Apakah hanya tertawa yang bisa menghibur lara ataukah menangis juga dapat meringankan dan memberi energi bagi manusia?
Pada bagian pertama tulisan ini, sudah dibahas tentang manfaat tertawa khususnya bagi fisik dan jiwa manusia, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Begitu pula sekilas pembahasan tentang makna air mata yang disebut sebagai salah satu mukjizat terbesar Tuhan, dan karena itu pula mengapa perbuatan menangis dianggap mempunyai nilai yang sangat tinggi. Terutama jenis tangisan yang memiliki unsur Ilahi, yang dipercaya dapat berperan memicu motivasi dan energi positif untuk menjernihkan pikiran dan membersihkan hati.
Persoalannya, mungkinkah di masa kita saat ini, kualitas tangisan semacam itu masih bisa terjadi?
Kini, kita hidup dalam budaya yang serba haus hiburan, lelucon, dagelan dan lain sebagainya. Tentu semua itu ada manfaatnya. Namun apakah hidup ini hanya berisi lelucon, hiburan, dan komedi sehingga manusia cenderung berfokus pada tawa, ataukah ada juga tragedi dan drama, yang karenanya manusia mesti menangis dan menumpahkan air mata?
Nah, apakah respons kita terhadap tragedi dan drama harus sama dengan respons kita terhadap hiburan? Apakah hanya tertawa yang bisa menghibur lara ataukah menangis juga dapat meringankan dan memberi energi bagi manusia?
Sebelum membahas lebih jauh tentang manfaat menangis bagi manusia, mungkin ada baiknya kita mulai dulu dengan pembahasan tentang organ penting pada tubuh manusia, tempat keluarnya air mata saat manusia menangis; yakni mata.
Ya. Salah satu bagian tubuh kita yang menakjubkan adalah mata. Sebuah indra penglihat berupa benda kenyal bulat yang berisi cairan berbentuk mirip kelereng kaca yang berfungsi sebagai lensa, serupa lensa kamera.
Bola yang kenyal itu terletak dengan aman dalam rongga tengkorak dan dapat dibuka-tutup dengan adanya kelopak mata. Selain itu, sebuah kelenjar di dekatnya juga memproduksi cairan pelindung yang melapisi kulit luar bola mata. Cairan itulah yang biasa disebut air mata.
Secara normal, air mata membasuh kornea dalam hitungan detik tanpa kita sadari. Ajaibnya, walaupun proses alamiah ini terlihat sepele, tetapi sebenarnya mata kita bisa rusak bila tidak terlindungi air mata.
Selain keberadaannya sebagai pelindung mata saat manusia dalam kondisi biasa, keluarnya air mata juga bisa terpicu oleh suasana hati tak biasa sehingga karenanya manusia menangis. Maka tak heran bila saat sedih, air mata akan keluar lebih banyak dari biasanya.
Keluarnya air mata bukan hanya membersihkan mata kita, tetapi juga bisa melegakan hati. Saat kita menangis, maka seluruh beban dalam diri pun serasa tergelontor keluar sampai habis.
Masalahnya kemudian, kadang kita lupa dengan tangis dan air mata dan lebih sibuk dengan tawa dan hura-hura. Kita lupa bahwa hidup menuntut keseimbangan. Bahwa selain tertawa, ada saatnya kita harus menangis, mengeluarkan air mata, membersihkan hati, untuk kemudian bisa memandang segala macam persoalan dengan lebih jernih dan perasaan hati lega.
Itulah mengapa air mata juga disebut sebagai perasan hati. Lebih dari itu, air mata bahkan dinilai bukan sekadar sebagai bagian dari kehidupan manusia, melainkan sebagai pembuka dan penutupnya.
Tak ada manusia yang mampu menyangkal kedahsyatan air mata, sebagaimana tak ada manusia yang merasakan atau menemukan sesuatu yang menakjubkan tanpa meneteskan air mata. Inilah bagian penciptaan yang dahsyat dan memukau.[1]
Jika demikian, dapatkah kita klaim bahwa air mata, sesungguhnya merupakan sumber kebahagiaan sejati manusia?
Untuk memahaminya, mari kita mulai dengan pertanyaan sederhana: mengapa semua bayi lahir menangis? Mengapa ia membuka lembar pertama kehidupannya di dunia dengan air mata?
Ratusan tahun silam, pintu kota ilmu Nabi, Ali bin Abi Thalib telah memecahkan teka-teki ini. Dia mengungkapkan bahwa air mata adalah senjata manusia, termasuk si bayi yang masih belum sepenuhnya mampu berpikir dengan sempurna.
Lalu, bagaimana halnya dengan para manusia dewasa? Apa sesungguhnya arti penting air mata bagi mereka?
Kita akui bahwa kemampuan para manusia dewasa dalam menguasai dan menaklukkan alam, tak perlu lagi kita ragukan. Karena faktanya, perut bumi dan kedalaman samudera pun telah berhasil ia tundukkan. Angkasa raya dan planet-planet yang jauh dari bumi pun tak lolos dari jangkauannya. Namun, mengapa manusia sering kali kalah justru ketika harus menghadapi dirinya sendiri dan menguasai jiwanya? Ini karena di dalam dirinya terdapat dunia yang tak kalah besarnya dengan dunia luar—untuk tidak menyebutnya lebih luas dan menyeramkan.
Nah, untuk mengarungi kedalaman dan keluasan jiwa inilah manusia tak mungkin lepas dari air mata, dan itulah sebabnya mengapa air mata diyakini sebagai senjata penting dalam mengarungi seluk-beluk jiwa.
Menurut para arif dan cendekia, air mata adalah “Cahaya Ilahi untuk menyusuri lorong-lorong gelapnya, sumber kehidupan ruh, penggerak evolusi dan revolusi batin, mata air bagi aliran wujud, pembasuh dan pelembut hati, dan jembatannya menuju ke alam-alam lain yang lebih suci dan lebih tinggi, dan seterusnya..”
Apa sebenarnya maksud dari pernyataan mereka (para arif dan cendekia) tersebut? (EH)
Bersambung…
Catatan kaki:
[1] Mukjizat Air Mata (Penerbit Misbah, 2004)