Ketika Negus wafat, Rasulullah Saw mensalatinya dan memintakan ampunan untuknya. Ummul Mukminin Aisyah Ra berkata, “Ketika Negus meninggal dunia, diceritakan bahwa kuburannya memancarkan cahaya.”
Dalam artikel sebelumnya telah disebutkan, bahwa total jumlah sahabat yang hijrah ke Habasyah adalah 34 orang. Sejarawan Ibnu Hisyam mencatat beberapa riwayat mengenai mereka. Berikut ini adalah beberapa nama-nama dan kisah mereka berdasarkan catatan dari Ibnu Hisyam:
- Dari Bani Makhzum ada Abu Salamah dan istrinya Ummu Salamah binti Abu Umaiyyah. Abu Salamah wafat di Habasyah, sedang istrinya pulang bersama putrinya, Zainab yang di lahirkan di Habsyah, hasil dari pernikahannya dengan Abu Salamah. Sepeninggal suaminya, Ummu Salamah kemudian dinikahi oleh Rasullah Saw.
- Dari Bani Umayyah, ada Ubaidillah bin Jahsy bersama istrinya, Ummu Habibah binti Abu Sufyan, dan putrinya, Habibah binti Ubaidillah. Oleh sebab itu istrinya dipanggil Ummu Habibah binti Abu Sufyan. Adapun nama asli Ummu Habibah adalah Ramlah. Ubaidillah bin Jahsy hijrah bersama dengan kaum Muslimin ke Habasyah. Namun di saat tiba di sana, dia murtad dan masuk agama Kristen dan meninggal di sana.[1] Sepeninggal suaminya, kemudian Ummu Habibah binti Abu Sufyan bin Harb dinikahi Rasulullah Saw.
- Kemudian ada Yazid bin Zamah bin Al-Aswad bin Al-Muthalib bin Asad. Dia gugur sebagai syahid di Perang Hunain. Lalu ada Amr bin Umaiyyah bin AlHarits bin Asad, dia meninggal dunia di Habasyah.
- Dari Bani Zuhrah bin Kilab bin Miarrah Cuma satu orang, dia adalah Al-Muthalib bin Azhar bin Abdu Manaf bin Abd bin Al-Harits bin Zuhrah ia pergi bersama istrinya, Ramlah binti Abu Auf bin Dhubair bin Sa’id bin Sa’ad bin Sahm. Al-Muthalib bin Azhar meninggal di Habasyah. Di sanateh, Ramlah binti Abu Auf melahirkan Abdullah bin Al-Muthalib. Ada yang mengatakan bahwa Abdullah bin Al-Muththatib adalah seorang anak yang pertama kali mewarisi harta ayahnya dalam Islam.
- Dari Bani Taym bin Murrah bin Kaab bin Luay satu orang, dia adalah Amr bin Utsman bin Amr bin Kaab bin Saad bin Taym. Dia gugur sebagai syahid pada Perang Al-Qadisiyah tatkala ikut terjun ke medan perang bersama Sa’ad bin Abu Waqqash.
- Dari Bani Makhzum bin Yaqadzah bin Murrah bin Kaab adalah sebagai berikut: Habbar bin Sufyan bin Abdul Asad. Dia gugur sebagai syahid di Ajnadin salah satu kawasan di Syam pada masa pemerintahan Abu Bakar Ra. Lalu saudara Habbar bin Sufyan, Abdullah bin Sufyan. Dia gugur sebagai syahid di Perang Yarmuk di Syam pada masa pemerintahan Umar bin Khaththab Ra. Akan tetapi dia diragukan, apakah dia gugur di perang tersebut atau tidak. Dan Hisyam bin Abu Hudzaifah bin Al-Mughirah.
- Dari Bani Jumah bin Amr bin Hushaish bin Ka’ab adalah sebagai berikut: Hathib bin Al-Harits bin Ma’mar bin Habib bin Wahb bin Hudzafah bin Jumah bersama kedua anaknya, Muhammad dan AlHarits, dan bersama istrinya, Fathimah binti Al-Muhallal. Hathib bin Al-Harits meninggal di Habasyah dalam keadaan Muslim, kemudian istri dan kedua anaknya tiba di Madinah dengan menaiki salah satu perahu.
- Kemudian saudara Hathib bin Al-Harits, Haththab bin Al-Harits, pergi bersama istrinya, Fukaihah binti Yasar. Haththab bin Al-Harits meninggal di Habasyah dalam keadaan Muslim, kemudian istrinya pulang dengan menaiki salah satu perahu. Kemudian Sufyan bin Mamar bin Habib dan kedua anaknya, Junadah dan Jabir, dan juga ibu keduanya, Hasanah, dan saudara seibu keduanya, Syurahbil bin Hasanah. Sufyan bin Ma’mar dan kedua anaknya, Junadah dan Jabir, meninggal pada masa pemerintahan Umar bin Khaththab.[2]
- Dari Bani Sahm bin Amr bin Hushaish bin Kaab adalah sebagai berikut: Abdullah bin Al-Harits bin Qais bin Adi bin Saad bin Sahm, Da adalah seorang penyair dan meninggal dunia di daerah Habasyah. Qais bin Hudzafah bin Qais bin Adi bin Said bin Sahm. Abu Qais bin Al-Harits bin Qais bin Adi bin Sa’id bin Sahm, dia gugur sebagai syahid di Perang Yamamah pada zaman pemerintahan Abu Bakar Ash-Shiddiq Ra.
- Abdullah bin Hudzafah bin Qais bin Adi bin Said bin Sahm, dia adalah utusan Rasulullah kepada Kisra Persia. Al-Harits bin Al-Harits bin Qais bin Adi.
- Saudara seibu Bisyr bin Al-Harits dari Bani Tamim yang bernama Said bin Amr, dia gugur saat Perang Ajnadin sebagai syahid pada zaman pemerintahan Abu Bakar Ash-Shiddiq Ra.
- Said bin Al-Harits bin Qais, dia gugur saat Perang Yarmuk sebagai syahid pada zaman pemerintahan Umar bin Khaththab Ra.
- As-Saib bin Al-Harits bin Qais, dia terluka di Thaif bersama Rasulullah Saw dan gugur saat Perang Fihl sebagai syahid pada zaman pemerintahan Umar bin Khaththab Ra.
- Umair bin Riab bin Hudzaifah bin Mihsyam bin Said bin Sahm, dia gugur di Ain At-Tamri saat bersama Khalid bin Al-Walid yang waktu itu dalam perjalanan pulang dari Yamamah pada zaman pemerintahan Abu Bakar Ash-Shiddiq Ra.[3]
Wafatnya Negus
Menurut Ibnu Katsir, kabar tentang wafatnya Negus pertama kali diketahui kaum Muslimin dari Rasulullah Saw. Diriwayatkan dari Malik, dari Al-Zuhri, dari Said bin Al-Musayyah, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah Saw mengumumkan kabar wafatnya Negus tepat pada hari yang sama Negus wafat.
Beliau kemudian mengajak masyarakat untuk ke Masjid dan segera membentuk shaf untuk salat. Kemudian beliau mengumandangkan takbir sebanyak empat kali. Pada kesempatan itu, Rasulullah Saw bersabda, “Hari ini seorang yang baik telah wafat, mari doakan Ashama (Negus).” [4]
Berdasarkan penuturan hadis di atas, Ibnu Katsir memperkirakan waktu kematian Negus terjadi cukup lama sebelum momen Penaklukkan Makkah.[5] Ibnu Ishaq berkata bahwa Yazid bin Ruman berkata kepadaku dari Urwah bin Az-Zubair dari Aisyah yang berkata, “Ketika Negus meninggal dunia, diceritakan bahwa kuburannya memancarkan cahaya.”[6]
Wallahualam bi sawab. (AL)
Selesai.
Sebelumnya:
Catatan Kaki:
[1] Ibnu Ishaq berkata: Muhammad bin Jakfar bin Zubair berkata kepadaku dari Urwah yang berkata: Ubaidillah bin Jahsy keluar bersama kaum Muslimin dalam keadaan Muslim. Setibanya di Habasyah, dia memeluk agama Kristen. Ibn Ishaq berkata: “Apabila Ubaidillah lewat di hadapan kaum Muslimin, dia selalu berkata: “Aku telah berhasil membuka mata kami dan melihat, sedangkan kalian mencari penglihatan dan hingga kini belum bisa melihat.” Lihat, Sirah Nabawiah Ibn Hisyam (jilid 1), Fadhli Bahri, Lc (Penj), Jakarta, Batavia Adv, 2000, hal. 748.
[2] Ibid., hal. 749.
[3] Lihat, Ibid, hal. 748-751
[4] Ibid, hal. 376
[5] Ibid
[6] Op Cit, hal. 259