Yvonne Ridley (3): Interogasi

in Mualaf

Last updated on March 22nd, 2018 12:50 pm

“Apa yang tidak dapat Taliban pahami adalah mengapa seorang perempuan barat yang bermata biru dan berambut blonde, seorang jurnalis, malah ingin masuk ke Afghanistan di saat orang lain justru ingin pergi dari Afghanistan karena akan terjadi perang.”

–O–

Yvonne Ridley. Photo: Chronicle Live

Pria Talib di kegelapan malam itu menarik kembali tangannya, dan tanpa diduga dia mengusap air mata di pipi Yvonne Ridley dengan punggung tangannya dengan lembut. Dia mengucapkan sesuatu dengan bahasa Pashto (bahasa resmi Afghanistan, awalnya berasal dari suku mayoritas di Afghanistan yang bernama suku Pashtun),[1] Ridley tidak mengerti sama sekali, tapi dia menangkap ada kelembutan di dalam ucapannya. Kemudian pria itu pergi meninggalkan ruangan.

Artikel Terkait:

Paginya, Hamid si penerjemah sebelum jam makan pagi sudah mendatangi Ridley, dia bekata, “seorang pria mendatangiku hari ini, dia berkata bahwa dia sangat khawatir tidurmu terganggu.” Ridley berkata kepada Hamid bahwa tidurnya nyaman dan tidak mengerti dengan apa yang dia bicarakan. Hamid mendesak, “orang ini sangat khawatir bahwa tidurmu terganggu dan anda mungkin telah kecewa.”

Ridley sadar, bahwa siapa pun yang datang ke ruangan tadi malam sedang berada dalam masalah serius, dan mereka perlu tahu apakah Ridley mempersoalkan hal tersebut. Ridley kemudian menjawab, “tidak, saya tidak terganggu tadi malam. Mungkin saya bermimpi buruk, dan jika saya memang bermimpi, sekarang sudah hilang dan melupakannya.”

Hamid menatapnya dengan curiga, kemudian dia pergi begitu saja. Ridley lebih memilih untuk tidak berbicara apapun tentang peristiwa tadi malam, dia mempunyai dua pertimbangan. Pertama, bagaimanapun sejak awal dia berada di posisi yang salah, yakni menerobos Afghanistan secara illegal, membesarkan masalah ini bisa jadi malah menjadi bumerang baginya. Kedua, pria Talib yang menghampirinya tadi malam dapat melihat Ridley dalam keadaan tertekan dan memiliki kesopanan untuk pergi. Ridley teringat beberapa sifat pria Barat yang harus diteriaki atau ditunjukkan bentuk penolakkan seperti menangis sebelum mereka diberikan penolakkan oleh seorang perempuan.

Abdullah si sipir penjara kemudian masuk, dia menunjuk ke sebuah kunci di bagian dalam pintu.  Dengan bahasa isyarat dia mengatakan bahwa Ridley mesti mengunci pintu itu dari dalam untuk mencegah masuknya seseorang di malam hari dengan niat buruk. Dugaan Ridley benar, mereka memang mengetahui ada seseorang yang mengunjunginya tadi malam.

Hari itu juga, dua orang intelijen Taliban menemui Ridley untuk ditanyai. Ridley meminta maaf atas segala masalah yang mungkin ditimbulkan oleh penangkapannya, dan mereka tampaknya dapat menghargai permintaan maaf tersebut. Apa yang tidak dapat mereka pahami adalah mengapa seorang perempuan barat yang bermata biru dan berambut blonde, seorang jurnalis, malah ingin masuk ke Afghanistan di saat orang lain berbondong-bondong justru ingin mengungsi dari Afghanistan karena akan terjadi perang.

Melalui Hamid, Ridley mencoba menjelaskan urusannya, dan Ridley mengatakan kepada mereka bahwa selain dirinya ada sekitar tiga ribu wartawan dari berbagai media yang menanti di Pakistan yang ingin tahu segala perkembangan yang terjadi di Afghanistan. Mereka masih tidak mengerti. Rupanya Taliban tidak paham akan tabiat para wartawan dari dunia barat yang haus akan pemberitaan.

Taliban telah masuk ke tampuk kekuasaan di Afghanistan dari sejak tahun 1990-an, mereka adalah kelompok gerakan politik yang memerintah Afghanistan dengan tangan besi. Setiap pria Afghanistan diwajibkan berjanggut, sementara wanitanya diwajibkan untuk mengenakan burqa. Taliban juga melarang siaran televisi, musik, dan bioskop. Singkat kata, mereka tidak terbiasa dengan konsep kebebasan pers yang banyak diusung oleh negara barat.[2]

Ridley sekali lagi meminta sambungan telepon, dan kali ini pun tetap ditolak. Ridley meledak kemarahannya, “jika kalian tidak memberi saya telepon, ibu saya akan tertekan! Saya duduk di sebuah kamar ber-AC yang bagus, di tempat beradab dengan akses ke toilet dan kamar mandi, dan saya ingin mengatakan kepadanya seberapa baik kalian merawat saya.

“Dia mungkin bahkan tidak tahu saya di sini. Saya akan mengatakan kepadanya bahwa saya memiliki masalah kecil yang harus saya selesaikan dan dia akan menerimanya. Kalau tidak, surat kabar saya akan menulis berita utama dan cerita tentang kalian. Apakah kalian tahu apa pendapat orang-orang di Barat tentang kalian?!”

Mereka mendengarkan dengan tenang saat Hamid menerjemahkan kata-kata Ridley. Ridley kemudian menambahkan, “Ibuku akan membayangkan saya digantung dari pergelangan kaki ke langit-langit ini, telanjang bulat, sementara kalian memukuli saya,” Hamid malu dan memerah wajahnya ketika mendengar itu. Dia agak ragu untuk menerjemahkan kalimat terakhir tadi, namun pada akhirnya dia tetap menerjemahkan. Mendengar itu, dua orang intelijen Taliban tersebut melengkungkan alisnya, saling memandang, dan lalu pergi.

Malam harinya, Hamid dan Abdullah membawakan makanan, Ridley tetap berkeras dengan aksi mogok makannya. Hamid dan Abdullah kemudian makan bersama di ruangan itu, sementara Ridley merokok dan minum teh hijau yang dibawakan mereka. “Buuuummm!!!” tiba-tiba terdengar sebuah ledakkan yang sangat keras di luar ruangan. Ridley kaget dan melompat.

Mendengar itu Hamid malah tertawa kecil, sementara Abdullah tidak dapat menahan tawanya dan tertawa terbahak-bahak, dia segera mengambil senapannya, berlari sangat cepat keluar ruangan sambil berteriak, “Amerikaaa…Amerikaaa!” Ridley berusaha menguatkan dirinya, dia berpikir, “mungkin ini adalah awal dari pembalasan Amerika (terhadap peristiwa 9/11).” (PH)

Bersambung ke:

Yvonne Ridley (4): Tentang Taliban

Sebelumnya:

Yvonne Ridley (2): Dipenjarakan

Catatan:

Artikel ini merupakan adaptasi dan terjemahan bebas dari buku karya Yvonne Ridley, In the Hands of the Taliban: Her Extraordinary Story, (Robson Books: 2001), hlm 113-115. Adapun informasi lain yang bukan didapat dari buku tersebut dicantumkan di dalam catatan kaki.

Catatan Kaki:

[1] “Afghanistan (3): Mengenal Suku-Suku Di Afghanistan”, dari laman https://ganaislamika.com/afghanistan-3-mengenal-suku-suku-di-afghanistan/, diakses 20 Maret 2018.

[2] “Who are the Taliban?”, dari laman http://www.bbc.com/news/world-south-asia-11451718, diakses 20 Maret 2018.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*