Mozaik Peradaban Islam

Naser-e Khosraw (1): Catatan Perjalanan Haji Tertua

in Tokoh

Last updated on November 12th, 2019 07:11 am

Naser-e Khosraw adalah orang Persia pertama yang membuat catatan tertulis perjalanan haji pada tahun 1050. Naik haji pada masa itu bukanlah sesuatu yang mudah, perjalanan darat sepanjang ribuan km harus ditempuh, dia harus menghadapi tantangan alam dan juga bandit-bandit.

Cover buku Michael Wolfe

Tradisi dan ritual pelaksanaan ibadah haji sudah dilakukan dari sejak masa Nabi Muhammad SAW masih hidup, dan hal itu pulalah yang akhirnya kini – dalam bentuk teks Alquran dan hadis – menjadi tuntunan tata cara pelaksanaannya bagi seluruh Muslim di seluruh dunia.

Namun berbagai macam teks pada masa Nabi atau tidak lama setelah wafatnya, tidak ada yang menggambarkan kisah perjalanan haji dari tempat yang jauh. Memang ada kisah perjalanan sahabat Nabi, yakni Salman al-Farisi, yang mengelana dari tempat kelahirannya di Isfahan, Persia, hanya untuk mencari Nabi Muhammad ke Madinah.

Kendatipun kisah Salman begitu menyentuh dan inspiratif, dan bahkan Nabi pun menginginkan agar para sahabat yang lain mendengarkan kisah Salman, tapi tetap saja itu bukan kisah perjalanan haji, dan dia juga tidak menyajikan informasi perjalanan yang lengkap (setidaknya dari riwayat yang kita ketahui).

Setelah wafatnya Nabi, Islam kemudian menyebar ke berbagai wilayah yang jauh dari pusatnya, yaitu Makkah dan Madinah. Dan dengan semakin banyaknya penganut Islam dari berbagai belahan dunia, maka ibadah haji yang merupakan salah satu dari rukun agama Islam, menjadi fenomena global. Pada waktu musim haji berlangsung, orang-orang akan berbondong-bondong pergi dari kampung halamannya untuk melaksanakan ibadah tersebut.

Namun kisah mereka, para peziarah Muslim ini, pada masa awal Islam, atau beradabad-abad setelah wafatnya Nabi Muhammad, tidak ada yang tercatat. Padahal apabila catatan perjalanan itu ada, maka itu akan dapat menampilkan informasi-informasi yang berharga seperti kondisi sosio-antropologis masyarakat, bagaimana para penguasa memimpin, topografi dan kondisi iklim, bahasa, flora dan fauna, dan lain sebagainya.

Adalah Michael Wolfe,[1] seorang mualaf asal Amerika Serikat, penulis buku One Thousand Roads to Mecca (Seribu Jalan Menuju Makkah) yang berusaha mengumpulkan catatan perjalanan orang-orang dari seluruh dunia yang melakukan perjalanan ke Makkah.[2] Berdasarkan penelitiannya, catatan perjalanan haji yang pertama kali ditemukan adalah pada masa abad pertengahan, yang olehnya disebut masa klasik.

Ada tiga catatan perjalanan haji yang dilakukan pada masa klasik tersebut, yaitu (1) Naser-e Khosraw, dari Persia, tahun 1050; (2) Ibnu Jubair, dari Spanyol, tahun 1183–1184; dan (3) Ibnu Battuta, dari Maroko, tahun 1326.

Reza Aslan, penulis buku No God but God: The Origins, Evolution, and Future of Islam, dalam pengantar pada buku karya Michael Wolfe tersebut, mengatakan, “Kisah-kisah para peziarah ini, yang diabadikan dalam koleksi yang sangat berharga ini, adalah harta karun kenangan dan pengalaman tentang tanah, umat, dan keyakinan dalam sebuah keadaan evolusi yang konstan.

“Beberapa dari catatan ini ditulis oleh ‘orang dalam,’ yang lainnya oleh “penyusup”. Setidaknya setengah dari mereka adalah para pelancong dari Barat.

“Keragaman antologi (catatan perjalanan) ini adalah pengingat bahwa, sementara Makkah mungkin kota Arab, (namun) haji adalah fenomena global, yang telah merekam imajinasi orang-orang dari seluruh dunia dan di setiap zaman, dari masa kuno hingga abad pertengahan, dan dari abad pertengahan hingga modern.

“Itulah yang menjadikan buku ini lebih dari sekadar kumpulan kisah ziarah. Ini adalah gambaran sekilas ke dalam evolusi terus menerus agama dan pada tempatnya di dunia yang terus berubah — agama dengan banyak wajah tetapi hanya satu hati.”

Michael Wolfe menyajikan 25 catatan perjalanan haji yang luar biasa, dari masa klasik hingga modern, mulai dari Timur Tengah, Asia, Eropa, Afrika, hingga Amerika Serikat. Uniknya, catatan perjalanan tersebut tidak semuanya dilakukan oleh Muslim, yang oleh Reza Aslan disebut sebagai “penyusup”.

Sebagai seorang Muslim kita sendiri tentunya tahu, bahwa non-Muslim dilarang memasuki wilayah al-Haram, pusat kota Makkah dan sekitarnya, kendatipun ada juga ulama yang memiliki pendapat boleh-boleh saja masuk, asal jangan menetap.[3]

Pada kesempatan kali ini, penulis tidak akan menyajikan perjalanan ke-25 orang tersebut. Artikel kali ini akan menyajikan catatan perjalanan haji tertua yang sejauh ini diketahui, yaitu yang dilakukan oleh Naser-e Khosraw, seorang Persia, pada tahun 1050. Tidak ada alasan khusus kenapa perjalanan Naser-e Khosraw ini yang disajikan, semata-mata hanya karena dia menempati urutan yang pertama di dalam buku karya Michael Wolfe.

Seri artikel ini secara keseluruhan akan dibagi ke dalam dua bagian, yaitu pengantar dari Michael Wolfe sendiri yang isinya di antaranya menggambarkan ringkasan perjalanan dari Naser-e Khosraw, dan juga komentar-komentar dari Michael Wolfe sendiri tentang situasi yang dihadapi oleh Naser-e Khosraw pada masa itu.

Selebihnya, penulis akan menyajikan kutipan tulisan yang memang ditulis oleh pelaku perjalanannya sendiri, yakni Naser-e Khosraw. Adapun informasi tambahan tentang latar belakang situasi pada masa tersebut, misalnya latar belakang politik, lokasi, dan sebagainya, akan dicantumkan pada catatan kaki seperlunya.

Selamat menyimak catatan perjalanan Naser-e Khosraw ke Makkah pada seri selanjutnya. (PH)

Bersambung ke:

Catatan Kaki:


[1] Biografi singkat Michael Wolfe dapat diakses pada tautan berikut ini, https://www.goodreads.com/author/show/6464127.Michael_Wolfe.

[2] Informasi tentang buku ini dapat diakses pada tautan berikut ini: https://www.goodreads.com/book/show/362417.One_Thousand_Roads_to_Mecca.

[3] Lebih lengkap tentang pendapat para ulama lihat Zezen Zaenal Mutaqin, “Bolehkah Non-Muslim Berkunjung Ke Masjidil Haram?”, dari laman https://islami.co/bolehkah-non-muslim-berkunjung-ke-masjidil-haram/, diakses 20 Oktober 2019.

1 Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*