Sarung (2): Model, Motif dan Makna Filosofisnya

in Lifestyle

Last updated on January 14th, 2018 05:29 am

Motif kotak-kota yang umum ditemukan di kain sarung memiliki makna filosofis;  yaitu melangkah kemanapun (baik ke kanan, kiri, atas ataupun bawah), setiap orang harus siap berhadapan dengan konsekuensi bahwa selalu ada keragaman di sekitarnya.

—Ο—

 

Di Asia Tenggara, sarung merupakan pakaian yang hampir merata ada di setiap Negara. Sebagaimana di berbagai bangsa di dunia, sarung di Asia Tenggara juga di kenal dengan banyak nama, model dan design. Di Myanmar, sarung dinamakan longyi; Di Kamboja, busana ini dikenal dengan nama sampot; di Laos dan tempat sebagian wilyah Thailand disebut Sinh (Lao: ສິ້ນ, Thai: ซิ่น). Sedang di Thailand sendiri, busana ini disebut pa kao mah (Thai: ผ้าขาวม้า) untuk laki-laki dan pa toong (Thai: ผ้าถุง) untuk wanita.[1]

Di daerah Melayu hingga ke Timur gugusan pulau di Nusantara, seperti Malaysia, Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Sulewasi hingga ke Filipina, busana ini memiliki nama yang identik satu sama lain, mulai dari sarung yang secara umum dikenal di Indonesia dan Malaysia, hingga sebutan-sebutan lain yang menunjukkan perbedaan model dan motifnya, seperti kain (Malaysia, dan sebagian besar daerah di Indonesia), songket (Minangkabau dan Palembang), batik (jawa),[2] samping (melayu hingga pulau Jawa), sabok (di Sarawak), kebaya (di Jawa dan Bali), malong (di Mindanao); serta untuk wanitanya, orang-orang Filipina menyebut busana ini dengan saya atau tapis, nama yang sama juga dapat kita temukan di daerah Lampung, dimana Tapis adalah kain tradisonal suku Lampung.

Di Indonesia, istilah sarung biasanya menunjukkan ke jenis kain yang berbentuk tabung dan dijahit menyatu di kedua sisinya. Model jenis ini adalah yang umum seperti digunakan oleh suku Badui yang tinggal di Yaman.[3] Sarung Yaman berasal dari kain putih yang dicelupkan ke dalam neel yaitu pewarna hitam. Sarung Yaman terdiri dari beberapa variasi, termasuk model Assafi, al-kada, dan annaqshah.[4] Adapun sarung dalam arti luas yang sudah tersentuh oleh “kejenuisan nusantara”, bisa dibedakan secara umum dari metode pembuatannya. Beberapa diantara adalah tenun ikat,[5] Songket[6], serta Tapis. Kain ikat dapat dibedakan dari kain songket berdasarkan jenis benang. Songket umumnya memakai benang emas atau perak. Motif kain songket hanya terlihat pada salah satu sisi kain, sedangkan motif kain ikat terlihat pada kedua sisi kain.

Kain Songket Palembang. Sumber gambar: http://rubik.okezone.com

Masing-masing jenis bahan sarung tersebut berasal dari daerah yang berbeda di Indonesia. Teknik tenun ikat terdapat di berbagai daerah di Indonesia, antaara lain Toraja, Sintang, Jepara, Bali, Lombok, Sumbawa, Sumba, Flores, dan Timor. Sedangkan songket, sangat identik dengan ciri khas adat Minangkabau dan Palembang. Sementara Tapis adalah kain khas yang berasal dari Lampung.[7] Selain itu ada juga jenis kain gringsing dari Tenggaran, Karangasem, Bali yang merupakan satu-satunya kain di Indonesia yang dibuat dari teknik tenun ikat ganda.[8]

Berbagai motif Tapis khas Lampung. Sumber gambar: goodnewsfromindonesia.id

Sarung yang terbuat dari tenun menggunakan motif yang sederhana, cenderung lebih bermain warna, dibanding motif yang ‘ramai’. Sedangkan tapis dan songket, sekilas akan terlihat sama. Motif tapis memiliki unsur alam seperti flora dan fauna, sedangkan motif songket, terlihat lebih meriah dengan motif yang mengisi seluruh isi bahan. Persamaan keduanya adalah terbuat dari benang emas dan perak. Adapun motif kain sarung yang umum adalah garis-garis yang saling melintang (kotak-kotak). Nilai filosofisnya adalah setiap melangkah baik ke kanan, kiri, atas ataupun bawah, akan ada konsekuensinya. Hal ini juga serupa pada gradasi bermotif papan catur seperti sarung bali.[9] Saat kita berada di titik putih, kemudian melangkah ke arah manapun, kita akan bersiap memasuki blok perbedaan apa pun. Adapun cara amannya, adalah dengan cara bergerak perlahan ke arah diagonal. Tapi dampaknya, kita bukannya maju, tapi malah menjauh dari target. Maka cara yang paling baik adalah menghindari jalur aman, dan mulai melangkah menghadapi tantangan, sebab orang yang berani menghadapi cobaan adalah orang yang akan cepat menuai harapan.[10]

Sarung Tenun Bali. Sumber gambar: thebalisouvenirs.com

 

Dalam perkembangan selanjutnya, sarung di Indonesia memang identik dengan budaya Islam. Bagi sebagian masyarakat, sarung menjadi busana kehormatan yang mencerminkan nilai kesopanan yang tinggi. Tak heran bila mayoritas orang Indonesia sering memakai sarung untuk sholat di masjid. Tapi lebih dari itu, sarung bagi masyarakat Indonesia adalah busana yang multi-season, bisa digunakan kapan dan dimana saja. Bisa untuk bersantai di rumah atau untuk ibadah , bahkan acara-acara resmi seperti upacara nikah. Hal ini sangat berbeda dengan di Timur Tengah, dimana sarung tidak identik dengan busana sembahyang seperti di Indonesia. Bahkan di Mesir dianggap tidak pantas mengenakan sarung ke masjid, apalagi untuk keperluan menghadiri acara formal.[11]

Bersambung…

Sarung (3); Kaum Santri dan Identitas Kebangsaan

Sebelumnya:

Sarung (1): Busana Dunia

Catatan kaki:

[1] Lihat, https://www.allsarongs.com/sarong-history-a/144.htm, diakses 8 Januari 2018

[2] Batik adalah metode dekorasi kain yang telah dipraktikkan oleh penduduk asli Indonesia selama berabad-abad. Proses batik sebenarnya sederhana – desain pertama diaplikasikan pada kain dengan menggunakan lelehan lilin. Kain tersebut kemudian dicelupkan ke dalam pewarna sayuran – bagian-bagian kain yang dilindungi lilin tidak menyerap zat warna. Proses selanjutnya, lilin dilepaskan dari kain dengan menggunakan air panas maka, sehingga yang tersisa hanya pola terang pada kain yang berwarna. Metode ini telah digunakan selama lebih dari 1.000 tahun dan diturunkan dari satu generasi ke generasi. lihat, Ibid

[3] Sarung sudah melekat pada ciri khas masyarakat Muslim di Indonesia. Meski sebenarnya penggunaan Sarung tidak mengacu pada identitas religius tertentu. Karena Sarung juga digunakan oleh berbagai kelompok di berbagai suku. Sebagian besar Sarung terbuat dari berbagai bahan: katun, poliester, atau sutra.

[4] Lihat, Encyclopedia Islam International, Iwan Gayo Glaxo (Edt), Jakarta, Pustaka Warga Negara, 2013, Hal. 1063

[5] Tenun ikat atau kain ikat adalah kriya tenun Indonesia berupa kain yang ditenun dari helaian benang pakan atau benang lungsin yang sebelumnya diikat dan dicelupkan ke dalam zat pewarna alami. Alat tenun yang dipakai adalah alat tenun bukan mesin. Kain ikat dapat dijahit untuk dijadikan pakaian dan perlengkapan busana, kain pelapis meubel, atau penghias interior rumah. Sebelum ditenun, helai-helai benang dibungkus (diikat) dengan tali plastik sesuai dengan corak atau pola hias yang diingini. Ketika dicelup, bagian benang yang diikat dengan tali plastik tidak akan terwarnai. Tenun ikat ganda dibuat dari menenun benang pakan dan benang lungsin yang keduanya sudah diberi motif melalui teknik pengikatan sebelum dicelup ke dalam pewarna. Lihat, https://id.wikipedia.org/wiki/Tenun_ikat, diakses 8 Januari 2018

[6] Kata songket berasal dari istilah sungkit dalam Bahasa Melayu dan Bahasa Indonesia, yang berarti “mengait” atau “mencungkil”. Hal ini berkaitan dengan metode pembuatannya; mengaitkan dan mengambil sejumput kain tenun, dan kemudian menyelipkan benang emas. Selain itu, menurut sementara orang, kata songket juga mungkin berasal dari kata songka, songkok khas Palembang yang dipercaya pertama kalinya kebiasaan menenun dengan benang emas dimulai. Istilah menyongket berarti ‘menenun dengan benang emas dan perak’. Songket adalah kain tenun mewah yang biasanya dikenakan saat kenduri, perayaan atau pesta. Lihat, https://id.wikipedia.org/wiki/Songket, diakses 8 Januari 2018

[7] Lihat, https://id.wikipedia.org/wiki/Sarung, diakses 8 Januari 2018

[8] Lihat, https://id.wikipedia.org/wiki/Tenun_ikat, Op Cit

[9] Lihat, https://id.wikipedia.org/wiki/Sarung, Op Cit

[10] Lihat, http://www.travelfoodfashion.com/indonesian-skirt-famous-indonesian-sarong/#, diakses 8 Januari 2018

[11] Lihat, http://www.travelfoodfashion.com/indonesian-skirt-famous-indonesian-sarong/#, Op Cit

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*