Mozaik Peradaban Islam

Penaklukan Persia (3): Kekaisaran Akhemeniyah, Dinasti Pertama Persia

in Sejarah

Last updated on August 12th, 2020 03:05 pm

Bangkitnya kekaisaran ini: tidaklah secara bertahap, namun sebuah ledakan yang kekuatannya tidak terbendung, yang gaungnya dirasakan oleh seluruh dunia. Dalam waktu singkat dunia tunduk di bawah kekuasaan mereka.

Ilustrasi Raja Persia, Koresh Agung (Cyrus the Great). Foto: Public Domain

Pada sekitar tahun 1500 SM dataran tinggi Iran dihuni oleh suku-suku Arya. Di antara suku-suku tersebut, muncullah suku Medes – atau sering disebut Media – dan Persia, dua suku yang paling kuat pada masa itu.

Orang-orang Media menguasai bagian barat laut Iran. Sementara itu orang-orang Persia yang bermigrasi dari Parsua, sebuah negeri di sebelah barat Danau Urmia, datang dan menetap ke wilayah selatan dataran tinggi Iran dan menamai wilayah mereka dengan sebutan Parsamash atau Parsumash.

Meskipun sama-sama kuat, namun orang-orang Media lebih dominan dibandingkan Persia. Selama berabad-abad orang-orang Persia terus didominasi oleh orang-orang Media. [1]

Berdasarkan catatan sejarawan Yunani, Herodotus, orang-orang Media lebih dahulu mendirikan kerajaan dengan raja pertama mereka, Deioces, pada tahun 728 SM. Deioces mendirikan ibukota Media yang dinamai dengan Ecbatana (sekarang kota Hamadan di Iran).[2]

Hingga pada sekitar tahun 681 SM, seorang kepala prajurit Persia yang bernama Hakhamanish, atau Akhemenes, tampil menjadi pemimpin terkemuka bangsa Persia. Dia kemudian menjadi raja pertama bagi orang-orang Persia.[3]

Meski demikian, sampai sejauh ini belum ada bukti sejarah bahwa sosok yang bernama Akhemenes ini benar-benar ada. Barulah pada generasi pelanjut Akhemenes raja-raja Persia secara sejarah dapat dibuktikan keberadaannya.[4]

Akhemenes kemudian secara berturut-turut digantikan oleh keturunan-keturunannya, yaitu Teispes, Koresh I, dan Kambises I.[5] Namun raja-raja ini meskipun telah melakukan berbagai upaya untuk dapat melepaskan diri dari dominasi Media, mereka masih belum cukup berhasil.[6]

Kekaisaran Akhemeniyah

Kambises I memiliki seorang putra, yang dia beri nama Koresh II (di Barat dia disebut Cyrus the Great [Koresh Agung]), yang menjadi penggantinya. Dibandingkan dengan raja-raja sebelumnya, Koresh II memiliki kualitas yang berbeda. Di bawah kepemimpinannya, Koresh II mempersatukan suku-suku Persia dan Arya yang sebelumnya tidak dapat dikendalikan oleh ayahnya.[7]

Di bawah Koresh II, orang-orang Persia muncul menjadi sebuah bangsa yang dapat menandingi kekuatan Media. Untuk penggambaran sosok Koresh II dan perkembangan Kekaisaran Akhemeniyah selanjutnya, marilah kita simak pemaparan dari sejarawan Agha Ibrahim Akram:

Pada tahun 550 SM Koresh mengalahkan Media, dan dalam pertempuran ini, Kekaisaran Persia bangkit bagaikan raksasa.

Dinasti ini mengambil namanya dari Akhemenes (Hakhamanish), Raja Anshan, namun cucunya Koresh -lah yang mendirikan Kekaisaran Persia – kekaisaran besar pertama dalam sejarah dan, dalam banyak hal, yang terbesar yang pernah diketahui dunia.

Bangkitnya kekaisaran ini: tidaklah secara bertahap, namun sebuah ledakan yang kekuatannya tidak terbendung, yang gaungnya dirasakan oleh seluruh dunia.

Pilar-pilar Koresh yang terpasang, dipimpin langsung oleh Raja Agung, menghancurkan setiap pasukan yang menentang laju mereka, dan seluruh peradaban dunia, mulai dari Yunani dan Makedonia di barat hingga Baktria dan Makran di timur jatuh ke dalam kekuasaan Persia. Hanya Mesir yang tetap berada di luar kekuasaan Persia.

Wilayah kekuasaan Persia pada abad ke-6 dan 5 SM. Grafik: Encyclopædia Britannica

Kerajaan-kerajaan lainnya di dalam sejarah, bangkit dari awal yang sederhana dan berjalan dari generasi ke generasi menapaki tangga kekuasaan dan kejayaan, namun Kekaisaran Akhemeniyah sebenar-benarnya terlahir digdaya, karena dalam masa hidup pendirinya, dia telah memantapkan dirinya untuk kekuasaan yang akan bertahan lebih lama ketimbang kerajaan lainnya dalam sejarah.

Dalam dua abad berikutnya, Persia menguasai dunia tanpa saingan yang dapat menantang otoritas mereka, dan penerus Koresh memperluas batas kekaisaran dan mencaplok Punjab dan Sind (India) juga (meskipun orang Yunani memberontak pada awal abad ke-5 SM dan memaksa Persia menganggap Bosphorus – sebagai batas barat mereka).

Penguasa-penguasa seperti Darius, Xerxes, Ardashir (Artaxerxes) semakin memperindah kekaisaran, tetapi kemudian datanglah Darius III yang dimahkotai pada tahun 336 SM dan (dia) tidak memiliki bahu lebar yang dibutuhkan untuk memikul beban kebesaran kekaisaran.

Dan dia tidak beruntung, pada masanya muncullah Aleksander Agung. Sebaliknya, adalah keberuntungan bagi Aleksander bahwa Persia pada masanya sedang tidak diperintah oleh seseorang yang cakap seperti leluhur mereka Darius.

Jika tidak seperti itu, saat itu dunia tidak akan pernah mendengar tentang Aleksander kecuali sebagai seorang raja Makedonia yang ambisinya tidak sebanding dengan kehebatan militernya.

Sejarah memiliki jalannya sendiri, dan kekuatan muda raksasa Makedonia itu mengalahkan kekuatan tua Persia yang pesakitan, dan Kekaisaran Persia runtuh.[8]

Demikianlah pemaparan dari Agha Ibrahim Akram.

Setelah berdiri selama 214 tahun (550-336 SM) Dinasti Persia pertama, Kekaisaran Akhemeniyah, harus hancur di bawah kekuatan baru, Aleksander Agung dari Makedonia. Meski Kekaisaran Akhemeniyah telah runtuh, namun nama dan identitas bangsa Persia pada waktu itu sudah begitu melekat dan dikenal oleh dunia.[9]

Merekalah yang pertama kalinya memperkenalkan Persia kepada dunia, dan efeknya bahkan masih berlanjut hingga hari ini, bangsa dan orang-orang Persia beserta bahasa dan budayanya masih dapat kita temui dalam kehidupan keseharian di era modern ini. (PH)

Bersambung ke:

Sebelumnya:

Catatan Kaki:


[1] Microsoft® Encarta® 2009 [DVD], “Persia.” (Redmond, WA: Microsoft Corporation, 2008.)

[2] Encyclopædia Britannica, “Iran, ancient.” (Chicago: Encyclopædia Britannica, 2014)

[3] Microsoft® Encarta® 2009 [DVD], Loc.Cit.

[4] Encyclopædia Britannica, Loc.Cit.

[5] Ibid.

[6] Microsoft® Encarta® 2009 [DVD], Loc.Cit.

[7] Encyclopædia Britannica, Loc.Cit.

[8] Agha Ibrahim Akram, The Muslim Conquest of Persia (Maktabah: Birmingham, 1975), hlm 4.

[9] Encyclopædia Britannica, Loc.Cit.

1 Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*