Mozaik Peradaban Islam

Perjalanan Rosie Gabrielle Memeluk Islam (22): Leopold Weiss (2): The Message of The Quran

in Mualaf

Last updated on August 4th, 2020 02:44 pm

Asad tinggal bersama Arab Badui yang dipercayai masih memelihara tradisi berbahasa Arab yang paling dekat dengan bahasa Arab yang dipakai pada zaman Rasulullah saw.

Foto: Rosie Gabrielle/Instagram

Sejak tinggal di Makkah dan Madinah, dan hingga akhir hidupnya, minat Asad terhadap Islam “terpusat pada masalah regenerasi.”

Pengetahuan akademisnya tentang bahasa Arab klasik — dipermudah oleh penguasaannya atas bahasa Ibrani dan Aram, bahasa keluarga Semitik — semakin meningkat karena dia melakukan penjelajahan di sekitar Arab dan bergaul dengan orang-orang Arab Badui.

Kelak, pengetahuan bahasanya inilah yang akan menuntunnya dalam menciptakan karya tulis magnum opus-nya.

Untuk mempelajari komunitas dan budaya Muslim di timur, Asad meninggalkan Saudi ke India pada tahun 1932, di mana dia sempat bertemu dengan filsuf ternama Pakistan, Muhammad Iqbal. Setelah itu, hidup Asad terus bergejolak seiring dengan pecahnya Perang Dunia II tahun 1939.[1]

Di India dia dipenjarakan oleh tentara Inggris karena dituduh terafiliasi dengan Nazi, semata karena dia berstatus sebagai warga negara Austria.[2] Austria waktu itu secara kenegaraan tidak terlibat dalam Perang Dunia II, namun banyak warganya yang bergabung dengan Nazi.[3]

Asad adalah satu-satunya Muslim di antara 3000-an orang Eropa yang ditahan di India, sebagian besar di antara mereka adalah simpatisan Nazi. Asad baru dilepaskan pada tahun 1945 saat Perang Dunia II berakhir.

Setelah negara Pakistan berdiri pada tahun 1947, Asad pindah ke sana dan diminta oleh pemerintahnya untuk merumuskan dasar-dasar ideologis untuk negara baru tersebut. Semenjak itu dia terus diberi berbagai tugas kenegaraan oleh Pakistan dan memutuskan berhenti dari pekerjaannya pada tahun 1952 untuk menulis sebuah buku otobiografi. Dia menyelesaikan bukunya pada tahun 1955 yang diberi judul The Road to Mecca.

Dia kemudian menetap di Spanyol dan pada usianya yang ke-80, setelah perjuangan panjang menulis selama 17 tahun, dia menyelesaikan mimpi besarnya menyelesaikan sebuah tafsir Alquran yang berjudul The Message of The Qur’an, magnum opus-nya. Setelah itu Asad terus mengabdi untuk Islam hingga wafatnya pada tahun 1992 di Spanyol. [4]

Buku inilah yang dibahas oleh Rosie, The Message of The Qur’an, dia berkata, “Lakukan penelitian sendiri dan baca langsung Alquran terjemahan bahasa Inggris yang baik. Saya merekomendasikan yang di atas (The Message of The Qur’an), jangan mendengarkan ceramah radikal dari orang-orang yang memiliki interpretasi sendiri.”[5]

Beruntung bagi para pembaca di Indonesia, buku ini pernah diterjemahkan dan diterbitkan oleh penerbit Mizan pada tahun 2009. Haidar Bagir pernah mengulasnya secara khusus, menurutnya ada tujuh kelebihan dari karya tafsir ini jika dibandingkan dengan karya-karya tafsir lainnya.

Pertama, berbeda dengan banyak tafsir Alquran lainnya, tafsir ini ringkas, hampir-hampir seperti sekumpulan catatan-catatan kaki yang diperluas sedemikian, sehingga dapat diatur agar selalu muat dalam halaman yang sama dengan pemuatan lafaz asli ayat dalam bahasa Arab dan terjemahannya.

Kedua, ringkasnya tafsir ini sama sekali tak berarti dangkal. Sebaliknya, tafsir dalam The Message of the Quran bukan hanya cukup mendalam, melainkan juga – umumnya – selalu diupayakan agar merujuk pada tafsir-tafsir tradisional yang sudah diakui, seperti tafsir al-Tabari, Ibnu Katsir, al-Zamakhsyari, al-Razi, al-Baghawi, al-Baidhawi, dan sebagainya.

Ketiga, tafisr ini dibuat dengan pendasaran atas penelitian bertahun-tahun dan mendalam yang dilakukan penulisnya atas berbagai tafsir tradisional, hadis, sejarah Rasul, bahkan juga Bibel. Asad bahkan melakukan penelitian bahasa Arab di kalangan suku Badui di Semenanjung Arabia.

Khususnya, suku-suku yang tinggal di wilayah Arabia Tengah dan Timur, yang dipercayai masih memelihara tradisi berbahasa Arab yang paling dekat dengan bahasa Arab yang dipakai pada zaman Rasulullah saw– yakni, ketika Alquran diturunkan dan dipahami pada awalnya.

Keempat, Asad berupaya sedapat mungkin untuk bersikap rasional dalam membaca dan memahami ayat-ayat Alquran. Boleh jadi bahkan cenderung rasionalistik di beberapa bagian. Akan tetapi sisi lain dia dengan tegas menyatakan bahwa setiap orang beriman yang membaca Alquran harus percaya terhadap suatu wilayah yang berada di luar jangkauan akal manusia.

Kelima, penafsiran-penafsiran Asad terasa sangat relevan dengan konteks kekinian. Dengan kata lain, ayat-ayat Alquran di tangan Asad tidak tinggal sebagai suatu kitab kuno yang anakronistik. Uraiannya tampak sekali diupayakan untuk beresonansi dengan situasi dan kondisi kontemporer dan kebutuhan orang-orang yang hidup pada zaman ini.

Keenam, pandangan-pandangan Asad lebih memungkinkan bagi perumusan pemahaman terhadap ajaran Islam yang progresif dan terbuka, tapi pada saat yang sama tetap autentik.

Ketujuh, dan ini adalah kelebihan yang sekaligus mencakup semua kelebihan tafsir Asad, The Message of the Quran telah menjadikan Alquran sebagai kumpulan firman Allah yang masuk akal (makes sense).[6]

Demikian ringkasan kelebihan The Message of The Qur’an menurut Haidar Bagir. (PH)

Bersambung ke:

Sebelumnya:

Catatan Kaki:


[1] Ismail Ibrahim Nawwab, “Berlin to Makkah: Muhammad Asad’s Journey into Islam”, dari laman https://archive.aramcoworld.com/issue/200201/berlin.to.makkah-muhammad.asad.s.journey.into.islam.htm, diakses 30 Juli 2020.

[2] Ibid.

[3] U.S. Library of Congress, “World War II and the Defeat of Nazi Germany”, dari laman http://countrystudies.us/austria/41.htm, diakses 30 Juli 2020.

[4] Ismail Ibrahim Nawwab, Loc.Cit.

[5] Facebook Rosie Gabrielle, “Dearest Friends”, dari laman https://www.facebook.com/RosieGabrielle/posts/1051604221844936, diakses 24 Juli 2020.

[6] Haidar Bagir, “The Message of the Quran: Pertemuan Saya dengan Tafsir Al-Quran Muhammad Asad”, dari laman https://www.mizan.com/the-message-of-the-quran-pertemuan-saya-dengan-tafsir-al-quran-muhammad-asad/, diakses 30 Juli 2020.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*