Mozaik Peradaban Islam

Ammar bin Yasir (26): Perang Shiffin (4): Syahidnya Ammar (1)

in Tokoh

Last updated on April 2nd, 2020 02:49 pm

Abu Abdurrahman Sulami meriwayatkan, “Setiap kali Ammar maju ke salah satu lembah Shiffin, semua sahabat Rasulullah yang ada di sana mengikutinya.”

Foto ilustrasi: Lukisan karya Adolf Schreyer. Sumber: Paintings-Gallery

Ammar bin Yasir RA setelah mengalami nubuat dari Rasulullah SAW, yakni menikmati hidangan terakhirnya di dunia, susu yang dicampur dengan air, maju ke medan pertempuran. Mengenai bagaimana jalannya pertempuran, Abu Abdurrahmaan Sulami meriwayatkannya. Berikut ini adalah riwayatnya sebagaimana disampaikan oleh Hakim dan Ibnu Saad:

Abu Abdurrahmaan Sulami mengatakan bahwa dia ikut dalam Perang Shiffin di pihak Ali. Mereka telah menunjuk dua orang untuk menjaga Ali, yang terus melancarkan serangan kapan pun dia melihat kelengahan di pihak lawan.

Ali kemudian tidak kembali dari serangannya sampai pedangnya diwarnai dengan darah. Dia kemudian berkata, “Maafkan aku (karena kembali, tetapi) aku bersumpah kepada Allah bahwa aku tidak akan kembali sampai pedangku telah rompal.”

Abu Abdurrahmaan Sulami menceritakan lebih lanjut bahwa dia menyaksikan Ammar bin Yasir dan Hasyim bin Utbah ketika Ali sedang bertarung di antara dua barisan musuh.

(Melihat ke arah Ali) Ammar berkata, “Wahai Hasyim! Demi Allah, perintah orang ini (Ali) dilanggar dan pasukannya sedang melarikan diri.

“Wahai Hasyim! Jannah terletak di bawah kilatan pedang. Hari ini aku akan bertemu orang-orang yang aku cintai, Muhammad dan pengikutnya. Wahai Hasyim! Engkau orang yang bermata satu dan orang-orang yang bermata satu tidak baik jika mereka tidak membanjiri medan perang.”

(Dengan dorongan dari Ammar ini) Hasyim mengibarkan bendera dan mengatakan (bait berikut ini):

Pria bermata satu ini telah menghabiskan hidupnya mencari rumah untuk keluarganya sampai dia

telah menjadi lelah

Dia sekarang akan bertarung sampai dia mengalahkan lawan atau dikalahkan.

Dia kemudian maju ke salah satu lembah Shiffin (untuk berperang). Abu Abdurrahman Sulami berkata, “Aku kemudian melihat para sahabat Rasulullah mengikuti Ammar seolah-olah dia adalah bendera mereka.”[1]

Dalam riwayat lainnya, Abu Abdurrahman Sulami mengatakan, “Aku memperhatikan bahwa (dalam Perang Shiffin) setiap kali Ammar maju ke salah satu lembah Shiffin, semua sahabat Rasulullah yang ada di sana mengikutinya. Aku juga melihatnya mendekati Hasyim bin Utbah yang mengibarkan bendera pasukan Ali.

“Dia berkata, ‘Wahai Hasyim! Majulah! Jannah terletak di bawah bayang-bayang pedang dan kematian terletak di ujung tombak. Pintu Jannah telah terbuka lebar dan para gadis di Jannah telah dipercantik. Hari ini aku akan bertemu orang-orang yang aku cintai, Muhammad dan pengikutnya.’

Dia kemudian melancarkan serangan bersama Hasyim dan mereka berdua mati syahid. Pada saat itu, Ali dan pasukannya juga melancarkan serangan terhadap orang-orang Syam seolah-olah mereka semua adalah satu orang. Kedua orang itu – Ammar dan Hasyim – terlihat bagaikan bendera mereka.”[2]

Penggambaran lainnya tentang peristiwa di atas, setelah Ammar maju, dijelaskan oleh sejarawan al-Azhar Khalid Muhammad Khalid:

Kemudian bagai sebuah peluru dahsyat dia menyerbu ke arah Muawiyah dan orang-orang di sekelilingnya dari golongan Bani Umayyah, lalu melepaskan seruannya yang nyaring yang menggetakarkan, “Dulu kami hantam kalian di saat diturunkannya. Kini kami hantam lagi kalian karena menyelewengkannya. Tebasan maut menghentikan niat jahat. Dan memisahkan kawanan pengkhianat. Atau al-Haq berjalan kembali di jalurnya.”

Maksud dari syair Ammar adalah bahwa para sahabat dulu memerangi Bani Umayyah yang dipimpin oleh Abu Sufyan, ayah Muawiyah, karena secara terang Alquran telah memerintahkan untuk memerangi pasukan Musyrikin.

Dan sekarang, di bawah kepemimpinan Muawiyah, meskipun mereka telah masuk Islam, namun menurut ijtihad dan penyelidikkan Ammar, golongan ini telah menyelewengkan agama dan menyimpang dari ajaran Alquran, serta mengacaukan takwil dan salah menafsirkannya, dan mencoba membelokkan maknanya agar sesuai dengan kepentingan pribadi mereka.

Orang-orang dari pihak Muawiyah, yang tahu mengenai nubuat Nabi, bahwa yang akan membunuh Ammar adalah “golongan pendurhaka”, sekuat tenaga menghindari Ammar agar pedang mereka tidak sampai membunuhnya.

Namun Ammar yang pada saat itu sudah berusia 93 tahun, masih terlampau kuat bagi mereka. Tenaganya digambarkan bagaikan satu pasukan penuh. Sehingga pertimbangan untuk tidak membunuhnya menjadi sirna karena malah-malah dia bisa membahayakan mereka. Dibunuhnyalah Ammar oleh pasukan Muawiyah.

Berita mengenai tewasnya Ammar segera tersebar dari mulut ke mulut, dan mereka menjadi terngiang-ngiang akan nubuat Nabi, “Ammar akan dibunuh oleh golongan pendurhaka….” Banyak orang di pihak Muawiyah yang menjadi bimbang dan ragu, bahkan sebagian telah hendak memisahkan diri dan menyebrang ke pihak Ali.[3] (PH)

Bersambung ke:

Sebelumnya:

Catatan Kaki:


[1] Hakim (Vol 3, hlm 385) dan Abu Abdullah Muhammad bin Sa‘d bin Mani al-Basri al-Hasyimi katib al-Waqidi (Ibnu Sa’d), Kitab at-Tabaqat al-Kabir, dikutip kembali oleh oleh Hazrat Maulana Muhammad Yusuf Kandehelvi, The Lives of The Sahabah (Vol.1), diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Mufti Afzal Hossen Elias (Zamzam Publisher: Karachi, 2004) hlm 546.

[2] Imam Ahmad, sebagaimana dibenarkan oleh Haithami (Vol 7, hlm 241), dikutip kembali oleh Hazrat Maulana Muhammad Yusuf Kandehelvi, Ibid., hlm 546-547.

[3] Khalid Muhammad Khalid, Karakteristik Perihidup 60 Sahabat Rasulullah, diterjemahan ke bahasa Indonesia oleh Mahyuddin Syaf, dkk (CV Penerbit Diponegoro: Bandung, 2001), hlm 264-266.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*