Tengah malam, Kisra sedang tidur, tiba-tiba datang sebuah sosok dengan tongkat yang berkata kepadanya, “Wahai Kisra, putra Hurmuz, aku adalah utusan Tuhan….”
Pada artikel sebelumnya, telah diriwayatkan oleh Hasan al-Basri bahwa malaikat datang dan memberi peringatan kepada Kisra. Bagaimana malaikat itu datang dan berkomunikasi dengannya, juga diriwayatkan oleh banyak periwayat. Berikut ini beberapa di antara mereka sebagaimana dihimpun oleh al-Tabari dalam Tarikh al-Rusul wa al-Muluk:
Khalid al-Hadhdha meriwayatkan, bahwa dia mendengar Abdurrahman bin Abu Bakrah[1] berkata:
Kisra, putra Hurmuz, sedang tidur pada suatu malam di istananya (aywan), istana al-Madain, dan pasukan kavaleri (yang bertugas menjaga) ditempatkan di sekitar kastilnya.
Tiba-tiba, muncullah seseorang dengan tongkat yang berjalan dan berdiri di depan Kisra dan berkata, “Wahai Kisra, putra Hurmuz, aku adalah utusan Tuhan untukmu (yang membawa pesan) bahwa engkau harus berpasrah diri (kepada-Nya).”
Dia mengatakan ini tiga kali, sementara Kisra berbaring tidak berdaya, menatapnya tetapi tidak menjawab. Kemudian malaikat itu meninggalkannya.
Kisra memanggil komandan pengawal dan berkata kepadanya, “Apakah engkau mengizinkan orang tadi untuk datang ke hadapanku?”
Komandan pengawal menjawab, “Tidak, aku tidak melakukannya, dan tidak ada seorang pun yang datang dari arah kami.”
Ketika tahun berikutnya, Kisra takut malam itu (yang seperti tahun lalu) dan memberi perintah kepada komandan pengawal, “Tempatkan pengawal di sekitar kastilku dan jangan biarkan siapa pun datang ke hadapanku.”
Komandan pengawal melakukan itu. Tetapi pada saat jam yang sama, lihatlah, ada malaikat dengan tongkat berdiri di dekat kepalanya dan berkata kepadanya, “Wahai Kisra, putra Hurmuz, aku adalah utusan Tuhan untukmu (yang membawa pesan) bahwa engkau harus berpasrah diri (kepada-Nya), lakukanlah, dan itu akan menjadi yang terbaik untukmu!”
Kisra menatapnya tanpa memberikan jawaban apapun. Kemudian malaikat itu meninggalkannya.
Kisra memanggil komandan pengawal (dan menegurnya), “Bukankah aku memerintahkanmu untuk tidak membiarkan siapa pun datang ke hadapanku?”
Komandan pengawal menjawab, “Wahai Raja, demi Tuhan, tidak ada yang datang ke hadapanmu dari arah kami. Beri tahu dari mana dia datang ke hadapanmu?”
Ketika tahun berikutnya tiba, dia begitu ketakutan pada malam itu, dan dia memberi perintah kepada komandan pengawal dan para pengawal itu langsung, “Berjagalah di sekitarku sepanjang malam ini, dan jangan biarkan ada (seorang pun, baik itu) wanita atau pria untuk datang ke hadapanku.”
Mereka melakukannya. Pada jam yang sama, lihatlah, ada malaikat lagi berdiri di dekat kepalanya dan berkata, “Kisra, putra Hurmuz, aku adalah utusan Tuhan untukmu (yang membawa pesan) bahwa engkau harus berpasrah diri (kepada-Nya), lakukanlah, dan itu akan menjadi yang terbaik untukmu!”
Dia mengulanginya tiga kali, sementara Kisra menatapnya tetapi tidak menjawab. Malaikat itu berkata, “Wahai Kisra, engkau telah mengabaikanku! Demi Tuhan, Tuhan pasti akan menghancurkanmu sama seperti aku menghancurkan tongkatku ini!” Kemudian dia menghancurkannya, dan pergi.
Kisra memanggil pengawalnya dan berkata, “Bukankah aku memerintahkanmu untuk tidak membiarkan siapa pun datang ke hadapanku malam ini, baik istri (ahl) maupun anak?”
Mereka menjawab, “Tidak ada yang datang ke hadapanmu dari arah kami.”
Segera setelah itu, putranya bangkit memberontak melawan dia dan membunuhnya.[2]
Dalam riwayat lainnya Abu Salamah bin Abdurrahman bin Auf berkata:
Tuhan mengutus malaikat untuk Kisra, ketika dia berada di kamar istananya (aywanihi) di mana tidak ada seorang pun yang diizinkan untuk datang ke hadapannya. Tiba-tiba, sekitar waktu tengah hari ketika dia akan tidur siang, ada sesosok tubuh berdiri di dekat kepalanya dengan tongkat di tangannya.
Sosok itu berkata, “Wahai Kisra, apakah engkau akan memasrahkan dirimu kepada Tuhan (a-tuslimu)? (Jika tidak,) aku akan mematahkan tongkat ini!”
Dia menjawab, “Bihil, bihil! (pergi, pergi!)”, lalu sosok malaikat yang datang itu meninggalkannya.
Kisra memanggil para pengawal dan pengurus istananya, dan marah-marah kepada mereka, berkata, “Siapa yang membiarkan orang ini datang ke hadapanku?”
Mereka menjawab, “Tidak ada yang datang ke hadapanmu, dan kami tidak pernah melihat orang yang dimaksud ini sama sekali.”
Pada tahun berikutnya, malaikat itu datang kepadanya tepat pada jam yang sama seperti sebelumnya dan mengucapkan kata-kata yang sama kepadanya seperti sebelumnya, berkata, “Apakah engkau akan memasrahkan dirimu kepada Tuhan? (Jika tidak,) aku akan mematahkan tongkat ini!”
Kisra menjawab tiga kali, “Bihil, bihil, bihil!” lalu sosok malaikat yang datang itu meninggalkannya.
Kisra memanggil para pengurus istana, pengawal, dan penjaga pintunya, dan marah-marah kepada mereka, mengatakan kepada mereka apa yang dia perintahkan kepada mereka sebelumnya.
Mereka menjawab, “Kami tidak melihat siapa pun datang ke hadapanmu.”
Ketika tahun ketiga tiba, malaikat itu datang ke Kisra tepat pada jam yang sama sebagaimana saat dia datang kepadanya sebelumnya, dan mengucapkan kata-kata yang sama kepadanya seperti sebelumnya, berkata, “Apakah engkau akan memasrahkan dirimu kepada Tuhan? (Jika tidak,) aku akan mematahkan tongkat ini!”
Kisra menjawab, “Bihil, bihil!”
Saat itu, malaikat itu mematahkan tongkatnya dan pergi. Hanya beberapa saat kemudian, kekuasaan kerajaannya hancur, dan putranya serta orang-orang Persia bangkit memberontak dan akhirnya membunuhnya.[3] (PH)
Bersambung ke:
Sebelumnya:
Catatan Kaki:
[1] Abdurrahman adalah anak tertua dari sahabat Nabi, Nufai bin Masruh, atau yang lebih terkenal dengan sebutan Abu Bakrah. Abdurrahman mengelola harta benda milik Ziyad bin Abihi di Basrah, namun setelah Perang Jamal, dengan enggan dia menyerahkannya kepada Ali bin Abi Thalib.
[2] Al-Tabari, Tarikh al-Rusul wa al-Muluk: Volume 5, diterjemahkan ke bahasa Inggris oleh C. E. Bosworth (State University of New York Press: New York, 1999), hlm 336-338.
[3] Ibid., hlm 335-336.