Mozaik Peradaban Islam

Syair Cinta Rumi untuk Ali bin Abi Thalib (7): Ketika Adam Menjadi Sombong Melihat Nasib Setan yang Dikutuk

in Tokoh

Last updated on November 23rd, 2020 02:24 pm

Suatu ketika Adam memandang rendah Setan, menertawakan penderitaannya yang menyedihkan.

Foto ilustrasi: Answer in Genesis

Adam terkejut terhadap Setan terkutuk yang tersesat dan menunjukkan kesombongan

Suatu ketika Adam memandang rendah Setan dengan dipenuhi rasa jijik dan cibiran, ketika dia merasa lebih unggul; Dengan kesadaran, dia pikir dia benar dan menertawakan penderitaan Setan yang menyedihkan.

Sifat Tuhan Yang Maha Memiliki menyeru, “Siapa engkau? Engkau tidak memiliki petunjuk tentang kebenaran yang tersembunyi!”

Jika Dia harus membalikkan jubahmu ke dalam, Dia akan mengangkat gunung dari dasarnya tanpa keraguan, Dia akan menyingkap seratus Adam kemudian dan menyebabkan Setan yang terkutuk untuk dilahirkan kembali: Adam berkata, “Sekarang aku bertobat untuk pandangan itu, aku tidak akan berprasangka lagi dengan keangkuhan.

“Sekarang aku sudah memohon, tolong bimbing aku untuk memutuskan bahwa kekayaan dan pengetahuan tidak pantas untuk menjadi kebanggaan kita; Janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami![1] Jadikanlah ketetapan nasib buruk sekarang menjauh!

“Tolong selamatkan jiwa kami dari pertemuan yang akan berakhir dengan menyedihkan, jangan pisahkan kami dari sahabat-sahabat yang berhati suci. Tidak ada yang lebih buruk dari hidup selain berpisah dari-Mu, dipenuhi dengan kecemasan, dan juga ketidakberdayaan.”

Benda-benda duniawi milik kita mencuri apa-apa yang spiritual, tubuh kita juga melucuti jiwa kita yang berharga: tangan kita sendiri mematahkan kaki kita – jika bukan karena Engkau yang menyelamatkan jiwa mereka, apa yang dapat dilakukan oleh manusia biasa!?

Jika dia harus menyelamatkan jiwanya dari bahaya di sini, dia akan menghentikan malapetaka dan ketakutan, karena jika jiwa kehilangan kesatuan, ia akan berduka untuk selamanya – karena Engkau tidak akan memberikan pengakuan meskipun dia mencoba untuk menyelamatkan jiwanya, kekasih yang diasingkan itu mati.

Katakanlah surga dan Singgasana Allah itu hina, katakanlah lautan dan tambang itu miskin dan sengsara – bandingkan dengan kesempurnaan-Mu yang benar untuk hal-hal yang fana yang bisa Engkau sempurnakan. Jika Engkau harus mengutuk budak-Mu, Engkau memiliki hak, untuk-Mu itu tidak mengapa, Sumber Cahaya Yang Agung!

Engkau dapat menyebut matahari dan bulan sebagai benda-benda yang tidak berharga dan mengatakan bahwa pohon cemara bengkok seperti mata air, Engkau luput dari ketiadaan dan kerugian, dari ketiadaan Engkau memberi kekuatan untuk Menjadi: peluruhan diketahui oleh mereka yang menyebabkan pertumbuhan, karena mereka yang merobek tahu juga cara menjahit.

Setiap musim gugur Dia membuat taman menghilang kemudian menghadirkan mawar yang indah tumbuh di sini, mengatakan: “Engkau yang layu; kembalilah segar dan cerah! Bermekaranlah dengan indah dan penuhi orang-orang dengan kegembiraan!”

Suatu ketika mata Narcissus[2] menjadi buta, Dia kemudian menyembuhkannya; buluh yang rusak Dia perbaiki lagi. Kita bukanlah Pencipta tetapi objek yang diciptakan, bangga meskipun lemah – inilah cara kita bertahan, dengan mengatakan: “Diriku! Diriku!”[3] berulang kali (ini adalah mengenai syafaat Nabi Muhammad saw, selengkapnya silakan lihat catatan kaki-pen); Kita semua akan menjadi setan jika Engkau harus menetapkan.

Melarikan diri dari setan karena ini kita menemukan: Engkau telah menebus jiwa kami dari menjadi buta; Engkau menunjukkan jalan kepada semua orang yang masih hidup – tanpa tongkat bagaimana orang buta bisa bertahan hidup!

Apapun yang manis atau pahit, semuanya kecuali Engkau, membakar manusia dan inti apinya juga, siapa pun yang berlindung dan mendukung nyala api sebagai pengikut Zoroastrianisme telah menjadi sama,[4] karena segalanya itu kotor dan sia-sia kecuali Allah; Rahmat Allah adalah awan yang mencurahkan banyak hujan.[5] (PH)

Bersambung ke:

Sebelumnya:

Catatan kaki:


[1] Kalimat ini diambil dari ayat Alquran yang berbunyi, “(Mereka berdoa): ‘Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau memberi petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia).’.” (QS Ali Imran [3]: 8)

[2] Narcissus adalah tokoh mitologi Yunani yang dideskripsikan memiliki wajah yang sangat tampan, sehingga dia jatuh cinta dengan bayangan wajahnya sendiri yang terpantul dari permukaan air. Selengkapnya lihat Mark Cartwright, “Narcissus”, dari laman https://www.ancient.eu/Narcissus/#:~:text=Narcissus%20is%20a%20figure%20from,him%20from%20his%20self%2Dabsorption., diakses 21 November 2020.

[3] “Diriku! Diriku!”: Menurut Jawid Mojadeddi kata-kata ini adalah bagian dari tradisi Islam yang meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad saw dapat menjadi pemberi syafaat bagi umat Islam, sementara nabi lainnya tidak dapat menjadi pemberi syafaat bagi umat mereka sendiri.

Ketika dimintai syafaat, nabi-nabi lain menanggapinya dengan mengatakan “Diriku!” saja, yang dimaknai bahwa mereka sendiri merasa khawatir tentang kesalahan mereka sendiri, dan oleh karenanya mereka tidak dapat menjadi pemberi syafaat bagi orang lain.

Selain keterangan di atas, hadis selengkapnya tentang Nabi Muhammad saw yang memberikan syafaat dapat disimak di Kastolani Marzuki, “Berharap Syafaat Rasulullah SAW di Hari Kiamat” dari laman https://jateng.inews.id/berita/berharap-syafaat-rasulullah-saw-di-hari-kiamat, diakses 21 November 2020.

[4] Siapapun yang berlindung…. sebagai pengikut Zoroastrianisme telah menjadi sama: dalam literatur Sufi Persia abad pertengahan, Zoroastrian, atau Majusi, diasosiasikan (secara negatif) dengan penyembahan api dan kemusyrikan, karakteristik yang dirujuk Rumi dalam bait ini.

[5] Disadur dari Jalal al-Din Rumi, Masnavi: Vol 1, diterjemahkan oleh Jawid Mojadeddi  (Oxford University Press: New York, 2004), hlm 237-238.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*