Mozaik Peradaban Islam

Kisah Abu Bakar Ash-Shiddiq (17): Persekusi Quraisy (1)

in Tokoh

Last updated on May 19th, 2020 02:29 pm

Abdullah bin Amr bin al-Ash meriwayatkan, “Uqbah bin Abu Muith datang ketika Rasulullah berada di dekat Kabah, memelintir jubahnya ke lehernya, dan mencekiknya dengan kasar.”

Foto ilustrasi: World History Volume

Berbagai tekanan yang dilancarkan oleh Kaum Quraisy dimulai pada pertengahan atau akhir tahun keempat dari kenabian, terutama diarahkan kepada orang-orang Muslim yang lemah. Hari demi hari tekanan mereka semakin keras hingga pertengahan tahun kelima.

Makkah terasa makin menyesakkan bagi golongan Muslim yang lemah itu, sehingga mereka mulai berpikir untuk mencari jalan keluar. Dalam kondisi yang terjepit ini, akhirnya turunlah firman Allah yang mengisyaratkan untuk hijrah:

“Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah Yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS Az-Zumar [39]: 10)

Rasulullah SAW sudah tahu bahwa Negus, raja yang berkuasa di Habasyah adalah seorang raja yang adil, tak bakal seorangpun yang teraniaya di sisinya. Oleh karena itu beliau memerintahkan agar beberapa Muslim hijrah ke Habasyah.[1]

Al-Tabari dalam Tarikh al-Rusul wa al-Muluk berkata:

Ketika para sahabat Rasulullah yang hijrah ke Habasyah telah berangkat, Rasulullah tetap tinggal di Makkah berdakwah secara tertutup dan terbuka, dilindungi oleh Allah melalui pamannya Abu Thalib dan oleh kabilahnya yang memberikan dukungan atas permintaannya.

Ketika Kaum Quraisy melihat bahwa mereka tidak punya jalan untuk menyerangnya secara fisik, mereka menuduhnya sebagai tukang sihir, peramal, dan (mengalami) kegilaan, dan sebagai penyair. Mereka (orang-orang Makkah) mulai menjauh darinya, bagi mereka yang takut (karena mempercayai tuduhan orang-orang Quraisy terhadap Nabi-pen) mungkin akan mendengar dan mengikutinya.

Langkah paling serius yang dilakukan (oleh orang Quraisy terhadap Nabi Muhammad) pada waktu itu, yang telah diriwayatkan, adalah sebagai berikut ini.

Diriwayatkan oleh Abdullah bin Amr bin al-Ash:

Aku (Abu Salamah bin Abdurrahman) berkata kepadanya (Abdullah bin Amr bin al-Ash), “Apa serangan terburuk yang pernah engkau lihat oleh Quraisy terhadap Rasulullah ketika mereka secara terbuka menunjukkan permusuhan mereka kepadanya?”

Dia menjawab, “Aku bersama mereka ketika para bangsawan mereka berkumpul suatu hari di Hijr dan membahas Rasulullah.

“Mereka berkata, ‘Kita belum pernah melihat seperti apa yang kita alami dari orang ini. Dia telah mencemooh nilai-nilai tradisional kita, melecehkan leluhur kita, mencaci maki agama kita, menyebabkan perpecahan di antara kita, dan menghina tuhan-tuhan kita. Kita telah menanggung banyak hal darinya,’ atau kata-kata semacam itu.

“Sementara mereka mengatakan ini, Rasulullah tiba-tiba muncul dan berjalan dan mencium Hajar Aswad. Kemudian beliau melewati mereka sambil bertawaf (mengelilingi Kabah), dan ketika beliau melakukannya mereka mengata-ngatai hal buruk tentangnya.

“Aku dapat melihat dari wajah Rasulullah bahwa beliau mendengar mereka, tetapi beliau tetap melanjutkan. Ketika beliau melewati untuk kedua kalinya mereka mengata-ngatainya hal yang sama, dan aku bisa melihat dari wajahnya bahwa beliau mendengar mereka, tetapi sekali lagi beliau melanjutkan.

“Kemudian beliau melewati mereka untuk ketiga kalinya, dan mereka mengata-ngatainya hal yang sama; tetapi kali ini dia berhenti dan berkata, ‘Dengar, orang-orang Quraisy. Demi Dia, yang berada dalam kekuasaan-Nya jiwa Muhammad bersandar, (jika aku mau) aku dapat membuat kalian terbunuh.’

“Mereka membeku dengan apa yang dikatakannya, dan seolah-olah setiap orang di antara mereka memiliki burung yang bertengger di kepalanya; bahkan mereka yang telah mendesak tindakan keras terhadapnya sebelumnya berbicara dengan cara yang damai kepadanya, menggunakan ungkapan-ungkapan paling sopan yang bisa mereka pikirkan, dan berkata, ‘Pergilah dengan bimbingan yang benar, Abu al-Qasim; demi Allah, engkau tidak pernah jahil.’

“Nabi pergi, dan keesokan harinya mereka berkumpul di Hijr, dan aku kembali hadir. Mereka berkata satu sama lain, ‘Kalian berbicara tentang ketidaksukaan yang telah kalian alami dan dan hal-hal yang telah dilakukan Muhammad kepada kalian, tetapi ketika dia secara terbuka mengatakan sesuatu yang tidak menyenangkan, kalian menciut darinya.’

“Sementara mereka mengatakan ini, Rasulullah tiba-tiba muncul, dan mereka menerjangnya seorang diri dan mengelilinginya, berkata, ‘Apakah engkau yang mengatakan begini dan begitu?’ mengulangi apa yang telah mereka dengar tentang penolakannya terhadap tuhan-tuhan dan agama mereka.

Nabi berkata, ‘Ya, akulah yang mengatakan demikian.’

“Lalu aku melihat salah satu dari mereka mencengkeram jubahnya, tetapi Abu Bakar berdiri di depannya meraung dan berkata, ‘Celakalah kalian semua! Apakah kalian akan membunuh seseorang karena dia berkata, Tuhanku ialah Allah?’[2]

“Lalu mereka meninggalkannya, dan itu adalah hal terburuk yang pernah kulihat yang pernah dilakukan orang Quraisy kepadanya.”[3]

Dalam riwayat versi lainnya, Abu Salamah bin Abdurrahman berkata:

Aku berkata kepada Abdullah bin Amr, “Ceritakanlah hal terburuk yang pernah engkau lihat yang orang musyrik lakukan kepada Rasulullah.”

Dia berkata, “Uqbah bin Abu Muith datang ketika Rasulullah berada di dekat Kabah, memelintir jubahnya ke lehernya, dan mencekiknya dengan kasar. Abu Bakar berdiri di belakangnya, meletakkan tangannya di pundaknya, dan mendorongnya menjauh dari Rasulullah.

“Lalu dia berkata, ‘Orang-orang, apakah kalian akan membunuh seseorang karena dia berkata, Tuhanku ialah Allah….’ hingga kata-kata, ‘Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang melampaui batas lagi pendusta?’[4][5] (PH)

Bersambung….

Sebelumnya:

Catatan Kaki:


[1] Shafiyyur-Rahman Al-Mubarakfury, Sirah Nabawiyah, terjemahan ke bahasa Indonesia oleh Kathur Suhardi (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2001), hlm 126-127.

[2] “Tuhanku ialah Allah,” Abu Bakar mengutip QS Al-Mumin (40): 28.

[3] Al-Tabari, Tarikh al-Rusul wa al-Muluk: Volume 6, diterjemahkan ke bahasa Inggris oleh W. Montgomery Watt dan M. V. McDonald (State University of New York Press: New York, 1988), hlm 101-102.

[4] Abu Bakar mengutip kisah tentang Nabi Musa dalam QS Al-Mumin (40): 28 yang berbunyi, “‘Tuhanku ialah Allah padahal dia telah datang kepadamu dengan membawa keterangan-keterangan dari Tuhanmu. Dan jika ia seorang pendusta maka dialah yang menanggung (dosa) dustanya itu; dan jika ia seorang yang benar niscaya sebagian (bencana) yang diancamkannya kepadamu akan menimpamu.’ Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang melampaui batas lagi pendusta.”

[5] Al-Tabari, Ibid., hlm 102-103.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*