Mozaik Peradaban Islam

Siapa Penggubah Syair Cinta Nabi Barzanji (21): Dari Masjid-Masjid ke Panggung Teater WS Rendra (1)

in Studi Islam

Last updated on April 15th, 2021 01:03 pm

Penyair besar WS Rendra pernah memiliki pandangan yang buruk terhadap Islam, hingga dia membaca Kitab Barzanji yang akan mengubah perjalanan hidupnya hingga akhir hayatnya.

WS Rendra. Foto: Kompas/Eddy Hasbi

Siapa yang tidak kenal dengan WS Rendra si Burung Merak, seorang penyair besar Indonesia yang saat ini sudah wafat namun karya-karyanya masih tetap menggema di lingkungan penikmat puisi, teater, seni, dan bahkan kalangan intelektual.

Sebelum memutuskan masuk Islam, Rendra memiliki nama lengkap Willibrordus Surendra Broto Rendra, dia dilahirkan di sebuah lingkungan keluarga Katolik yang taat. Ayah Rendra bernama R. Cyprianus Sugeng Brotoatmodjo dan ibunya bernama Raden Ayu Catharina Ismadillah.

Kedua orang tuanya adalah pelaku seni. Ayahnya adalah seorang pendrama, dan juga guru bahasa Jawa dan bahasa Indonesia di sekolah Katolik di Solo, ibunya adalah seorang penari Serimpi yang sering manggung untuk keraton Solo.[1]

Namun setelah dewasa dan menjadi tokoh besar di Indonesia, dia memutuskan untuk masuk Islam dan mengganti namanya menjadi Wahyu Sulaiman Rendra, kendati masyarakat umum masih menyebutnya dengan “WS Rendra”, karena secara inisial tidak ada yang berubah.[2]

Peristiwa masuk Islamnya WS Rendra pada periode tahun 1960 dan 1970-an, sempat menjadi perhatian khalayak ramai karena dia dituduh masuk Islam semata-mata hanya karena ingin berpoligami. Namun hal ini dibantah oleh Ajip Rosidi, seorang budayawan yang juga sahabat Rendra.

Menurut Ajip, sebagai Muslim Rendra tentu saja boleh bermadu (poligami). Karena itu ada orang yang mengatakan bahwa Rendra masuk Islam hanya karena mau bermadu.

“Tetapi suara demikian selalu aku bantah karena aku boleh dikatakan mengikuti proses kegelisahan Rendra sejak awal. Aku yakin Rendra masuk Islam karena keyakinan dan karena hidayah dari Allah. Bahwa dia kemudian memanfaatkan kemuslimannya untuk bermadu, aku anggap soal lain,” kata Ajip.

Di antara berbagai sebab mengapa Rendra memutuskan masuk Islam, tiada lain adalah karena Kitab Barzanji yang menjadi pokok utama pembahasan artikel ini. Ajip menuturkan, “Saya kira tidak kecil pengaruh pengalamannya mementaskan Barzanji itu sehingga dia sampai pada keputusan untuk memeluk agama Islam.”[3]

Teater Barzanji

Pada tanggal 23-24 Juni 1970 – waktu itu Rendra masih belum masuk Islam, dia masih dalam fase agnostik dan sempat masuk ke berbagai agama lainnya, di antaranya adalah Hindu dan Buddha – menggelar acara pementasan teater Kasidah Barzanji di Teater Terbuka Pusat Kesenian Jakarta.[4]

Padahal waktu itu, Rendra sendiri mengakui memiliki pandangan yang buruk terhadap Islam, dia mengatakan, “Gambaran tentang orang Islam dalam benak saya memang buruk sekali: mereka tak ramah, tak cukup kreatif, dan sebagainya.”

Kepada sahabat Muslimnya yang sesama seniman, Syu’bah Asa, Rendra sering mengejeknya, “Mana itu seniman Islam? Islam kan tak punya Beethoven, tak punya Mozart, Picasso?”

Adapun alasan Rendra yang waktu itu masih belum masuk Islam mau untuk mementaskan teater tersebut adalah karena tertarik akan syair-syair yang tertuang di dalam Kitab Barzanji. Rendra menyimak bahwasanya Nabi Muhammad hidupnya sangat sederhana, menyukai anak-anak, dan senang bergaul.

Rendra mengatakan, “Boleh, kan, bila saya ikut terharu? Dan ikut numpang kagum pada Muhammad?”

Sebelum pementasan berlangsung, Rendra sempat membuat penelitian sendiri tentang kehidupan orang-orang Islam. Dia akan pergi ke masjid-masjid, tidur-tiduran di sana, dan memperhatikan orang-orang yang salat. Dan kemudian meminta penjelasan dari temannya tentang arti dari salat tersebut.

Dengan demikian Rendra akhirnya memutuskan untuk membuat pementasan teater Barzanji. Pementasan tersebut sangat sukses dan menghebohkan jagad dunia perteateran nasional. Pada waktu itu ia berhasil menyedot penonton paling banyak sepanjang sejarah pertunjukan teater di Indonesia.[5]

Apa yang dilakukan oleh Rendra, baik pada masa persiapan hingga pada hari pelaksanaan, yang awalnya semata hanya untuk kepentingan pementasan teater, pada akhirnya akan menuntun dia untuk memutuskan masuk Islam. Simak kisah selengkapnya dalam artikel selanjutnya…. (PH)

Bersambung ke:

Sebelumnya:

Catatan kaki:


[1] Biografi W.S Rendra, https://www.sastrawan.web.id/biografi-w-s-rendra/, diakses 9 Oktober 2017.

[2] Hendri F. Isnaeni, “Kisah Si Burung Merak Masuk Islam”, dari laman: http://historia.id/persona/kisah-si-burung-merak-masuk-islam, diakses 9 Oktober 2017.

[3] Hendri F. Isnaeni, Loc. Cit.

[4] “Rendra: Shalat pertama saya”, dari laman http://oasemuslim.com/rendra-shalat-pertama-saya/, diakses 9 Oktober 2017.

[5] Muhammad Idris Mas’udi, Berjanjen, dalam Suwendi, Mahrus, Muh. Aziz Hakim, dan Zulfakhri Sofyan Pono (tim editor), Ensiklopedi Islam Nusantara: Edisi Budaya (Kementrian Agama RI: Jakarta, 2018), hlm 50.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*