“Pada tahun 1942, Noor bergabung dengan agen rahasia Inggris atau Special Operations Executive (SOE). Ketika gerakan perlawanan bawah tanah Perancis (France Resistance) mulai bergerak secara klaindestein, Noor Inayat bertindak sebagai operator radio wanita pertama yang dikirim ke wilayah Perancis yang diduduki Nazi. Tugasnya sangat vital, yaitu menyambungkan komunikasi antara para gerilyawan dengan London yang merupakan pusat komando pihak sekutu di Perang Dunia II.”
—Ο—
Setibanya di Inggris, Noor Inayat langsung menyatakan bergabung dengan Women’s Auxiliary Air Force (WAAF), atau Angkatan Udara Tambahan Wanita Inggris. Kecakapannya ketika menjadi operator nirkabel di satuan tersebut, menarik perhatian salah satu dinas rahasia Inggris yang bernama Special Operations Executive (SOE). Dia mulai bergabung dengan dinas rahasia tersebut pada tahun 1942, dan kemudian menggunakan nama Nora Baker.
SOE sendiri adalah Dinas mata-mata Inggris yang dibuat secara khusus atas perintah perdana menteri Inggris, Winston Churchill. Tugas pokok dan fungsinya adalah mengorganisasi penyelundupan agen-agen rahasia ke Perancis untuk mengumpulkan informasi dan melakukan sabotase. Para agen-agen itu akan mendampingi perjuangan para grilyawan Perancis, agar ritme perjuangannya selaras dengan kelompok perlawanan di sejumlah Negara Eropa lainnya seperti Belgia, Belanda, Polandia, Norwegia dan beberapa tempat lainnya.
Para pejuang bawah tanah ini berbeda dengan tentara, meski tujuan mereka sama. Mereka sangat militan, tulus dan idealis. Akan tetapi mereka tidak terlatih baik layaknya tentara; bergerak secara sporadis; serta berasal dari berbagai latar belakang, sehingga ikatan kedisplinan mereka sangat rentan. Dalam konteks inilah SOE bertindak sebagai “arranger” yang mengharmonisasi langkah-langkah perlawanan mereka.
Bagi Sekutu, khususnya Perancis, keberadaan kelompok grilyawan ini adalah keuntungan tersendiri. Mengingat, setelah berhasil dikalahkan oleh Jerman pada 1940, Perancis telah menandatangi perjanjian genjatan senjata, yang berarti ia tidak boleh melakukan penyerangan. Akbiatnya, sebanyak 350.000 lebih personil tentara Perancis diungsikan ke Inggirs. Sehingga Perancis praktis lumpuh dan dikuasai sepenuhnya oleh Jerman.
Tapi dengan adanya para grilyawan ini, Jerman tidak pernah bisa 100% berkuasa di sana. Selalu saja ada gangguan, baik langsung maupun tidak langsung dari para grilyawan ini. Mereka meledakkan jembatan, menghancurkan rel kereta, dan membunuh setiap prajurit Nazi yang mereka temui. Dan yang paling berbahaya, merekalah yang menuntun serangan Inggris sehingga selalu tepat sasaran. Sesuai dengan seruan Churchill, “biarlah Eropa (yang diduduki Hitler) tetap berkobar; menyala-nyala”, sehingga tidak bermanfaat bagi Hitler.[1]
Tapi di sisi lain, apa yang dilakukan oleh Sekutu ini sebenarnya illegal. Dengan adanya grilyawan yang bergerak secara klaindestein dan disupport oleh Sekutu, berarti mereka sedang membangun kombatan illegal dan ini melanggar hukum perang. Ini juga mungkin yang menyebabkan semua catatan mengenai kegiatan SOE tetap disimpan hingga 50 tahun pasca Perang Dunia II. Setelah catatan operasi SOE dibuka tahun 1998, barulah dunia mengerti secara rinci latar belakang, sepak terjang, dan akhir kisah para mata-mata ini. Termasuk yang paling penarik perhatian di antaranya adalah file yang berisi data mengenai Noor Inayat Khan.[2]
Berdasarkan laporan hasil pelatihannya, Noor Inayat dianggap tidak terlalu cocok bekerja sebagai mata-mata. Pelatihnya menilai bahwa Noor Inayat terlalu emosional dan ketika dilakukan test interogasi untuk melihat sejauh mana dia bisa bertahan, dia gagal total. Secara fisik tubuhnya kecil, dan takut pada senjata. Dia juga tidak terlalu bisa dibebani pikiran yang rumit dan berat. Selain itu, dia memiliki kecantikan yang eksotis, sehingga mudah menarik perhatian dan membuatnya rentan dicurigai oleh musuh.[3]
Tapi pada tahun 1943 dia justru diikutsertakan dalam misi berbahaya ke Perancis, bahkan sebelum masa pelatihannya rampung. Cukup banyak spekulasi para sejarawan terkait keputusan ini. Tapi sejarah pada akhirnya membuktikan, bahwa kemampuan Noor Inayat dalam tugas lapangannya, jauh melampuai para agen lain, baik dalam kecedikan menghindari perangkap musuh, ataupun ketika menghadapi interogasi.[4]
Menurut catatan dari arsip nasional Inggris, Noor Inayat adalah operator radio perempuan pertama yang ditugaskan oleh SOE untuk misi tersebut. Dia membantu secara khusus gerakan perlawanan yang bernama “Prosper” dengan nama samaran “Madeleine”. [5]
Pada tahap selanjutnya, keterlibatan Noor Inayat secara langsung di medan Perang Dunia II, menggambarkan sebuah transformasi jati diri yang menakjubkan. Sebagaimana yang dikatakan Shrabani Basu dalam wawancaranya dengan BBC: “Dia adalah penulis lembut dari cerita anak-anak, (dan) seorang musisi, tapi dia berubah. (Dalam misi yang dilakukannya) dia (laksana) harimau betina (yang sedang mempertahankan) ladangnya.”[6] (AL)
Bersambung…
Noor Inayat Khan: Muslimah yang Menjadi Elit Mata-Mata Inggris di Perang Dunia II (3)
Sebelumnya:
Noor Inayat Khan: Muslimah yang Menjadi Elit Mata-Mata Inggris di Perang Dunia II (1)
Catatan kaki:
[1] Lihat, P.K. Ojong, Perang Eropa, Jilid II, Jakarta, Penerbit Buku Kompas, 2006, hal. 10
[2] Lihat, https://furtherglory.wordpress.com/2010/04/06/noor-inayat-khan-executed-at-dachau-fact-or-fiction/, diakses 23 Oktober 2018
[3] Lihat, British SOE Agents executed at Dachau,
http://www.scrapbookpages.com/DachauScrapbook/BritishSOEagents01.html, diakses 23 Oktober 2018
[4] Ibid
[5] Lihat, Noor Inayat Khan: The Indian princess who spied for Britain, https://www.bbc.com/news/uk-20240693, diakses 23 Oktober 2018
[6] Ibid