dan itulah inti dari buku saya.”

Karen Armstrong saat tampil di Channel Four tahun 1984. Photo: vimeo.com

Pada faktanya, dia terseret kembali untuk membahas agama pada saat dia diminta berkontribusi dalam sebuah program televisi dari Channel Four[2] yang berjudul “Opinions”. Tema yang diangkat dari program tersebut adalah kritik terhadap Kristen Katolik. Nicholas Fraser, sekarang produser BBC, pada saat itu merupakan produser Opinions, dia bercerita, pada waktu itu Armstrong berbicara di depan kamera selama 1,5 jam tanpa melihat catatan sama sekali. “Dia brilian. Kemudian dia membuat sebuah dokumenter tentang Paus, yang mana sangat dibenci oleh orang-orang yang memeluk agama secara berlebihan,” ujarnya. Setelah tampil di acara tersebut, image Armstrong sebagai seseorang yang berbicara agama melekat di khalayak masyarakat Inggris. Dari sana dimulailah petualangan Armstrong dalam menulis buku-buku tentang agama. (PH)

Link Video: Karen Armstrong interviewing Rabbi Louis Jacobs for Paths of Faiths in November 1984

Bersambung ke:

Karen Armstrong (5): Dari Biarawati menjadi Freelance Monotheis

Sebelumnya:

Karen Armstrong (3): Tahun-tahun Kehidupan di Biara

Catatan:

Artikel ini merupakan adaptasi dan terjemahan bebas dari artikel: Nicholas Wroe, “Among the believers”, dari laman https://www.theguardian.com/books/2004/apr/10/society.philosophy, diakses 4 November 2017. Adapun informasi lain yang didapat selain dari artikel tersebut dicantumkan dalam catatan kaki.

Catatan Kaki:

[1] Through the Narrow Gate adalah buku pertama Armstrong yang menceritakan kisah hidupnya selama menjadi biarawati dan akhirnya meninggalkannya. Buku itu menjadi kontroversial karena dianggap menyerang Gereja Katolik. Lebih lengkap lihat “Karen Armstrong (2): Dianggap Pengkhianat Katolik, diterima di Amerika Serikat”, dari laman https://ganaislamika.com/karen-armstrong-2-dianggap-pengkhianat-katolik-diterima-di-amerika-serikat/, diakses 4 Desember 2017.

[2] Channel Four adalah stasiun televisi yang berpusat di London, jangkauan siarnya mencakup Inggris dan Irlandia, berdiri tahun 1982.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*