Mozaik Peradaban Islam

Nur Arisa Maryam (2): Bersyahadat

in Mualaf

Last updated on May 31st, 2019 06:30 pm


Setelah memberitahu ibunya bahwa Arisa telah masuk Islam, ibunya menolak mengakuinya lagi sebagai anak, dan untuk beberapa waktu dia tidak mau berbicara sama sekali kepada Arisa.

Nur Arisa Maryam mengenakan mukena. Menurutnya, wanita Muslim Jepang ketika salat umumnya tidak pernah mengenakannya. Namun Arisa sendiri sangat menyukainya, menurutnya, tradisi mengenakan mukena hanya ada di Asia Tenggara. Foto: Nur Arisa Maryam/Instagram

Kepada dua wanita Muslim Jepang itu, Arisa bertanya tentang kisah mereka, bagaimana mereka bisa masuk Islam. Salah satu dari wanita itu menceritakan kisahnya kepada Arisa. “Saya begitu tersentuh dengan kisahnya, dan saya juga merasa lega ketika tahu bahwa saya bukan hanya satu-satunya yang khawatir tentang beralih (ke agama Islam). Saya tidak dapat menghentikan air mata yang mengalir,” kata Arisa.  

Melihat Arisa menangis, wanita Muslim Jepang itu memeluk Arisa. Keesokan harinya, Arisa mendapatkan pesan darinya, “Assalamualaikum Arisa. Bagaimana kabarmu? Pernahkah kamu mengucap syahadat sebelumnya? Jika kamu mengucapkan ini dengan sangat jernih dari hati, kamu bisa masuk ke Jannah, Insya Allah.”

Dia menjelaskan bahwa syahadat itu sangat penting. Dan jika Arisa memang percaya kepada Allah, meskipun hanya mengucapkannya kepada diri sendiri, menurutnya, pada dasarnya Arisa sudah menjadi saudara Muslimnya.

Setelah menerima pesan tersebut, sendirian, Arisa di kamarnya mengucapkan syahadat. “Saya mengucapkan syahadat di dalam kamarku. Meskipun ini tidak resmi, tetapi hatiku penuh dengan kebahagiaan, sebab saya merasa Allah melihatku. Alhamdulillah,” ujar Arisa.

Arisa yang sebelumnya beragama Shinto (agama tradisional Jepang), akhirnya membuat pengakuan kepada keluarganya, bahwa dia telah memutuskan masuk Islam, namun dia mendapat reaksi yang kurang baik.

“Ibuku kaget saat saya memberitahunya. Dia tidak bisa menerima kenyataan bahwa putrinya menjadi Muslim tanpa pemberitahuan sebelumnya. Dia benar-benar khawatir bahwa orang akan melihat saya secara berbeda dan menyerang saya, dan dia juga khawatir tentang pernikahan saya, karena dia tahu bahwa kita tidak memiliki banyak Muslim di Jepang.”

Ibunda Arisa merasa kalut dengan berita mendadak ini dan tidak bisa memahami dengan apa yang terjadi terhadap anaknya. Dia bahkan berkata kepada Arisa, bahwa dia tidak mengakuinya lagi sebagai anak, dan untuk beberapa waktu dia tidak mau berbicara sama sekali kepada Arisa.

Meski demikian, Arisa tetap bersikap baik terhadap ibunya. “Saya tahu ini adalah reaksi yang wajar, jadi saya melakukan yang terbaik untuk membuatnya menerima saya. Dan saya ingin membuatnya melihat saya menjadi orang yang lebih baik karena Islam. Jadi, saya berusaha menjaga hubungan yang baik dengan ibu saya,” ujar Arisa.

Lain halnya dengan teman-teman Arisa, ketika diberitahu bahwa Arisa telah masuk Islam, beberapa dari mereka malah bertanya tentang bagaimana kehidupannya setelah menjadi Muslim. “Mereka tidak mengatakan hal-hal buruk tentang Islam di depan saya. Alhamdulillah,” kata Arisa.

Berbeda dengan ibunya, adik perempuan Arisa mendukung keputusan Arisa untuk menjadi Muslim, “Dia memberitahuku bahwa dia bahagia untukku,” kata Arisa. Adiknya kemudian membantu Arisa untuk meyakinkan ibunya bahwa dia masih orang yang sama dan tidak ada yang berubah. Namun, butuh waktu sampai ibunya menerimanya sebagai seorang Muslim, dan bahkan dia menangis ketika meminta maaf kepada Arisa.

Banyak orang takut berbicara dengan keluarga mereka tentang perpindahan mereka ke agama Islam. Tidak semua keluarga terbuka terhadap agama dan budaya yang berbeda, dan inilah sebabnya Arisa tidak pernah memberi tahu ibunya tentang proses belajar Islam. Namun di sisi lain, dia selalu berbicara secara terbuka kepada ibunya bahwa dia memiliki beberapa teman Muslim.

Setelah masuk Islam, Arisa menceritakan, bahwa dirinya justru menjadi merasa putus asa. Dia mengkhawatirkan bagaimana nanti studinya, pekerjaannya, menikah, dan membangun rumah tangga. Hal-hal semacam itulah sebelumnya yang menjadi prioritas utama dalam hidupnya. Kadang kala, dia merasa ingin menyerah saja.

“Namun sekarang saya merasa bahwa hidupku untuk Allah, dan saya mempersiapkan hidupku untuk kehidupan selanjutnya. Meskipun saya tetap memiliki beberapa kesulitan dan tantangan dalam hidup, saya tahu ini bukanlah akhir. Saya tahu bahwa setiap kesulitan adalah ujian dari Allah.”

Ibunda Arisa, perlahan dapat menerima keislaman putrinya, bahkan dia melihat Islam dengan cara yang berbeda. Sebelumnya, karena penggambaran media, dia melihat Islam sebagai sesuatu yang buruk. Kini dia menilai bahwa Islam adalah agama yang indah, dan dia melihat Arisa berubah menjadi jauh lebih baik setelah beragama Islam.

View this post on Instagram

: ﷽ ・・・ 【 #RevertStory ?? #??? 】 – I’ve posted this picture here before, but want to share again. Why? Because today was an amazing day for my grandmother: She recited Shahaadah. Alhamdulillah! Every single day, I’ve been making du’a for Allah to help and guide my family to the straight path. I didn’t expect this would actually happen today. As in my previous post, my Japanese family is now facing a big test from Allah. My grandfather has been my best friend and like a father since I was young and always supported me. He has never said bad things about Islam and supported me to go to the UK to study it. He was so glad when I told him I am enjoying my studies at the Madrasa. However, 2 days later, he had a dreadful accident and had to be taken to hospital. I was so shocked when I heard about it. But Muslims have to believe in Qadr & Qadaa’. I wanted to go back to Japan as soon as possible, but couldn’t decide because I kept thinking about what he said to me: “You should try to do your best for your Islamic studies in the UK, no matter what.” Alhamdulillah, Allah made me keep studying and spend my time praying for him and my family. Then, I got news that he regained consciousness, but has lost his memory. The doctors also said the right side of his body may be paralysed. My family have been supporting and visiting him every day. They noticed that he sometimes repeated my & my husband’s name while moving his right hand’s index finger. SubhanAllah. The doctors were surprised because they thought he couldn't move it. My grandmother started to think this is because a Muslim’s du’a is very strong and God’s power.?✨ Although she can’t read & write Japanese letters well, MashaAllah she recited Shahaadah beautifully. I can’t describe my feeling now. It’s like a dream that I’ll meet my family in Jannah and I can make du’a for her after she left this dunya. InshaAllah. May Allah bless her and guide my family to the right path and make my grandfather recover quickly. Āmīn ??✨ . – – – – ⑅˚ᵗᑋᵃᐢᵏ ᵞᵒᵘ♡⃝⃜* – – – – -˖⁺ ◼︎ ʀᴇᴠᴇʀᴛ sᴛᴏʀʏ: @japanesemuslimah

A post shared by ありさ • أريسا (@nurarisamaryam) on

Arisa bersama neneknya, yang kini juga telah memeluk Islam.

Beberapa tahun kemudian, bahkan nenek Arisa juga mengikuti jejak Arisa, dia mengucapkan syahadat di masjid di Tokyo. Neneknya juga telah menjadi seorang Muslim. Meski anggota keluarga yang lainnya belum, namun Arisa berharap suatu hari nanti mereka dapat juga menjadi Muslim. (PH)

Bersambung ke:

Sebelumnya:


Catatan, tulisan ini diadaptasi dari sumber-sumber di bawah ini:

  1. Adin Lubis, “The Story of a Converted Japanese Muslim Woman: “Japan is Becoming More Accepting of Diversity”, dari laman https://mvslim.com/the-story-of-a-converted-japanese-muslim-woman-japan-is-becoming-more-accepting-of-diversity/, diakses 26 Mei 2019.
  2. Instagram: @japanesemuslimah, kumpulan manga karya Nur Arisa Maryam tentang pengalamannya masuk Islam, diakses 26 Mei 2019.
  3. Instagram: @nurarisamaryam, kumpulan foto dan kisah-kisah Nur Arisa Maryam dalam memeluk Islam, diakses 27 Mei 2019.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*