Yvonne Ridley (4): Tentang Taliban

in Mualaf

Last updated on March 26th, 2018 12:23 pm

“Mereka berperilaku halus, lembut, dan penuh perhatian, namun ketika harus bertarung mereka adalah salah satu pejuang yang paling menakutkan di dunia.

–O–

Salah seorang tentara Taliban menyembunyikan wajahnya.Photo: Aref Karimi / AFP-Getty Images

Sekitar lima belas menit kemudian setelah terjadinya ledakan, Abdullah kembali dan tampak kecewa karena ledakan tersebut bukan berasal dari tentara Amerika. Dia menjelaskan kepada Hamid bahwa ledakan itu disebabkan oleh seseorang yang menginjak ranjau darat. Ridley bertanya apa yang terjadi pada orang yang tidak beruntung itu, Abdullah menjawab dengan mengangkat bahunya.

Sekilas tinjauan sejarah mengenai keberadaan ranjau darat di Afghanistan, pada tahun 1979, Uni Soviet menginvasi Afghanistan dalam rangka mendukung Pemerintah Komunis Afghanistan yang sedang berperang melawan gerilyawan muslim anti komunis.[1] Sepuluh tahun kemudian, Soviet keluar dari Afghanistan, namun mereka meninggalkan banyak ranjau darat sisa-sisa perang.[2]

Menurut para ahli ranjau darat, Afghanistan merupakan salah satu dari tiga negara yang terpapar ranjau darat terbesar di dunia. Karena saking banyaknya korban, warga setempat beranggapan bahwa ranjau darat di Afghanistan ada sebanyak 30 juta unit. Namun, menurut The Halo Trust, yakni sebuah lembaga non-profit yang bergerak di bidang pembersihan ranjau darat sisa-sisa perang di dunia, kenyataannya jumlah ranjau darat di Afghanistan tidak sebanyak itu.[3]

Berdasarkan assessment mereka melalui metode survey lapangan dan laporan penanaman ranjau darat pemerintah Rusia, jumlah ranjau darat di Afghanistan ada sekitar 450.000 unit. Walaupun demikian, tetap saja itu jumlah yang sangat banyak, karena selain memakan banyak korban sipil, ranjau itu juga merusak kebudayaan setempat.[4]

Di Afghanistan terdapat sebuah suku yang bernama suku Kuchi, mereka adalah suku pengembara di Afghanistan. Suku Kuchi berjumlah sekitar 2 juta orang, gaya hidup mereka, yang didasarkan pada tradisi dan budaya yang telah dilaksanakan selama ribuan tahun, hampir hancur akibat perang yang terus menerus. Rute tradisional mereka sangat terganggu karena bahaya yang ditimbulkan oleh perang. Bahkan setelah perang berakhir, rute mereka masih tetap terganggu akibat bahaya ranjau darat yang ditinggalkan semasa perang.[5]

Keesokan harinya, yakni pada tanggal 30 September 2001, setelah jam makan siang Ridley kedatangan pengunjung lagi. Setelah penangkapan Ridley, selama tiga hari berturut-turut dia masih melanjutkan aksi mogok makannya karena tidak diberi akses telepon ke ibunya. Kali ini yang datang adalah tiga orang pria Taliban, salah satu dari mereka mengaku bahwa dirinya adalah kepala intelijen Taliban.

Dia adalah pria dengan tampilan yang sangat mengesankan, dengan janggut hitam lebat dan pipi kemerahannya. Pupil matanya tampak hampir hitam seluruhnya dan terlihat seperti mata hiu, dan Ridley merasa sangat perlu waspada dengan pria ini. Dia tampak menakutkan, dan Ridley yakin bahwa dia memang sebenarnya menakutkan.

Mereka bertanya segala macam hal kepada Ridley, kenapa dia menerobos, apa urusannya di Afghanistan, dan seterusnya…. Satu hal yang diperhatikan oleh Ridley tentang orang-orang Taliban, mereka tidak berani menatap Ridley secara langsung ke wajahnya. Ketika melakukan percakapan dengan Ridley, mereka lebih memilih menatap ke arah lain dengan tatapan kosong, biasanya ke arah langit-langit.

Saat itu bagi Ridley bayangan tentang kerterkaitan mereka dengan Osama bin Laden yang mengerikan menjadi hilang. Di kemudian hari Ridley mempelajari, bahwa keengganan mereka menatap langsung wajah Ridley adalah bagian dari budaya Afghanistan, sikap seperti itu menunjukkan bentuk penghormatan terhadap lawan bicara.

Sorenya, Abdullah datang ke ruangan sambil membawa radio, dan Hamid berkata bahwa dia telah mendengarkan siaran radio BBC berbahasa Inggris yang memberitakan tentang Ridley, dia berkata, “anda adalah seorang wanita terhormat. Anda terkenal. Semua orang berbicara tentangmu,” Hamid dan Abdullah tampak terkagum-kagum.

Sore itu, secara sembunyi-sembunyi Ridley menulis di buku hariannya:

“Hamid berkata semua orang sangat khawatir saya tidak makan, dan bertanya apakah ada yang salah dengan makanannya, apakah saya memiliki diet khusus atau saya lebih suka makanan hotel. Mereka terus-menerus menyebut saya sebagai tamu mereka dan mengatakan mereka sedih jika saya sedih. Saya tidak percaya ini. Taliban berusaha membunuh saya dengan kebaikan mereka.”

Orang-orang ini dalam banyak hal seperti Gurkha.[6] Mereka berperilaku halus, lembut, dan penuh perhatian, namun ketika harus bertarung mereka adalah salah satu pejuang yang paling menakutkan di dunia. Saya berharap semua orang tahu bagaimana saya diperlakukan karena kenyataannya saya bisa tenang. Saya yakin orang-orang mengira saya disiksa, dipukuli, dan dilecehkan secara seksual. Sebaliknya, saya diperlakukan dengan baik dan terhormat. Ini tidak bisa dipercaya….” (PH)

Bersambung ke:

Yvonne Ridley (5): Ajakan Masuk Islam

Sebelumnya:

Yvonne Ridley (3): Interogasi

Catatan:

Artikel ini merupakan adaptasi dan terjemahan bebas dari buku karya Yvonne Ridley, In the Hands of the Taliban: Her Extraordinary Story, (Robson Books: 2001), hlm 115-118. Adapun informasi lain yang bukan didapat dari buku tersebut dicantumkan di dalam catatan kaki.

Catatan Kaki:

[1] “Soviet invasion of Afghanistan”, dari laman https://www.britannica.com/event/Soviet-invasion-of-Afghanistan, diakses 22 Maret 2018.

[2] Charles Recknagel, “Afghanistan: Land Mines From Afghan-Soviet War Leave Bitter Legacy (Part 2)”, dari laman https://www.rferl.org/a/1051546.html, diakses 22 Maret 2018.

[3] Ibid.

[4] Ibid.

[5] “Afghanistan (3): Mengenal Suku-Suku Di Afghanistan”, dari laman https://ganaislamika.com/afghanistan-3-mengenal-suku-suku-di-afghanistan/, diakses 22 Maret 2018.

[6] Gurkha adalah salah satu suku di Nepal, mereka telah bekerja dengan pemerintah Inggris sebagai tentara bayaran, mereka terkenal akan keberaniannya, daya tahannya, dan ditakuti oleh lawan-lawannya karena tidak takut mati. Motto mereka adalah “lebih baik mati daripada menjadi pengecut”, dalam “Who are the Gurkhas?”, dari laman http://www.bbc.com/news/uk-10782099, diakses 22 Maret 2018.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*