Rasulullah menaburkan debu ke atas kepala para pembunuh seraya membaca Surat Ya Sin, “Dan Kami adakan di hadapan mereka dinding dan di belakang mereka dinding (pula), dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat.”
Mari kita lanjutkan kembali riwayat dari Ibnu Abbas:
Kemudian Jibril mendatangi Rasulullah dan berkata, “Jangan habiskan malam ini di tempat tidur yang biasanya engkau tidur.”
Ketika sepertiga malam telah berlalu, para pemuda itu berkumpul di depan pintu rumahnya dan menunggunya tidur agar mereka dapat menyerangnya.
Ketika Rasulullah melihat mereka di sana, dia berkata kepada Ali bin Abi Thalib, “Tidurlah di tempat tidurku dan selimuti dirimu dengan jubah Hadrami hijauku; tak ada hal buruk yang akan menimpamu dari mereka.” Rasulullah biasa mengenakan jubah itu ketika beliau tidur.[1]
Peristiwa selanjutnya adalah kisah masyhur tentang pelarian Rasulullah bersama Abu Bakar ke Madinah. Ada banyak versi tentang kisah ini, namun untuk kali ini kita akan mengambil versi yang disampaikan oleh al-Tabari, termasuk susunan riwayat-riwayat dari para periwayat yang telah dipilih olehnya.
Al-Tabari berkata, pada titik ini salah seorang pemilik otoritas (orang yang dianggap memiliki pengetahuan hadis-hadis dan terpercaya, namun al-Tabari tidak menyebutkan siapa orang yang dimaksud tersebut) menambahkan kata-kata berikut ke dalam kisah ini:
Muhammad berkata kepada Ali, “Jika Ibnu Abi Quhafah – yaitu, Abu Bakar – datang kepadamu, katakan kepadanya bahwa aku telah pergi ke (Bukit) Tsaur dan memintanya untuk bergabung denganku; kirimkan aku sedikit makanan, sewa seorang pemandu untukku yang bisa menunjukkanku jalan menuju al-Madinah, dan belikan aku unta tunggangan.”
Kemudian Rasulullah pergi, dan Allah membutakan pandangan orang-orang yang sedang mengintai menungguinya, sehingga dia dapat pergi tanpa mereka dapat melihatnya.[2]
Peristiwa berikutnya disampaikan oleh Muhammad bin Kaab al-Qurazi[3]:
Mereka berkumpul untuk mengepungnya, dan di antara mereka adalah Abu Jahal bin Hisyam, yang mengatakan, ketika mereka sedang menunggu di depan pintu rumahnya, “Muhammad mengklaim bahwa jika kalian mengikuti agamanya, kalian akan menjadi raja-raja Arab dan non-Arab; bahwa setelah kematian kalian, kalian akan dihidupkan kembali; dan tempat tinggal kalian akan menjadi taman seperti taman di Yordan.
“Dia juga mengklaim bahwa jika kalian tidak mengikutinya, kalian akan menghadapi kematian darinya; dan bahwa setelah kematian kalian, kalian akan dihidupkan kembali; dan tempat tinggal kalian adalah api, di mana kalian akan terbakar.”
Kemudian Rasulullah keluar, mengambil segenggam debu dan berkata, “Ya, aku memang mengatakannya, dan engkau adalah salah satunya.”
Kemudian Allah mengambil penglihatan mereka sehingga mereka tidak dapat melihatnya, dan Muhammad saw mulai menebarkan debu di kepala mereka sambil membaca ayat-ayat berikut dari Surat Ya Sin:
“Yaa siin. Demi Al Quran yang penuh hikmah, sesungguhnya engkau salah seorang dari rasul-rasul, (yang berada) di atas jalan yang lurus, (sebagai wahyu) yang diturunkan oleh Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang, agar engkau memberi peringatan kepada kaum yang bapak-bapak mereka belum pernah diberi peringatan, karena itu mereka lalai. Sesungguhnya telah pasti berlaku perkataan (ketentuan Allah) terhadap kebanyakan mereka, kerena mereka tidak beriman. Sesungguhnya Kami telah memasang belenggu di leher mereka, lalu tangan mereka (diangkat) ke dagu, maka karena itu mereka tertengadah. Dan Kami adakan di hadapan mereka dinding dan di belakang mereka dinding (pula), dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat.” (QS Ya Sin [36]: 1-9)
Pada saat beliau selesai membaca ayat-ayat ini, beliau telah menaruh debu di kepala mereka masing-masing, setelah itu beliau pergi ke tempat yang beliau inginkan.
Seseorang yang sebelumnya tidak bersama mereka datang kepada mereka dan berkata, “Apa yang kalian tunggu di sini?”
Mereka menjawab, “Muhammad.”
Dia berkata, “Allah telah menggagalkan kalian, karena Muhammad telah pergi meskipun ada kalian; terlebih, dia telah menempelkan debu di kepala kalian semua, dan telah pergi jauh mengurus urusannya. Apakah kalian tidak menyadari apa yang terjadi kepada kalian?”
Mereka masing-masing meletakkan tangannya di atas kepalanya dan menemukan debu di atasnya; kemudian mereka mulai menyelidiki, dan melihat Ali di tempat tidur yang diselimuti jubah Rasulullah.
Mereka berkata, “Demi Allah, inilah Muhammad yang tertidur di jubahnya,” dan mereka melanjutkan pengintaian ini sampai pagi tiba, ketika Ali bangkit dari tempat tidur.
Lalu mereka berkata, “Demi Allah, orang yang berbicara kepada kita mengatakan yang sebenarnya.”
Di antara ayat-ayat Alquran yang turun mengenai hari itu dan apa yang telah mereka (para ulama) sepakati adalah sebagai berikut:
“Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik Pembalas tipu daya.” (QS al-Anfal [8]: 30)
Dan:
“Bahkan mereka mengatakan: ‘Dia adalah seorang penyair yang kami tunggu-tunggu kecelakaan menimpanya.’ Katakanlah: ‘Tunggulah, maka sesungguhnya akupun termasuk orang yang menunggu (pula) bersama kamu.’.” (QS at-Tur [52]: 31).[4]
Mungkin beberapa pembaca bertanya-tanya, mengapa para pemuda pilihan Quraisy itu, yang kuat-kuat dan jumlah mereka lebih banyak, tidak sedari awal menyerbu ke dalam rumah Rasulullah, mengapa harus menunggu beliau keluar terlebih dahulu baru menyerangnya?
Menurut sejarawan O. Hashem, karena selain Rasulullah dan Ali, di rumah tersebut ada dua orang wanita, yaitu Ummu Kultsum dan Fatimah. Sementara itu dua putri lainnya, Zainab, sedang berada di rumah suaminya yang musyrik, Abu al-Ash; dan Ruqayyah, telah hijrah ke Madinah bersama suaminya, Utsman.
Keyakinan masyarakat Arab pada waktu itu, adalah suatu aib jika mereka menyerang ke dalam rumah yang di dalamnya ada wanita. Hal itu lah yang membuat mereka menahan diri untuk tidak menyerang ke dalam rumah sejak awal.
Selanjutnya mereka melempari rumah Rasulullah dengan batu, dengan harapan orang yang mereka sangka Rasulullah yang sedang tertidur di dalam jubahnya – yakni Ali – terpancing untuk keluar. Namun Ali tidak keluar karena mengikuti perintah Rasulullah. Barulah di pagi hari mereka menyadari bahwa orang di balik jubah itu bukan Rasulullah.[5] (PH)
Bersambung ke:
Sebelumnya:
Catatan Kaki:
[1] Al-Tabari, Tarikh al-Rusul wa al-Muluk: Volume 6, diterjemahkan ke bahasa Inggris oleh W. Montgomery Watt dan M. V. McDonald (State University of New York Press: New York, 1988), hlm 142.
[2] Ibid.
[3] Salah seorang ulama periwayat hadis yang hidup pada masa Khalifah Dinasti Umayyah Umar bin Abdul Aziz.
[4] Ibid., hlm 142-144.
[5] O. Hashem, Muhammad Sang Nabi: Penelusuran Sejarah Nabi Muhammad Secara Detail (Ufuk Press: Jakarta, 2007), hlm 101-102.