Mozaik Peradaban Islam

Kiprah Harun al-Rasyid dalam Zaman Keemasan Islam (1): Bantuan Keluarga Persia al-Baramikah (1)

in Sejarah

Last updated on May 11th, 2021 03:12 pm

Di balik kesuksesan Abbasiyah dalam menggulingkan Dinasti Umayyah, adalah tidak lepas dari dukungan keluarga Persia yang memiliki pengaruh yang begitu besar, mereka adalah al-Baramikah.

Lukisan karya Eloise-Caroline Huitel yang berjudul “Harun-Ar-Rashid And The Poet”.

Dalam artikel seri ini kita akan membahas tentang sosok Harun al-Rasyid, khalifah Dinasti Abbasiyah pada abad ke-8 dan ke-9. Di antara khalifah-khalifah Abbasiyah lainnya, barangkali Harun al-Rasyid adalah yang paling terkenal karena sosoknya seringkali muncul dalam Kisah Seribu Satu Malam.

Harun al-Rasyid semasa hidupnya telah memainkan peran penting sebagai bidan bagi lahirnya Zaman Keemasan Islam, sebuah era di mana inovasi intelektual, kebudayaan, dan ilmu teknik berkembang sedemikian pesat.

Meski demikian, periode ini juga tidak lepas dari berbagai kontroversi dan intrik yang terjadi baik di dalam lingkungan istana Abbasiyah maupun dinasti-dinasti saingan lainnya.

Harun al-Rasyid dan Keluarga Persia al-Baramikah

Harun al-Rasyid lahir pada tahun 766 (atau mungkin 763) di wilayah Persia (sekarang berada di dekat Teheran, Iran). Nama depannya adalah padanan bahasa Arab dari nama Ibrani di dalam Alkitab, Aaron.

Harun dapat berarti sebagai “tempat yang tinggi” atau “yang ditinggikan.” Sementara itu nama belakang al-Rasyid, atau gelar, yang belakangan disematkan kepadanya dalam bahasa Arab berarti “dibimbing dengan kebenaran”, “jujur”, atau “adil”.

Ibunda al-Rasyid adalah bekas budak yang memiliki pemikiran yang kuat, dia bernama bernama Khayzuran, berasal dari Yaman. Sementara itu ayahnya, Muhammad al-Mahdi, adalah khalifah Abbasiyah, pemimpin agama dan politik tertinggi pada saat itu.

Beberapa tahun sebelum kelahiran Harun al-Rasyid, sebuah kelompok gerakan politik yang disebut Bani Abbasiyah melakukan pemberontakan terbuka kepada Dinasti Umayyah yang telah berkuasa selama lebih dari 80 tahun. Di bawah kepemimpinan Abu Muslim pada tahun 750 Bani Abbasiyah kemudian melakukan pertempuran besar di Sungai Zab, Mesopotamia, dan memenangkannya.[1]

Setelah Dinasti Umayyah runtuh, tampuk kepemimpinan pertama Dinasti Abbasiyah kemudian diserahkan kepada Abdullah Abu al Abbas bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin al-Abbas bin Abdul Muthalib bin Hasyim, atau lebih dikenal dengan sebutan Abu al-Abbas as-Saffah, dia adalah paman buyut Harun al-Rasyid.[2]

Kemudian kakek al-Rasyid, Abu Jafar Abdullah bin Muhammad al-Mansur, menggantikan paman buyut yang berkuasa ini dan menjadikan Baghdad sebagai pusat kekhalifahan baru. Kerajaan ini kemudian dikenal sebagai Dinasti Abbasiyah, dan mereka akan memerintah selama keseluruhan Zaman Keemasan Islam — dari tahun 750 sampai penyerangan Mongol di Baghdad pada tahun 1258.[3]

Jarang diketahui, bahwa di balik kesuksesan Dinasti Abbasiyah dalam menggulingkan Dinasti Umayyah adalah tidak lepas dari dukungan orang-orang Persia pada masa itu. Di Persia pada waktu itu terdapat sebuah keluarga kuat yang memiliki pengaruh yang begitu besar, mereka adalah keluarga al-Baramikah (atau Barmakids).

Mengapa keluarga ini menjadi kurang dikenal sebab para sejarawan Muslim Arab awal cenderung melihat Persia hanya sebagai satu kesatuan budaya saja, sehingga masa lalu orang-orang al-Baramikah seringkali dimasukkan ke dalam satu kotak saja, yaitu Persia. Padahal faktanya, Persia pada masa itu adalah negeri dengan banyak sub-wilayah yang memiliki populasi serta budaya yang berbeda pula.[4]

Ketika pemberontakan Abbasiyah kepada Dinasti Umayyah berlangsung, keluarga al-Baramikah — yang berasal dari kota Balkh, di bagian utara Afghanistan saat ini — mendukung pemberontakan tersebut.

Pada gilirannya, ketika Dinasti Abbasiyah berkuasa, keluarga ini mendapatkan banyak penghargaan pada masa pemerintahan al-Mansur, yang berlangsung dari 754–775. Tiga generasi keluarga al-Baramikah secara berturut-turut selanjutnya memainkan peranan penting dalam perkembangan Dinasti Abbasiyah — dan dalam menciptakan kondisi Zaman Keemasan Islam untuk berkembang. Mereka juga memberikan pengaruh yang begitu besar kepada Harun al-Rasyid muda.[5]

Ke depan kita akan mengulas bagaimana keluarga ini dapat memberikan pengaruh yang begitu besar kepada Dinasti Abbasiyah dan bahkan mengambil posisi-posisi puncak dalam pemerintahan Abbasiyah. (PH)

Bersambung ke:

Catatan kaki:


[1] Eamonn Gearon, The History and Achievements of the Islamic Golden Age (The Great Courses: Virginia, 2017), hlm 20.

[2] Imam Al Suyuthi, Tarikh Khulafa: Sejarah Para Khalifah (Jakarta: Qisthi Press, 2017), hlm 277.

[3] Eamonn Gearon, Op.Cit., hlm 20-21.

[4] Kevin van Bladel, “The Bactrian Background of the Barmakids”, dalam Anna Akasoy, Charles Burnett, Ronit Yoeli –Tlalim (ed), Islam and Tibet Interactions along the Musk Routes (Ashgate Publishing Limited: England, 2011), hlm 45-46.

[5] Eamonn Gearon, Op.Cit., hlm 21.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*