Enam warna dan makna simboliknya disebutkan beberapa kali dalam Alquran. Dua di antara enam warna itu adalah hitam (muswadda) dan putih (baidho). Jika hitam – setidak-tidaknya – disebutkan empat belas kali, maka putih – paling tidak – disebutkan tiga belas kali. Dalam surat dan ayat apa serta bagaimana bunyinya?
Jika diperhatikan, maka sebagian warna yang dikenal di dunia ini – juga – disebutkan Allah SWT dalam Alquran. Tidak semuanya, melainkan – setidak-tidaknya – enam warna saja. Dua yang paling banyak disebut di antara enam warna yang termaktub dalam Alquran adalah hitam (muswadda) dan putih (baidho). Jika hitam disebutkan empat belas kali, maka putih disebutkan tiga belas kali.
Warna Hitam
Di antara warna-warna yang ada, hitam adalah warna yang paling gelap. Selain menguatkan deskripsi dan atau ilustrasi, tentu saja repetisi (penyebutan berulang-ulang) tersebut menunjukkan bahwa pesan yang disampaikan-Nya sangat penting.
Surat dan ayat Alquran yang memuat penyebutan warna hitam, diantaranya, kesatu, “…makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar …” (Q.S. Al-Baqarah: 187). Dalam ayat ini, Allah SWT menjelaskan hitam sebagai warna yang harus terlihat jelas oleh kaum Muslim yang akan menunaikan ibadah shaum.
Kedua, “lalu dijadikan-Nya rumput-rumput itu kering kehitam-hitaman” (Q.S. Al-A’la: 5). Dalam ayat ini, hitam dijadikan warna ilustratif untuk menguatkan kesan kering. Ketiga, “…, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah” (Q.S. An-Naḥl: 58). Selain deskripsi warna, hitam dalam konteks itu juga menguatkan ilustrasi.
Keempat, “…dan ada pula muka yang hitam muram…” (Q.S. Ali Imran: 106). Hitam di sini menguatkan ilustrasi. Kelima, “…maka jadilah kebun itu hitam seperti malam yang gelap gulita…” (Q.S. Al-Qalam: 20). Dikuatkan oleh kalimat selanjutnya, warna hitam di situ menunjukkan ilustrasi warna.
Keenam, “…Dan muka mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak (pula) kehinaan…” (Q.S. Yunus: 26). Hitam pada ayat itu merupakan predikat bagi kata debu. Ketujuh, “…dari lumpur hitam yang diberi bentuk” (Q.S. Al-Hijr: 26). Dalam ayat ini, hitam juga predikat warna atas lumpur. Kedelapan, “…dari lumpur hitam yang diberi bentuk” (Q.S. Al-Hijr: 28). Hitam di situ predikat atas warna lumpur.
Kesembilan, “…dari lumpur hitam yang diberi bentuk” (Q.S. Al-Hijr: 33). Di sini juga, hitam merupakan predikat warna lumpur. Kesepuluh, “…di dalam laut yang berlumpur hitam, …” (Q.S. Al-Kahf: 86). Hitam di situ menerangkan dan mengilustrasikan warna lumpur.
Kesebelas, “…dan ada (pula) yang hitam pekat” (Q.S. Faathir: 27). Hitam dalam ayat ini adalah ilustrasi. Kedua belas, “…orang-orang yang berbuat dusta terhadap Allah, mukanya menjadi hitam…” (Q.S. Az-Zumar: 60). Selain deskripsi, hitam dalam ayat ini juga menguatkan ilustrasi.
Ketiga belas, “…jadilah mukanya hitam pekat sedang dia amat menahan sedih” (Q.S. Az-Zukhruf: 17). Selain memberikan keterangan, hitam dalam ayat tadi juga ilustrasi yang kuat. Keempat belas, “dan dalam naungan asap yang hitam” (Q.S. Al-Waaqi’ah: 43). Hitam dalam ayat ini merupakan keterangan warna asap.
Warna Putih
Warna ini dihasilkan dari percampuran seluruh warna. Kalau dilihat dari segi gradasi (tingkatan) terang hingga gelapnya berbagai warna, maka putih termasuk warna yang paling terang di antara berbagai warna. Dalam Alquran, setidak-tidaknya warna putih disebutkan tiga belas kali.
Surat dan ayat Alquran yang memuat penyebutan warna putih, diantaranya, kesatu, “…dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar…” (Q.S. Al-Baqarah: 187). Dalam ayat ini, putih merupakan predikat warna benang yang harus dilihat jelas oleh kaum Muslim yang akan mengerjakan ibadah shaum. Kedua, “pada hari yang di waktu itu ada muka putih berseri…” (Q.S. Ali Imran: 106). Selain predikat warna muka, putih dalam ayat tersebut juga memberi ilustrasi yang kuat.
Ketiga, “Adapun orang-orang yang putih berseri mukanya, maka mereka berada dalam rahmat Allah (surga)…” (Q.S. Ali Imran: 107). Selain keterangan, putih dalam ayat ini memberi ilustrasi yang kuat.
Keempat, “…maka ketika itu juga tangan itu menjadi putih bercahaya (kelihatan) oleh orang-orang yang melihatnya” (Q.S. Al-A’raf: 108). Putih dalam ayat tadi merupakan warna yang diilustrasikan dengan kuat oleh kalimat selanjutnya. Kelima, “…dan kedua matanya menjadi putih karena kesedihan dan dia adalah seorang yang menahan amarahnya…” (Q.S. Yusuf: 84). Dalam ayat ini, putih bermakna warna saja.
Keenam, “…niscaya ia ke luar menjadi putih cemerlang tanpa cacat, sebagai mukjizat yang lain (pula)” (Q.S. Thaha: 22). Dalam ayat tersebut, putih adalah warna yang diilustrasikan dengan kentara oleh kata berikutnya.
Ketujuh, “Dan (ingatlah) hari (ketika) langit pecah belah mengeluarkan kabut putih…” (Q.S. Al-Furqan: 25). Putih dalam ayat itu predikat warna. Kedelapan, “…maka tiba-tiba tangan itu menjadi putih (bersinar) bagi orang-orang yang melihatnya” (Q.S. Asy-Syuara: 33). Dalam ayat itu, putih adalah warna yang diilustrasikan dengan kuat oleh kata berikutnya.
Kesembilan, “…niscaya ia akan ke luar putih (bersinar) bukan karena penyakit…” (Q.S. An-Naml: 12). Sama seperti tadi, putih dalam ayat ini adalah warna yang diilustrasikan dengan kentara oleh kata berikutnya.
Kesepuluh, “…niscaya ia keluar putih tidak bercacat bukan karena penyakit…” (Q.S. Al-Qashas: 32). Pada ayat ini, putih adalah warna ilustratif. Kesebelas, “…Dan di antara gunung-gunung itu ada garis-garis putih…” (Q.S. Fathir: 27). Selain deskripsi, putih dalam ayat tadi merupakan ilustrasi.
Kedua belas, “(warnanya) putih bersih, sedap rasanya bagi orang-orang yang minum” (Q.S. Ash-Shaffaat: 46). Selain warna, sifat putih dalam ayat tadi diterangkan secara kuat oleh kata berikutnya. Ketiga belas, “Seakan-akan mereka adalah telur putih (burung unta) yang tersimpan dengan baik” (Q.S. Ash-Shaffaat: 49). Tentu saja putih dalam ayat tersebut adalah predikat bagi telur. (MDK)
Bersambung ke: