Rosie hendak berangkat ke Pakistan, namun orang-orang mencegahnya, berkata, “Itu berbahaya, mereka adalah teroris, kamu akan diperkosa atau dibunuh, (tempat) itu kotor, kamu akan diperlakukan dengan buruk sebagai perempuan.”
Setelah selesai melakukan perjalanannya di Oman, Rosie beralih ke Afrika Selatan. Namun kita tidak akan membahas perjalanannya di sana. Demikian, kita akan langsung mengulas perjalanannya di Pakistan, di mana dia mengalami banyak pengalaman spiritual yang mana akan menggiringnya ke salah keputusan terbesar dalam hidupnya, yakni masuk Islam.
Pakistan memiliki nama resmi Republik Islam Pakistan. Di dunia, hanya ada empat negara yang menggunakan awalan “Republik Islam” pada negaranya, mereka adalah Afghanistan, Iran, Mauritania, dan Pakistan.
Pakistan adalah sebuah negara yang berada di wilayah Asia Selatan. Negara ini menjadi titik temu di antara tiga wilayah besar di dunia, yakni Asia Selatan, Asia Barat Daya, dan Asia Tengah, maka tidak mengherankan jika di negara ini budaya dan etnisitasnya cukup beragam. Ibukota Pakistan adalah Islamabad, sementara Karachi adalah kota terbesar di negara itu.
Wilayah Pakistan saat ini adalah tempat lahirnya peradaban paling awal di Asia Selatan, yaitu peradaban Lembah Indus (2500? -1700 SM). Pakistan juga sempat menjadi bagian dari Kekaisaran Islam Mughal dari tahun 1526 hingga 1700-an, ketika berada di bawah kekuasaan Inggris.
Pakistan memperoleh kemerdekaannya pada Agustus 1947. Negara ini awalnya terdiri dari dua bagian, Pakistan Barat dan Pakistan Timur, yang dipisahkan oleh sekitar 1.600 km wilayah India. Pada Desember 1971 Pakistan Timur memisahkan diri dan menjadi republik yang merdeka, yaitu Bangladesh.
Di Pakistan terdapat lima suku utama, yaitu Punjabi, Sindhis, Pashtun (Pakhtun), Muhajir (Muslim yang bermigrasi ke negara Pakistan yang baru terbentuk setelah tahun 1947), dan Baluchi (Baloch). Subkelompok yang berbeda secara etnis ada pada masing-masing dari lima kategori ini.
Secara keseluruhan, identitas kesukuan di sana berlapis-lapis dan kompleks, dan mungkin didasarkan pada kombinasi agama, bahasa, etnis, dan suku. Meski suku-suku itu memiliki bahasa masing-masing, tapi pada umumnya mereka mengerti bahasa Urdu.
Urdu adalah bahasa resmi Pakistan. Pada awalnya ia adalah bahasa pertama dari hanya sebagian kecil dari populasi, tetapi akhirnya ia melintasi batasan-batasan perbedaan linguistik dan provinsi dan menjadi bahasa nasional Pakistan. Lebih dari 75 persen orang Pakistan dapat berbicara dan mengerti bahasa Urdu.
Punjabi adalah suku terbesar di sana, dengan jumlah populasi mencapai 60 persen, diikuti oleh Sindhis sebesar 13 persen, Pashtun juga 13 persen, Muhajir 8 persen, dan Baluchi 4 persen. Dari segi keagamaan, sesuai dengan nama negaranya, 97 persen penduduknya beragama Islam.
Islam di negara itu terdiri dari dua bagian, sekitar tiga perempatnya adalah Sunni, sementara seperempatnya adalah Syiah. Beberapa sekte Muslim kecil lainnya pun ada, seperti Ahmadiyah dan Zikris.
Sementara itu agama minoritasnya adalah Hindu dan Kristen, mereka adalah kelompok minoritas agama terbesar. Kelompok agama minoritas lainnya adalah Sikh, Parsis, dan sejumlah kecil umat Buddha. Konstitusi negara ini mendefinisikan Pakistan sebagai negara Islam tetapi menjamin kebebasan beragama.[1]
Sebelum berangkat ke Pakistan, orang-orang sempat bertanya kepada Rosie, “Mengapa? Mengapa kamu pergi ke sana? Apa yang baik dari negara itu?”[2] Lebih jauh, ada juga yang mengatakan kepadanya, “Itu berbahaya, mereka adalah teroris, kamu akan diperkosa atau dibunuh, (tempat) itu kotor, kamu akan diperlakukan dengan buruk sebagai perempuan.” Pada intinya orang-orang itu memperingatkan tentang berbahayanya pergi ke Pakistan.[3]
Namun alih-alih terpengaruh, dia malah berkata, “Saya dijejali kebohongan yang didorong oleh media dan orang-orang yang termakan propaganda, tidak pernah memiliki pengalaman pribadi untuk diri mereka sendiri di negara ini.”
Oleh karenanya dia malah merasa tertantang, “Jadi, apa kebenarannya? Apa (yang kelak akan menjadi) pengalaman pribadi dan kesan pertama saya terhadap Pakistan dan orang-orangnya?”
Rosie akhirnya tetap berangkat ke Pakistan pada Desember 2018. Dan apa yang terjadi di sana? Dia malah disambut secara hangat dan meriah, mungkin karena pada waktu itu dia sudah cukup terkenal di media sosial. Video penyambutan Rosie di Pakistan bisa dilihat di bawah ini:
Adapun impresi pertama Rosie setelah mendapatkan sambutan yang begitu hangat adalah, “Hatiku begitu meluap-luap. Kata-kata bahkan tidak bisa mengungkapkan betapa besarnya kegembiraan di hatiku, yang telah saya alami dari cinta dan kemurahan hati orang-orang ini. Saya tahu bahwa dengan datang ke sini saya akan bertemu orang-orang baik.
“Saya diberi tahu dari banyak pelancong tentang betapa hebatnya orang-orang di sini. Tapi yang saya temui bukan itu. Tidak ada kata dalam bahasa Inggris yang dapat menggambarkan esensi orang-orang Pakistan.
“Sejak tiba, saya telah menyaksikan kebaikan dan kemurahan hati yang paling tulus dan terdalam dari penduduk setempat. Orang-orang yang penuh hormat, terhormat, ramah, yang tidak memiliki niat lain selain untuk melayani orang lain dan memperlakukan semua orang sebagai keluarga dan sebagai kesatuan.”[4]
Nantikan kelanjutan petualangan Rosie di Pakistan dalam seri selanjutnya. (PH)
Bersambung ke:
Sebelumnya:
Catatan Kaki:
[1] Saeed Shafqat. “Pakistan.” Microsoft® Encarta® 2009 [DVD]. Redmond, WA: Microsoft Corporation, 2008.
[2] Facebook Page Rosie Gabrielle, “Pakistan: My first impression”, dari laman https://www.facebook.com/RosieGabrielle/videos/2097852960260553, diakses 10 Juli 2020.
[3] Facebook Page Rosie Gabrielle, “Pakistan”, dari laman https://www.facebook.com/RosieGabrielle/photos/a.351375065201192/784557805216247/, diakses 10 Juli 2020.
[4] Facebook Page Rosie Gabrielle, “Pakistan: My first impression”, Loc.Cit.