Mozaik Peradaban Islam

Siapa Yehezkiel dalam Islam? (2): Sosok Selain Nabi Isa yang Menghidupkan Orang Mati

in Studi Islam

Last updated on October 11th, 2018 02:37 pm

“Yehezkiel berseru: ‘Wahai tulang belulang yang berserakan! Allah memerintahkanmu untuk menyatu kembali!’”

–O–

Sebuah ayat di dalam al-Quran mengatakan bahwa Nabi Isa AS memiliki mukjizat dapat menghidupkan orang mati, berikut ini adalah ayat yang dimaksud:

“Dan (sebagai) Rasul kepada Bani Israil (yang berkata kepada mereka): ‘Sesungguhnya aku telah datang kepadamu dengan membawa sesuatu tanda (mukjizat) dari Tuhanmu, yaitu aku membuat untuk kamu dari tanah berbentuk burung; kemudian aku meniupnya, maka ia menjadi seekor burung dengan seizin Allah; dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahirnya dan orang yang berpenyakit sopak; dan aku menghidupkan orang mati dengan seizin Allah; dan aku kabarkan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah suatu tanda (kebenaran kerasulanku) bagimu, jika kamu sungguh-sungguh beriman….’” (Q.S Ali ‘Imran Ayat 49)

Menurut tafsir Quraish Shihab, ayat di atas mengacu kepada sosok Nabi Isa AS.[1] Sementara itu, di dalam dunia Islam, umumnya orang-orang hanya mengetahui bahwa hanya Nabi Isa AS saja yang memiliki mukjizat untuk dapat menghidupkan orang mati. Namun, menurut al-Tabari, mengacu kepada Surat Al-Baqarah Ayat 243 dan riwayat-riwayat dari para ulama terdahulu – sahabat Nabi dan beberapa generasi setelahnya – ternyata ada nabi lainnya yang memiliki mukjizat menghidupkan orang mati, dialah Nabi Yehezkiel, atau dalam pelafalan bahasa Arab disebut Hizqil.[2]  Berikut ini adalah riwayat yang dimaksud:

Diriwayatkan oleh Wahab bin Munabbih:[3]

“Kemalangan menimpa beberapa orang Israel, disebabkan adanya bencana pada waktu itu. Mereka mengeluh tentang apa yang telah terjadi kepada mereka, ‘Apakah kami akan dimatikan?! Kami ingin beristirahat dari apa yang kami alami sekarang.’ Allah berfirman kepada Yehezkiel: ‘Umatmu mengeluhkan kemalangan, menyatakan bahwa mereka ingin mati dan beristirahat. Tetapi apa yang tersisa bagi mereka dalam kematian? Apakah mereka berpikir bahwa Aku tidak dapat membangkitkan mereka setelah kematian? Jadi berangkatlah ke dataran yang luas itu, karena di sana ada empat ribu.’

“Mereka adalah orang-orang yang dikisahkan oleh Allah: ‘Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang ke luar dari kampung halaman mereka, sedang mereka beribu-ribu (jumlahnya) karena takut mati.[4] Bangkitlah dan kabarkan kepada mereka!’ Sekarang tulang belulang mereka sudah berserakan, burung-burung dan binatang pemangsa telah menceraiberaikan mereka. Namun Yehezkiel menyeru mereka, berkata: ‘Wahai tulang belulang yang berserakan! Allah memerintahkanmu untuk menyatu kembali!’ Dan tulang belulang dari masing-masing orang menyatu kembali. Kemudian Yehezkiel menyeru untuk kedua kalinya, mengatakan: ‘Wahai tulang belulang! Allah memerintahkanmu untuk dibalut daging!’ Mereka kemudian ditutupi oleh daging dan, setelah daging, oleh kulit, dan menjadi tubuh. Kemudian Yehezkiel menyeru untuk ketiga kalinya, mengatakan: ‘Wahai engkau roh! Allah memerintahkanmu untuk kembali ke tubuhmu!’ Roh mereka hadir atas izin Allah, dan mereka memuji-Nya dengan serentak.”[5]

Lukisan dari Rusia, dari abad ke-18 yang menggambarkan sosok Yehezkiel.

Diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, Murrah al-Hamdani, Ibnu Mas’ud, dan beberapa sahabat Nabi Muhammad SAW:

“‘Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang ke luar dari kampung halaman mereka, sedang mereka beribu-ribu (jumlahnya) karena takut mati; maka Allah berfirman kepada mereka: ‘Matilah kamu,’ kemudian Allah menghidupkan mereka.’ Di sebuah kota bernama Dawardan, sebelum Wasit, sebuah wabah terjadi. Orang-orang kebanyakan melarikan diri dan menetap di satu wilayah; sebagian besar dari mereka yang tinggal di kota itu mati, sementara yang lainnya melarikan diri dan tidak banyak dari mereka yang mati. Ketika wabah hilang, mereka kembali ke kota dengan aman. Mereka yang selamat (orang-orang yang tidak meninggalkan kota) berkata: ‘Teman-teman kami ini lebih teguh daripada kami. Jika kami telah melakukan apa yang mereka lakukan, kami (maksudnya orang-orang yang tetap tinggal di kota) akan tetap hidup. Sesungguhnya, jika wabah itu terjadi untuk kedua kalinya, kami akan pergi bersama mereka.’ Sebuah wabah terjadi kembali tahun berikutnya, dan mereka melarikan diri, menjadi tiga puluh ribu lebih banyak, menetap di sebuah tempat yang merupakan lembah yang luas. Di lembah, salah satu malaikat menyeru mereka dari bawah dan yang lainnya dari atas: ‘Matilah!’ Dan mereka mati, sehingga mereka semua binasa dan tubuh mereka membusuk.

“Seorang nabi bernama Yehezkiel melewati mereka. Ketika dia melihat mereka, dia berhenti dan mulai memikirkan mereka. Dia menaruh jari-jarinya di mulutnya (berpikir), dan Allah berfirman kepadanya: ‘Wahai Yehezkiel! Apakah engkau ingin Aku menunjukkan kepadamu bagaimana Aku akan menghidupkan mereka?’ Yehezkiel menjawab, ‘Ya,’ satu-satunya hal yang terlintas di pikirannya adalah dia ingin melihat kekuasaan Allah atas mereka, jadi dia berkata ‘Ya.’ Dia diberi perintah, ‘Panggillah!’ Jadi dia memanggil: ‘Wahai kalian tulang-belulang! Sesungguhnya Allah memerintahkanmu untuk menyatu kembali!’ Tulang belulang itu mulai berterbangan dari satu ke yang lainnya sampai mereka menjadi kerangka yang utuh. Kemudian Allah berfirman kepadanya: ‘Berserulah engkau kepada tulang belulang! Sesungguhnya Allah memerintahkanmu untuk dibalut dengan daging!’ Dan mereka menjadi ditutupi darah dan daging, dan pakaian yang mereka bawa saat mati menutupi tubuh mereka kembali. Kemudian dikatakan kepadanya ‘Serulah!’ Dan dia berseru: ‘Wahai kalian tubuh! Sesungguhnya Allah memerintahkanmu untuk bangkit!’ Jadi mereka bangkit.”[6]

Sebagai kelanjutan dari kisah di atas, Mujahid bin Jabir meriwayatkan:

“Orang-orang ini berkata, setelah dihidupkan kembali: ‘Kemuliaan bagimu, Tuhan kami! Kami memuji Engkau! Tidak ada Tuhan selain Engkau.’ Kemudian mereka kembali ke orang-orang mereka hidup-hidup, mengetahui bahwa mereka telah mati, dengan warna orang mati di wajah mereka. Mereka mengenakan bukan pakaian kotor seperti kain kafan. Kemudian mereka mati pada waktu yang ditentukan yang telah ditetapkan bagi mereka.”[7] (PH)

Bersambung ke:

Siapa Yehezkiel dalam Islam? (3): Dialog Umar bin Khattab dengan Orang Yahudi

Sebelumnya:

Siapa Yehezkiel dalam Islam? (1): Nabi Yahudi

Catatan Kaki:

[1] “Surat Ali ‘Imran Ayat 49”, dari laman https://tafsirq.com/3-ali-imran/ayat-49#tafsir-quraish-shihab, diakses 10 Oktober 2018.

[2] Al-Tabari, Ta’rikh al-rusul wa’l-muluk: Vol III, ­diterjemahkan dari bahasa Arab ke Inggris oleh William M. Brinner (State University of New York Press, 1991), hlm 120.

[3] Wahab bin Munabbih adalah orang Yahudi yang masuk Islam. Lahir pada masa Khalifah Ustman bin Affan pada tahun 34 H. Nama lengkapnya adalah Abu Abdullah Wahab bin Munabbih bin Sa’ij Zi Kinaz Al-Yamani Al-Shin’ani. Sama seperti Ka’ab Al Akhbari,  Wahab termasuk orang yang luas pengetahuannya, banyak membaca Taurat dan Injil. Dia banyak mengetahui kisah-kisah lama atau kisah-kisah Israiliyyat. Lihat “Wahab Ibnu Munabbih”, dari laman http://nabimuhammad.info/wahab-ibnu-munabbih/, diakses 10 Oktober 2018.

[4] Lihat Q.S Al-Baqarah Ayat 243.

[5] Al-Tabari, Ibid., hlm 119.

[6] Ibid., hlm 119-120.

[7] Ibid., hlm 120.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*