Mozaik Peradaban Islam

Muhammad Ridwan Kamil (2): Masjid Al-Irsyad Satya

in Arsitektur

Last updated on October 19th, 2018 03:53 pm

 

Oleh Mi’raj Dodi Kurniawan[1]

“Masjid Al-Irsyad Satya yang diarsiteki Muhammad Ridwan Kamil bukan hanya menyabet perhargaan bergengsi sebagai satu dari lima besar Building Of The Year 2010 versi National Frame Building Association kategori religious architecture, tetapi juga meraih Green Leadership Award dari BCI Asia. Masjid Al-Irsyad Satya didesain dengan arsitektur futuristik. Bentuk kubus sederhana dan tanpa kubah masjid ini terinspirasi Ka’bah – kiblat umat Islam – di Masjidil Haram. ”

                                                                                                –O–

Masjid Al-Irsyad, Padalarang, Kabupaten Bandung Barat. Photo: Emilio Photoimagination

Masjid Al-Irsyad Satya alias Masjid Al-Irsyad yang sederhana namun elegan dan terkesan khusyuk dan tenang bukan hanya menambah khazanah arsitektur bercorak keislaman, tetapi juga mempopulerkan nama arsiteknya, yakni Kang Emil – panggilan Muhammad Ridwan Kamil . Masjid yang berdiri di atas lahan seluas 1 hektar ini menyatu dengan Al-Irsyad Satya Islamic School di Kota Baru Parahyangan, Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat, dan dibangun pada 7 September 2009.

Bukan hanya menempati 5 besar Building Of The Year 2010 versi National Frame Building Association kategori religious architecture (arsitektur keagamaan), melainkan Masjid Al-Irsyad pun meraih Green Leadership Award dari BCI Asia. Menurut keterangan dari sebuah situs arsitektur populer, desain Masjid Al-Irsyad cukup populer di antara tempat ibadah lainnya dan hanya dikalahkan Gereja Tampa Covenant, Florida, Amerika Serikat.[2]

Masjid Al-Irsyad meraih Green Leadership Award dari BCI Asia. Photo: Kota Baru Parahyangan

Kesan sederhana namun elegan dan khusyuk dan tenang dari masjid seluas 1.871 meter persegi ini muncul dari tiga unsur warna yang dimilikinya, yakni putih, hitam, dan abu-abu. Dengan warna ini, Masjid Al-Irsyad memang tampak tidak mencolok.[3] Hal ini bukan saja membuat keberadaannya nyaris menyatu dengan lingkungan alam di sekitarnya, tetapi juga membuatnya kondusif untuk dijadikan tempat ibadah yang – semestinya dilaksanakan secara – khusyuk dan tenang.

Lanskap Masjid Al-Irsyad berbentuk garis-garis melingkar yang mengelilingi bangunan masjid. Garis-garis melingkar tersebut terinspirasi oleh konsep tawaf (perjalanan para pelaksana ibadah haji dalam mengelilingi Ka’bah). Kemudian keberadaan pohon-pohon Ketapang Kencana (Terminalia Mantaly) di sekitarnya menambah keasrian dan keindahan lanskap masjid hasil kreasi Kang Emil ini.

Muka bangunan Masjid Al-Irsyad adalah susunan komplek beton (concrete block) yang membentuk kaligrafi dua kalimat syahadat. Bagian dindingnya merupakan batu bata yang ditata rapih namun unik, karena lubang dan celah antar batu bata tersebut tampak solid, sehingga manakala dipandang dari kejauhan, maka di permukaan dinding tersebut terbentuk dan terbaca dua kalimat syahadat Laa ilaaha illallah Muhammad Rasulullah.

Lubang pada dinding masjid dibentuk sedemikian rupa sehingga membentuk kaligrafi bertuliskan syahadat. Photo: Emilio Photoimagination

Selain berfungsi artistik (unsur keindahan), air kolam yang mengapit bangunan masjid pun bersifat fungsional untuk mendinginkan temperatur masjid di saat musim kemarau,[4] sedangkan lubang dan celah dinding masjid bersifat fungsional sebagai ventilasi (lubang udara).[5] Dengan demikian, sirkulasi udara di dalam ruangan Masjid Al-Irsyad jelas sangat baik. Pengunjung masjid ini bukan hanya akan merasa leluasa karena sirkulasi udara yang sangat baik tersebut, tetapi juga tidak merasa panas kendati tidak terdapat kipas angin dan AC di dalamnya.

Sirkulasi udara masjid sangat baik. Photo: Emilio Photoimagination

Jika siang hari sedang cerah, maka cahaya alami matahari akan menembus ke dalam ruangan masjid ini. Cahayanya tampak seperti sebuah elemen digital yang membentuk dua kalimat syahadat. Lalu saat senja, semburat cahaya matahari akan merangsek masuk ke dalamnya, sedangkan pada malam hari, cahaya lampu listrik dari dalam ruangan akan memancar keluar dan membentuk kaligrafi dua kalimat syahadat yang berpendar dengan indahnya.

Pengunjung sedang shalat berjamaah di siang hari. Photo: Emilio Photoimagination

Di bagian dalam (interior), tampak 99 lampu, simbol Asmaul Husna (99 nama-nama Allah). Masing-masing tulisan pada lampu tersebut dapat dibaca jelas, dimulai dari sebelah kanan depan hingga nama-Nya yang ke-99 yang terdapat di sebelah kiri belakang ruangan masjid. Hal ini bukan semata-mata mempercantik interior, melainkan juga – terutama – mengingatkan pengunjung kepada sifat-sifat Allah yaitu Tuhan Yang Maha Pencipta.

Suasana di dalam masjid di malam hari. Photo: muhamad fahmi

Dari segi daya tampung, Masjid Al-Irsyad mampu menampung sekitar 1.500 jamaah. Ketiadaan tiang penyangga atau tiang penopang atap membuat ruangan menjadi benar-benar luas dan terkesan luas. Namun, bukan berarti tiada penyangga sama sekali. Sebab, dengan tiadanya kubah di bagian teratas membuat bagian langit-langit masjid cukup ditopang oleh empat sisi dinding yang berfungsi sebagai pembatas sekaligus penopang.

Posisi jamaah benar-benar menghadap ke ruang terbuka yang hijau. Photo: Emilio Photoimagination

Beranjak ke ruangan mihrab. Ruangan tempat imam shalat ini tampak didesain bukan hanya untuk memperlihatkan orang yang hadir di ruangan ini terhadap pemandangan (view) alam yang indah, akan tetapi juga – bersamaan itu – kepada ciptaan Allah Yang Maha Besar. Dengan kata lain, ruangan mihrab dirancang sebagai tempat menghadap Allah. Sebab, mihrab ini merupakan ruangan tanpa dinding dan benar-benar terbuka, sehingga tidak menghalangi pandangan mata orang yang ada di dalamnya ke arah gunung dan langit di sekitar Masjid Al-Irsyad.

Bersambung ke:

Muhammad Ridwan Kamil (3): Masjid Jamie Darussalam

Sebelumnya:   

 

Muhammad Ridwan Kamil (1): Masjid Merapi

Catatan Kaki:

[1]     Ketua Bidang Litbang KAHMI Cianjur, Sejarawan UPI Bandung, dan Penulis essay-essay tentang Keislaman di berbagai media Nasional.

[2]     Adiar Ersti Mardisiwi. “Desain Masjid Al Irsyad Yang Berkonsep Futuristik” dalam http://media.rooang.com/2017/06/desain-masjid-al-irsyad-yang-berkonsep-futuristik/. Diakses di Bandung 15 Oktober 2018.

[3]     Ibid.

[4]     Lihat “Al-Irsyad Mosque / Urbane” dalam https://www.arcdaily.com/87587/al-irsyad-mosque-urbane. Diakses di Bandung 15 Oktober 2018.

[5]     M. Zezen Zainal Muttaqin. “Desain Unik Arsitektur Religius Masjid Al-Irsyad Di Padalarang” dalam https://www.google.com/amp/jabar.tribunnews.com/amp/2015/10/06/desain-unik-arsitektur-religius-masjid-al-irsyad-di-padalarang. Diakses di Bandung 15 Oktober 2018.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*