Persia adalah suku bangsa yang diketahui sudah ada dari sejak tahun 1.000 SM, bahasa mereka adalah Parsi. Secara tradisional orang Persia menyebut wilayah tempat tinggal mereka sebagai Iran, yang artinya “Tanah Bangsa Arya”.
Persia adalah nama sebuah wilayah kuno di Asia Barat Daya, yang apabila dibandingkan dengan masa kini wilayahnya kurang lebih adalah wilayah negara Iran sekarang.
Namun selain sebagai wilayah, selama berabad-abad istiah Persia juga – terutama oleh orang Barat – digunakan untuk merujuk kepada suku bangsa yang memiliki kebudayaan dan bahasa Persia (atau Parsi), utamanya terhadap orang-orang di wilayah Iran Selatan yang sebelumnya dikenal sebagai Persis, atau Pars, atau Parsa, atau Fars.[1]
Pada masa kini, mengingat begitu luas dan besarnya peradaban Persia pada masanya, bahasa Parsi selain digunakan sebagai bahasa utama di Iran dan Afghanistan, pengaruhnya meluas hingga ke mancanagera, seperti di Bahrain, Irak, Oman, Yaman, Uni Emirat Arab, India, Eropa, Amerika Serikat, bahkan hingga ke Indonesia.[2]
Beberapa bahasa Persia yang umum digunakan dalam bahasa Inggris di antaranya: shawl, pyjama, taffeta, khaki, kiosk, divan, lilac, jasmine, julep, jackal, caravan, bazaar, checkmate dan dervish.[3] Di Indonesia sendiri, ada lebih dari 400 kosakata bahasa Indonesia yang diserap dari bahasa Persia, di antaranya: pahlawan, bandar, anggur, dan masih banyak lagi.[4]
Parsa sendiri dulunya adalah suatu kelompok masyarakat nomaden Indo-Eropa yang bermigrasi ke wilayah tersebut pada sekitar tahun 1.000 SM. Dalam sejarah, penyebutan istilah “Parsa” pertama kalinya dikemukakan oleh Shalmanesar II, seorang raja Asiria, pada tahun 844 SM.[5]
Namun secara arkeologis, berdasarkan temuan dari galian yang baru terungkap pada tahun 1930-an, keberadaan manusia di wilayah Persia ternyata sudah ada dari sejak masa pra-sejarah, yakni sekitar tahun 100.000 SM.[6] Namun kita tidak akan membahasnya, karena itu sudah terlalu jauh dan perlu pemahaman ilmu arkeologi yang mendalam.
Orang-orang di daerah ini secara tradisional menyebut wilayah ini sebagai Iran, yang artinya “Tanah Bangsa Arya”, dan baru pada tahun 1935 pemerintah Iran meminta agar nama Iran digunakan sebagai pengganti Persia.[7] Istilah “Iran” sendiri bersal dari kata “Aryan” yang mengacu kepada Bangsa Arya.[8]
Kedua istilah tersebut, yaitu Iran dan Persia, bagaimanapun, sering digunakan secara bergantian ketika mengacu pada periode sebelum abad ke-20.[9]
Dewasa ini, karena Persia memiliki rentang sejarah yang begitu panjang dan juga memiliki kekayaan kebudayaan yang bernilai tinggi, UNESCO telah menetapkan sebanyak 24 situs warisan dunia (World Heritage) yang mesti dilestarikan.[10]
Di luar ke 24 situs tersebut, dari sejak tahun 2007 hingga sekarang Iran telah mengajukan 56 situs lainnya untuk menjadi situs warisan dunia. Hingga kini UNESCO masih melakukan asesmen terhadap situs-situs itu.[11]
Daftar Dinasti Persia
Meskipun Persia merupakan suku bangsa, namun pemerintahan mereka tidak pernah secara tunggal dikuasai oleh satu keluarga saja. Kekaisaran atau Dinasti Persia selalu berubah dari masa ke masa, dari satu keluarga/klan ke keluarga/klan lainnya.
Berikut ini adalah daftar Dinasti Persia yang tercatat dalam sejarah beserta denominasi agama mereka:
- Kekaisaran Akhemeniyah (550 SM–336 SM), Pagan kemudian dipengaruhi Zoroastrianisme.
- Kekaisaran Sasaniyah (224–651 M), Zoroastrianisme.
- Dinasti Safawiyah (1501–1736 M), Islam Syiah Itsna Asyariyyah.
- Dinasti Afshariyah (1736–1796 M), Kolaboratif Islam Sunni dan Syiah.
- Dinasti Zand (1750–1794 M), Islam Syiah Itsna Asyariyyah namun mendukung keterbukaan dan toleransi terhadap mazhab dan agama lain.
- Dinasti Qajar (1785–1925 M), Islam Syiah Itsna Asyariyyah namun mendukung keterbukaan dan toleransi terhadap mazhab dan agama lain. Ada juga anggota keluarganya yang menganut Islam Syiah Nizariyah Ismailiyah dan didaulat sebagai Imam.
- Dinasti Pahlavi ((1925–1935 M), Islam Syiah Itsna Asyariyyah.
Beberapa dinasti di atas, karena sudah terlalu jauh dari masa Persia awal, diketahui sudah tidak benar-benar Persia, melainkan ada keturunan dari suku lain, misalnya Kurdi, Turki, atau Azerbaijan.
Dan selain itu, jika Anda menyimak tahun berkuasanya dinasti-dinasti di atas, maka beberapa akan terlihat adanya kekosongan tahun, hal itu karena Persia pernah dikuasai oleh suku bangsa lainnya, di antaranya Yunani dan Arab.
Adapun pokok pembahasan seri artikel ini terkait dinasti-dinasti Persia, akan difokuskan kepada dua dinasti saja, yaitu Akhemeniyah dan Sasaniyah. Alasannya adalah karena Akhemeniyah merupakan dinasti pertama yang menjadi cikal bakal mengentalnya identitas Persia.
Dan mengenai Sasaniyah, pada masa inilah Nabi Muhammad saw hidup hingga diteruskan ke era Khulafaur Rasyidin, yang mana secara permanen mengakhiri kekuasaan Sasaniyah di Persia. (PH)
Bersambung ke:
Sebelumnya:
Catatan Kaki:
[1] Encyclopædia Britannica, “Iran, ancient.” (Chicago: Encyclopædia Britannica, 2014)
[2] “Farsi Language History”, dari laman https://www.todaytranslations.com/about/language-history/farsi-language-history/, diakses 8 Agustus 2020.
[3] Ibid.
[4] Warta Ekonomi, “Ternyata Persia Sumbang 400 Kosakata buat Bahasa Indonesia, Begini Penjelasannya”, dari laman https://www.wartaekonomi.co.id/read257974/ternyata-persia-sumbang-400-kosakata-buat-bahasa-indonesia-begini-penjelasannya, diakses 8 Agustus 2020.
[5] Encyclopædia Britannica, Loc.Cit.
[6] Ibid.
[7] Ibid.
[8] “Farsi Language History”, Loc.Cit.
[9] Encyclopædia Britannica, Loc.Cit.
[10] Official Website UNESCO, “Iran (Islamic Republic of)”, dari laman https://whc.unesco.org/en/statesparties/IR, diakses 8 Agustus 2020.
[11] Official Website UNESCO, “Tentative Lists”, dari laman https://whc.unesco.org/en/tentativelists/state=ir, diakses 8 Agustus 2020.