Mozaik Peradaban Islam

Ammar bin Yasir (25): Perang Shiffin (3): Nubuat Hudzaifah bin al-Yaman

in Tokoh

Last updated on March 31st, 2020 02:33 pm

Habbah bin Juwain bertanya, “Sampaikan kepada kami hadis, karena kami khawatir akan datangnya masa kekacauan.” Hudzaifah menjawab, “Berpeganglah pada kelompok yang di dalamnya ada Ibnu Sumayyah (Ammar bin Yasir), karena aku pernah mendengar Nabi bersabda….”

Foto ilustrasi: Lukisan karya Louis Comfort Tiffany. Sumber: All Painter

Serial tentang kisah hidup Ammar bin Yasir RA sudah hampir masuk kepada fase final di dalam hidupnya. Sengaja penulis mengisahkan terlebih dahulu tentang latar belakang politik yang terjadi pada masa itu dalam artikel-artikel sebelumnya agar tergambar maksud perkataan dan tindakan Ammar pada fase final ini.

Adapun riwayat-riwayat yang dituturkan kali ini, sepenuhnya dikutip dari al-Tabari dalam Kitab Tarikh al-Rusul wa al-Muluk, tanpa dikurangi atau dilebihkan. Sehingga jika para pembaca menemukan perseteruan yang terjadi di antara para sahabat, karena memang demikian lah yang diriwayatkan.

Sebagaimana telah dibahas oleh penulis sebelumnya, kisah ini disampaikan bukan untuk membentur-benturkan berbagai kelompok yang ada di dalam Islam, namun sebatas agar kita dapat mengambil pelajaran dari sejarah kelam yang memang pernah terjadi dan sulit untuk dibantah kebenarannya karena sudah terlalu banyak diriwayatkan oleh para periwayat yang terpercaya. Selamat menyimak.

Habbah bin Juwain al-Urani meriwayatkan:

Aku dan Abu Masud pergi untuk menemui Hudzaifah (bin al-Yaman) di al-Mada dan menemuinya.

Dia berkata, “Selamat datang kepada kalian berdua. Tidak ada seorang pun di antara suku-suku Arab yang datang kemari yang lebih berharga bagiku daripada kalian berdua.”

Aku menyerahkan jawaban (dari pernyataan Hudzaifah di atas) kepada Abu Masud dan kami berkata, “Wahai Abu Abdallah, sampaikan kepada kami hadis, karena kami khawatir akan datangnya masa kekacauan (al-fitan)!”

Dia menjawab, “Berpeganglah pada kelompok yang di dalamnya ada Ibnu Sumayyah (Ammar bin Yasir), karena aku pernah mendengar Nabi bersabda, ‘Kelompok penindas yang menyimpang dari jalan (yang benar) akan membunuhnya, dan hidangan terakhirnya adalah susu yang dicampur dengan air.’.”

Habbah melanjutkan:

Dan aku melihat Ammar di Shiffin ketika dia berkata, “Bawakan aku hidangan terakhirku di dunia ini,” dan dia dibawakan minuman susu encer di dalam sebuah mangkuk dangkal dengan (hiasan) lingkaran merah.

Hudzaifah tidak salah bahkan dengan (penggambarannya tentang) ketebalan rambut (Ammar), karena Ammar berkata, “Hari ini aku akan bertemu dengan yang tercinta – Muhammad dan sahabat-sahabatnya. Demi Allah, bahkan jika mereka memukul kami sehingga kami terdorong mundur ke daun-daun kurma di Hajar[1], kita akan tahu bahwa kita berpegang kepada kebenaran dan mereka kepada kepalsuan.”

Dan dia mulai berkata, “Kematian ada di bawah naungan tombak dan Surga itu berada di bawah naungan kilatan pedang.[2][3]

Zaid bin Wahb al-Juhani meriwayatkan:

Ammar bin Yasir berkata pada hari itu, “Di mana mereka yang berhasrat untuk mendapatkan ridha Allah dan tidak akan kembali kepada harta benda atau anak-anak(nya)?”

Sekelompok orang bergabung dengannya dan dia berkata, “Kawan-kawan, mari kita langsung maju melawan mereka yang mencari pembalasan atas darah Ibnu Affan dan mengklaim bahwa dia dibunuh secara tidak adil. Demi Allah, mereka tidak mencari pembalasan atas darahnya, tetapi (mereka) telah mencicipi dunia ini dan menyukai dan menikmatinya.

“Mereka tahu bahwa, jika mereka harus menerima kebenaran, itu akan menjadi penghalang antara mereka dan hal-hal duniawi di mana mereka berkubang. Mereka tidak memiliki keinginan untuk mengutamakan Islam, yang jika demikian (mengutamakan Islam) mereka pantas untuk mendapatkan kepatuhan dari orang-orang atau mendapatkan kuasa atas mereka.

“Mereka menipu para pengikut mereka dengan mengatakan bahwa Imam (Utsman) mereka telah dibunuh secara tidak adil, sehingga mereka bisa menjadi tiran dan raja, dan dengan tipu daya ini mereka telah sampai di tempat kalian melihat mereka (sekarang di Perang Shiffin). Jika bukan karena itu, bahkan dua orang pun tidak akan menjadi pengikut mereka.

“Ya Allah, jika Engkau membantu kami, banyak peristiwa yang telah Engkau (berikan) untuk membantu kami, tetapi, jika Engkau memberi mereka kekuasaan, sisakanlah untuk mereka, atas apa yang telah mereka lakukan kepada para hamba-Mu, siksaan yang paling menyakitkan.”

Dia dan sekelompok pengikutnya maju ke depan sampai mereka mendekati Amr (bin al-Ash), dan Ammar berkata, “Amr, kau telah menjual agamamu (din) demi (jabatan di) Mesir. Sialan kau, sialan kau! Sudah lama engkau menginginkan penyimpangan di dalam Islam!”

Dan dia berkata kepada Ubaidillah bin Umar bin al-Khattab, “Semoga Allah merendahkanmu! Engkau telah menjual agamamu kepada musuh Islam (Abu Sufyan) dan putra musuhnya (Muawiyah).”

Ubaidillah menjawab, “Tidak, aku hanya mencari pembalasan atas darah Utsman bin Affan, semoga Allah ridha dengannya!”

Namun Ammar berkata kepadanya, “Aku bersaksi, dari apa yang aku ketahui tentangmu, bahwa engkau tidak mencari wajah Allah dalam apa pun yang engkau lakukan. Jika engkau tidak terbunuh hari ini, engkau akan mati besok, jadi pertimbangkanlah, karena manusia dihargai sesuai dengan niat mereka, itulah niatmu yang sebenarnya!”[4]

Abu Abdurrahman al-Sulami meriwayatkan:

Aku mendengar Ammar bin Yasir di Shiffin berkata kepada Amr bin al-Ash, “Tiga kali aku bersama Rasulullah berperang melawan orang dengan bendera ini. Kali keempatnya tidak lebih saleh atau takut kepada Allah.”[5] (PH)

Bersambung ke:

Sebelumnya:

Catatan Kaki:


[1] Kemungkinan maksudnya adalah Hajar, sebuah wilayah yang subur di Arab Timur, yang juga disebut al-Ahsa.

[2] Kemungkinan dia mengacu kepada sebuah hadis tentang jihad yang berbunyi, “Ketahuilah oleh kalian bahwa Surga itu berada di bawah naungan pedang.” (Shahih Al-Bukhari No. 2607)

[3] Al-Ṭabari, Tarikh al-Rusul wa al-Muluk: Volume 17, diterjemahkan ke bahasa Inggris oleh G.R. Hawting (State University of New York Press: New York, 1996), hlm 64-65.

[4] Ibid., hlm 65-66.

[5] Ibid., hlm 66-67.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*