Mozaik Peradaban Islam

Perjalanan Intelektual Imam Bukhari (15): Kritik terhadap Sahih al-Bukhari (3): Abu Rayyah, Sang Penggugat Abu Hurairah (1)

in Tokoh

Last updated on October 14th, 2021 02:49 pm

Abu Rayyah, seorang ulama muda Mesir, menggugat keberadaan Abu Hurairah dalam Sahih Bukhari. Menurutnya, Abu Hurairah bukanlah sosok yang kredibel.

Kredit foto tercantum di dalam gambar.

Tokoh ulama Muslim selanjutnya yang mengkritik Sahih Bukhari (atau lebih tepatnya kepada seluruh ulama pengumpul hadis) adalah Abu Rayyah (1889-1970 M). Abu Rayyah yang memiliki nama lengkap Mahmud Abu Rayyah adalah seorang ulama asal Mesir.

Pada usia muda, Abu Rayyah mengikuti pendidikan di Madrasah al-Da’wah wa al-Irsyad, yaitu lembaga dakwah yang didirikan oleh Muhammad Rasyid Ridha. Selain di tempat tersebut, Abu Rayyah juga mengikuti sekolah khusus teologi lokal.

Semenjak itu, dia  menyimpan kekaguman yang luar biasa terhadap Muhammad Abduh dan Muhammad Rasyid Ridha, terutama mengenai gagasan keduanya seputar penolakan terhadap taqlid, khususnya taqlid terhadap mazhab.[1]

Oleh sebagian orang pada masanya, Abu Rayyah sempat dicap sebagai Muslim yang ingkar sunnah karena pemikiran-pemikirannya yang dianggap kontroversial. Abu Rayyah berangkat dari pemikiran, bahwa jika seseorang hendak melakukan penelitian, maka dia tidak perlu tunduk terhadap teori-teori para ulama yang lebih senior.

Abu Rayyah merasa muak atas sikap pasif (jumud) para ulama atau sarjana masa itu, yang menurutnya tidak memiliki imajinasi atau inspirasi. Abu Rayyah menilai, bahwa taqlid terhadap mazhab merupakan sesuatu yang merusak dan ia adalah penyebab terjadinya kemunduran dalam Islam. Oleh karenanya, Abu Rayyah memiliki tujuan utama untuk membongkar hambatan-hambatan yang disebabkan oleh taqlid tersebut.[2]

Abu Rayyah kemudian mulai mengkritik ulama-ulama yang melakukan studi literatur hadis, menurutnya mereka hanya berkutat pada permasalahan fikih empat mazhab. Abu Rayyah juga menyesalkan bahwa para ulama tersebut masih menggunakan kritik isnad sebagai satu-satunya pendekatan kritis terhadap hadis seperti yang lazim digunakan pada abad pertengahan. Menurut Abu Rayyah, hal ini membuktikan bahwa para ulama hadis tidak terlalu memperhatikan kritik tekstual atau kritik matan (isi).

Kegelisahan Abu Rayyah yang lainnya adalah karena adanya sikap ulama yang lebih tunduk kepada aturan fikih yang diturunkan dari sebuah hadis dibanding kepada hadis itu sendiri. Mereka tidak pernah mempertanyakan otentisitas sebuah perkataan yang diatributkan kepada Nabi.

Menurut Abu Rayyah, para ulama tersebut dengan buta mengikuti ijma dari abad-abad sebelumnya. Mereka hanya mempersoalkan aspek-aspek remeh sebuah hukum yang sudah tidak lagi memiliki arti penting bagi kaum Muslim modern abad ke-20.[3]

Pada puncaknya Abu Rayyah kemudian menulis tiga buku dengan judul Adhwa ala al-Sunnah al-Muhammadiyyah (terbit 1958),  Syaikh al-Mudhirah: Abu Hurairah (terbit 1969), dan Din Allah Wahid: Muhammad wa al-Masih Akhawani (terbit awal 1970-an).

Dari ketiga karyanya tersebut, dua buku pertama itulah yang paling dianggap kontroversial. Buku pertama, membahas seluk beluk ilmu hadis, dan kritik dan gugatannya terhadap hadis. Buku kedua masih tentang hadis, tetapi dia secara spesifik menggugat sosok sahabat Nabi, Abu Hurairah, yang menurutnya tidak kredibel untuk dijadikan sebagai seorang periwayat hadis.[4]

Karena kedua bukunya ini, Abu Rayyah sempat dicap sebagai penganut Syiah dan bahkan dikafirkan. Para ulama ortodoks marah kepada Abu Rayyah karena pemikirannya dinilai berseberangan, terutama tentang pembahasannya mengenai Abu Hurairah.[5]

Ke depan, kita akan mengulas secara lebih jauh pemikiran-pemikiran Abu Rayyah. Bagaimanapun, meskipun Abu Rayyah sempat dicap kafir, tapi pada kenyataannya pemikirannya berhasil menggoyang struktur kemapanan tentang hadis yang telah bertahan selama berabad-abad.

Pada gilirannya karya-karya Abu Rayyah malah mendorong para ulama atau sarjana lainnya untuk menulis sanggahan ilmiah. Ilmu hadis di dunia Muslim menjadi berdinamika kembali, tidak terhitung berapa banyak karya tulis yang sengaja dibuat untuk menjawab tuduhan-tuduhan Abu Rayyah. (PH)

Bersambung ke:

Sebelumnya:

Catatan kaki:


[1] Badri Khaeruman, Kontroversi Sahabat Nabi: Studi Kritis Pemikiran Abu Rayyah Mengenai Abu Hurairah dan Peranannya dalam Periwayatan Hadis (LP2M UIN Bandung: Bandung, 2021), hlm 103.

[2] Nurkholis Sofwan, Kontroversi Pemikiran Hadits Mahmud Abu Rayyah (Jurnal Al-Ashriyyah, Vol. 5 No. 2 Oktober 2019), hlm 75.

[3] Abdul Wadud Kasyful Humam, “Abu Rayyah: Kritikus Hadis Asal Mesir”, dari laman https://bincangsyariah.com/khazanah/abu-rayyah-kritikus-hadis-asal-mesir/, diakses 13 Oktober 2021.

[4] Badri Khaeruman, Loc.Cit.

[5] Abdul Wadud Kasyful Humam, Loc.Cit.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*