“Sejak kecil Timur dididik dengan tradisi militer suku nomaden Mongol dan ajaran Islam. Dalam benaknya, dia bermimpi untuk membangkitkan kejayaan Genghis Khan sekaligus menegakkan ajaran Islam.”
–O–
Timur lahir pada tahun 1336 di Kesh (kota hijau), salah satu kota di Transoxiana (dalam bahasa Arab disebut Mawaralnahr), sekitar 80 km ke arah selatan dari kota Samarkand (sekarang di Uzbekistan).[1] Dia dibesarkan di lingkungan suku nomaden yang disebut dengan Barlas, mereka adalah salah satu klan dari suku yang lebih besar lagi, yakni Tatar.[2] Nama Tatar pertama kali muncul di antara suku nomaden yang tinggal di Mongolia timur laut dan daerah di sekitar Danau Baikal dari abad ke-5.[3]
Tidak seperti bangsa Mongol, orang Tatar berbicara dalam bahasa Turki, dan mereka mungkin memiliki keterkaitan dengan suku Cuman atau Kipchak. Setelah berbagai kelompok pengembara Turki ini menjadi bagian dari pasukan penakluk Mongol Genghis Khan pada awal abad ke-13, perpaduan antara unsur Mongol dan Turki terjadi. Dan ketika mereka melakukan invasi ke Rusia dan Hongaria, oleh orang Eropa mereka dikenal sebagai Tatar (atau Tartar).[4]
Dari sejak kecil, Timur telah terbiasa dengan tradisi-tradisi suku Nomaden. Mereka suka sekali berburu, di luar waktu berburu, mereka menggembalakan kambing atau melatih elang. Mereka sangat ahli menggunakan busur panjang, memanah burung dengan panah dua mata, dan ketika berburu harimau, mereka berjalan kaki. Mereka makan bersama di atas karpet, menggunakan tangan dengan wadah yang sama. Daging kuda adalah menu favorit mereka. Sementara itu anjing-anjing pemburu peliharaan mereka duduk di belakang bersama dengan elang-elang pemburu yang bertengger sambil membunyikan suara khasnya.
Orang-orang Barlas bangga dengan trah keluarga mereka yang berasal dari kasta militer. Leluhur mereka adalah para aristokrat yang memperoleh status sosial melalui pedang. Apabila ada orang Barlas yang menikah dengan pedagang atau petani Iran, maka mereka dianggap telah kehilangan ras mereka. Mereka meyakini bahwa berbisnis/berniaga hanyalah kegiatan yang akan membawa mereka menuju kehancuran.[5]
Orang-orang Tatar, pada abad ke-14 secara massif pindah keyakinan ke Sunni Islam.[6] Oleh karena itu, Timur dididik dengan dua akulturasi kebudayaan, Mongol dan Islam. Taragai, kepala suku Barlas, yang juga ayah Timur, mendidik Timur dengan dua kebudayaan tersebut. Taragai sering bercerita kepada Timur, membangga-banggakan nenek moyang nomaden mereka yang menjadi penguasa di pegunungan, padang rumput, dan di gurun. Dia juga menceritakan kisah-kisah tentang kepahlawanan Genghis Khan.[7]
“Kepada putranya, Chagatai, dia (Genghis Khan) mewariskan kekaisaran di bagian ini, di mana sekarang kita tinggal. Tetapi anak-anak Chagatai melenakan diri mereka sendiri dengan anggur dan berburu….,” kata Taragai bercerita kepada Timur yang sangat suka mendengarkan kisah-kisah tentang kejayaan leluhur mereka.
“Tetapi, wahai putraku,” dia mengakhiri ceritanya dengan nada haru sambil menggelengkan kepalanya, “aku tidak akan memisahkan engkau dari jalan hukum Allah, yang Nabi-Nya adalah Muhammad (keselamatan baginya beserta keturunannya). Hormati para sayyid (keturunan Nabi) yang terpelajar, mintalah berkah kepada para darwis. Perkuat dirimu dengan empat pilar hukum: shalat, puasa, ziarah, dan sedekah.”
Suatu waktu di masjid, ketika Timur sedang membaca al-Quran, dia dihampiri oleh seorang sayyid berambut abu-abu yang menanyakan namanya. “Namaku Timur,” kata Timur. Sang sayyid melihat lembaran al-Quran yang sedang dibaca Timur, kemudian berkata, “dukunglah iman Islam, dan engkau akan dilindungi.” Di dalam hati, Timur menganggap bahwa perintah tersebut merupakan janji yang harus ditepati.
Demikianlah dari sejak kecil Timur hidup dengan tradisi-tradisi nomaden, mencintai aktivitas militer, tetapi juga dia rajin datang ke masjid untuk beribadah kemudian mendengarkan ceramah-ceramah dari sayyid-sayyid dan imam-imam setempat. Setelah Timur masuk usia dewasa, atas saran ayahnya, barulah dia mengabdi kepada kerajaan setempat untuk menjadi prajurit. Petualangan Timur untuk menjadi penakluk dunia dimulai dari sini.[8]
Pada tahun 1357, setelah kematian penguasa Transoxania saat itu, Amir Kazgan, Timur menyatakan kesetiannya kepada seorang Khan yang berada di dekat Kashgar, dia adalah Tughluq Temür. Pada tahun 1361, Tughluq Temür menyerbu kota utama Transoxania, Samarkand. Tughluq Temür kemudian menunjuk putranya, Ilyas Khoja, untuk menjadi gubernur Transoxania , dengan Timur sebagai menterinya.[9]
Namun, Ilyas Khoja setelah menjadi gubernur bertindak semena-mena, dia menjadikan para gadis kecil Samarkand menjadi budak, dan para sayyid yang dituakan dijadikan sebagai tawanan. Zain ad-Din, guru spiritual Timur dari sejak remaja mengadukan hal ini kepadanya sambil menangis. Timur kemudian melakukan protes kepada Tughluq Temür Khan terkait peristiwa di atas, namun dia tidak diacuhkan. Marah, Timur kemudian mengumpulkan para pengikutnya dan membebaskan para tawanan secara paksa. Timur telah melakukan pemberontakan, dan Tughluq Temür memberikan perintah untuk menghukum mati Timur.[10] (PH)
Bersambung ke:
Sebelumnya:
Catatan Kaki:
[1] Pengantar oleh J. H. Sanders, hlm xvi, dalam Ahmed Ibn Arabshah, Tamerlane or Timur The Great Amir, diterjemahkan dari bahasa Arab ke bahasa Inggris oleh J. H. Sanders (Luzac & Co: London, 1936).
[2] Harold Lamb, Tamerlane: The Earth Shaker (Burleigh Press: Great Britain, 1929), hlm 22-25.
[3] “Tatar”, dari laman https://www.britannica.com/topic/Tatar, diakses 20 Juni 2018.
[4] Ibid.
[5] Harold Lamb, Ibid., hlm 23.
[6] “Tatar”, Ibid.
[7] Harold Lamb, Ibid., hlm 25.
[8] Ibid., hlm 25-26.
[9] “Timur”, dari laman https://www.britannica.com/biography/Timur, diakses 21 Juni 2018.
[10] Harold Lamb, Ibid., hlm 44.