Mozaik Peradaban Islam

Perang Badr (3)

in Sejarah

Last updated on August 1st, 2018 08:32 am

Alhasil, setelah melewati perjalanan yang cukup panjang, jumlah kaum Muslimin yang tiba dan ikut berperang di Badr hanya 313 orang. Umumnya sejarawan sepakat dalam Ghazwah kali ini, yang memegang panji Rasulullah SAW adalah Ali bin Abi Thalib.

—Ο—

 

Badr adalah nama sebuah lembah yang terletak 181 km di sebelah barat daya kota Madinah, atau kurang lebih 310 km dari kota Mekah dan dengan jarak 45 km dari laut Merah. Pada zaman dahulu, waktu tempuh ke tempat ini bisa memakan waktu sekitar 4 hari dari Madinah. Tempat ini bisa dikatakan sebagai terminal atau “rest area” bagi siapapun yang melintas, baik dari Mekkah menuju Madinah ataupun sebaliknya. Demikian juga masyarakat yang dari Mekkah menuju Syam di Utara, tentu akan melintasi lembah ini, dan biasanya akan mampir untuk mengisi perbekalan, khususnya air. Karena di tempat ini terdapat oasis yang merupakan jantung kehidupan padang pasir.

Posisi geografis lembah Badr. Sumber gambar: http://tasheeltadrees.blogspot.com

Menurut Ibn Ishaq, awal mula terjadinya Perang Badr, ketika Rasulullah SAW mendengar bahwa pemimpin Mekkah kala itu, Abu Sufyan bin Harb tiba dari Syam bersama kafilah dagang Quraisy yang mengangkut kekayaan yang banyak sekali milik orang-orang Quraisy, dan komoditi mereka. Kafilah dagang Abu Sufyan bin Harb ini terdiri dari tiga puluh atau empat puluh orang dari orang-orang Quraisy. Di antara mereka adalah Makhramah bin Naufal bin Uhaib bin Abdu Manaf bin Zuhrah dan Amr bin Al-Ash bin Wail bin Hisyam.”[1]

Menurut O. Hashem, kafilah Abu Sufyan ini membawa barang dagangan senilai 50.000 dinar dan hanya dikawal tak lebih dari 70 orang.[2] Seperti umumnya kebiasaan masyarakat jahiliyah, ketika menemukan tempat pemberhentian seperti Lembah Badr, mereka langsung membongkar muatan, makan, minum, dan menenggak minuman bersama wanita-wanita penghibur. Sehingga informasi tentang barang-barang bawaan, serta para pengawal yang mereka bawa memang bisa dipercaya akurasinya.

Mendengar informasi ini, Rasulullah SAW menyeru kepada kaum Muslimin untuk bergegas melakukan penghadangan. Tujuannya adalah mengambil kembali sebagian harta kaum Muslimin yang sudah dirampas secara zhalim oleh kaum kafir Mekkah.[3] Ditinjau dari perspektif manapun, ini adalah kesempatan langka. Inilah momentumnya bila kaum Muslimin ingin mengambil kembali harta bendanya. Karena disamping sistem pengawalannya lemah, komoditi yang dibawa kafilah ini sangat banyak, dan hampir tidak ada rumah di Mekkah yang tidak menitipkan barangnya dalam kafilah ini.[4]

Singkat cerita, pada hari minggu pagi tanggal 12 Ramadhan 2 H atau 8 Maret 624 M, Rasulullah SAW berangkat dari Madinah bersama lebih dari 300 orang sahabat menuju Lembah Badr. Kafilah ini hanya membawa 70 ekor unta dan 2 ekor kuda, selebihnya mereka berjalan kaki. Tidak semua sahabat ikut dalam rombongan ini. Di antara mereka yang berhalangan ikut adalah Utsman bin Affan yang merupakan menantu Nabi SAW, yang ketika itu harus menjaga Ruqayyah istrinya yang sedang sakit; Thalhah bin ‘Ubaidillah dan Sa’id bin Zaid yang ketika itu Nabi perintahkan keduanya melakukan pengintaian terhadap kafilah dagang Abu Sufyan. Mereka baru kembali setelah Perang Badr usai. Adapun dari kaum Anshar, yang tidak ikut dalam rombongan ini yaitu Ibnu Ummi Maktum. Dia ditunjuk Nabi untuk mewakili Nabi di Madinah. Tapi hanya untuk mengimami Shalat, karena ia buta.[5]

Perjalanan yang mereka tempuh memakan waktu sekitar 4 hari. Ada di antara orang-orang dalam rombongan ini yang jatuh sakit atau mengalami kecelakaan, sehingga mereka dipulangkan. Rasulullah SAW juga sempat memulangkan beberapa orang di salah satu tempat pemberhentian bernama Wadi Aqiq, dengan alasan mereka belum cukup umur. Beberapa remaja yang dipulangkan tersebut antara lain: Abdullah bin Umar, Usamah bin Zaid, Rafi bin Khadij, Barra bin Azib, Usaid bin Zhuhair, Zaid bin Arqam, Zaid bin Tsabit, dan ‘Umair bin Abi Waqqash yang ketika itu masih berusia 15 atau 16 tahun. Yang terakhir ini, ‘Umair yang merupakan adik dari Sa’d bin Abi Waqqash terus menangis sehingga Nabi mengizinkannya ikut.[6]

Alhasil, setelah melewati perjalanan yang cukup panjang, jumlah kaum Muslimin yang tiba dan ikut berperang di Badr hanya 313 orang. Umumnya sejarawan sepakat dalam Ghazwah kali ini, yang memegang panji Rasulullah SAW adalah Ali bin Abi Thalib. (AL)

Bersambung…

Perang Badr (4)

Sebelumnya:

Perang Badr (2)

Catatan kaki:

[1] Lihat, Sirah Nabawiah Ibn Hisyam (jilid 1), Fadhli Bahri, Lc (Penj), Jakarta, Batavia Adv, 2000, hal. 459

[2] Lihat, O. Hashem, Muhammad Sang Nabi; Penelusuran Sejarah Nabi secara Detail, Jakarta, Ufuk Press, 2004, hal. 128

[3] Ibnu Ishaq berkata, “Ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mendengar Abu Sufyan bin Harb tiba dari Syam, beliau mengajak kaum Muslimin keluar. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda: ‘Inilah kafilah dagang Quraisy. Di dalamnya terdapat harta kekayaan mereka. Oleh karena itu, per-gilah kalian kepada mereka! Mudah-mudahan Allah memberikan kekayaan mereka kepada kalian!’ Kaum Muslimin merespon ajakan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Sebagian kaum Muslimin merasa ringan tanpa beban untuk berangkat, dan sebagian lain merasa berat hati untuk berangkat, karena mereka tidak menyangka kalau Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mendapatkan perlawanan.”

[4] Lihat, O. Hashem, Op Cit, hal. 131

[5] Ibid, hal 128

[6] Ibid, hal 129

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*