Mozaik Peradaban Islam

Ayuba Suleiman Diallo (10): Penutup

in Tokoh

Dokumen-dokumen tentang kisah Ayuba, telah membantah anggapan kontemporer bahwa Muslim adalah orang asing yang datang belakangan ke Amerika Serikat. Faktanya, Ayuba telah hadir di sana tiga dekade sebelum Amerika Serikat memproklamasikan kemerdekaannya.

Grafik: pohgep.net

Setelah dapat pulang kembali ke rumahnya di Bundu, meskipun daerah itu terperangkap dalam gelombang peperangan antar suku, namun karena pada dasarnya Ayuba Suleiman Diallo berasal dari keluarga kaya, dia dapat dengan segera memantapkan kehidupannya kembali.[1]

Namun demikian, meski dia bersukacita karena telah pulang, Ayuba selain mendapatkan bahwa ayahnya telah meninggal, juga menerima kenyataan menyedihkan lainnya, yaitu bahwa salah satu dari dua istrinya telah menikah kembali dengan pria lain.

Meski demikian, Ayuba menanggapinya dengan bijaksana, tentang mantan istri dan suaminya yang baru, Ayuba berkata, “(Mereka) mau tak mau berpikir aku sudah mati, karena aku pergi ke suatu tanah yang mana tak seorang pun Pholey (suku Fulani) pernah kembali.”

Tidak ada informasi lebih jauh tentang siapa budak pertama sebelum Ayuba yang dapat pulang kembali ke Bundu, namun orang ketiga akan segera kembali. Baik ketika masih sedang diperbudak maupun saat sudah dibebaskan, Ayuba tidak pernah melupakan Loumein Ndiaye (dalam berbagai dokumen kontemporer, namanya dicucapkan dengan berbagai cara, di antaranya Lahmin Jay, Loumein Yoai, Lahamin Joy, atau Loumein Yoas), penerjemah Ayuba dari suku Wolof ketika mereka sama-sama mengalami kemalangan dengan diculik dan dijadikan budak pada tahun 1730.

Saat berada di Inggris, Ayuba telah meminta agar Loumein juga dibebaskan. Sekembalinya ke Maryland, Amerika, Thomas Bluett menemukan Loumein, dan dengan dana yang disediakan oleh Duke of Montague, sahabat Ayuba dari lingkaran keluarga kerajaan Inggris, Loumein ditebus pada tahun 1737. Setelah beberapa minggu tiba di London, dia berlayar kembali ke Gambia pada Februari 1738.

Ayuba kemudian menetap di Bundu, dan dia memenuhi janjinya untuk bekerja untuk Royal African Company, perusahaan kolonial asal Inggris. Mereka berharap bahwa dengan Ayuba menjadi duta besar mereka, dan melalui koneksinya, mereka akan memiliki akses yang mudah ke daerah Galam yang kaya emas dan sabana Ferlo yang kaya akan getah karet.

Ayuba kemudian melakukan beberapa perjalanan dengan para petugas dari Royal African Company untuk membuka hubungan perdagangan dengan daerah yang dimaksud, namun hasilnya mengecewakan.[2]

Karena bagaimanapun Ayuba adalah orang yang terdidik dalam hal pendidikan agama, dia adalah tokoh elit agama Islam di Bundu, bukan dalam bidang perdagangan, dan karena latar belakangnya inilah dia gagal memenuhi upaya misi perdagangan Royal African Company.

Meski mengalami kegagalan, namun Ayuba tetap mempertahankan kontak dengan Royal African Company. Ayuba sempat menulis surat kepada kontaknya di Inggris, meminta agar dia dapat berkunjung ke London, tetapi permintaannya ditolak. Tidak diketahui mengapa kontak Inggrisnya tidak mengabulkan permintaannya.[3]

Tidak lama setelah permintaannya ditolak, Royal African Company bubar, namun Ayuba menjalin relasi baru dengan perusahaan lain penggantinya, the Company of Merchants Trading to Africa. Selama empat puluh tahun ke depan Ayuba terus menjalin hubungan dengan perusahaan asal Inggris ini.[4]

Tidak banyak yang diketahui tentang kehidupan Ayuba setelah tahun 1740. Menurut sebuah laporan, dia dikatakan berumur panjang dan meninggal pada tahun 1773 di tanah kelahirannya pada usia 72 tahun.

Sejak tahun 1734, kisah tentang Ayuba yang luar biasa telah ramai diperbincangkan, di kedua sisi Atlantik, yaitu Inggris dan Amerika. Surat-surat Ayuba yang berbahasa Arab telah memenuhi berbagai artikel bahasa Inggris yang menulis tentangnya dan menjadi dokumen berharga yang mengabadikan tentang masa kolonial dalam sejarah Amerika Utara.

Kisah hidup Ayuba telah membantah anggapan bahwa para Muslim adalah orang-orang yang datang belakangan ke Amerika Utara. Kehadiran Ayuba di Amerika terjadi lebih dari tiga dekade sebelum Amerika Serikat menyatakan kemerdekaannya dari Inggris pada tahun 1776.

Meskipun para sejarawan masih memperdebatkan dengan tepat berapa banyak orang Afrika di Amerika Utara yang beragama Islam pada masa kolonial — diperkirakan jumlahnya antara ribuan hingga lebih dari satu juta — namun ada sedikit keraguan bahwa Muslim telah menjadi bagian dari sejarah benua Amerika selama ratusan tahun sebelumnya.

Namun pada faktanya, menurut sejarawan Edward E. Curtis IV, beberapa Muslim, atau Muslim yang pindah ke agama Kristen, kemungkinan besar telah ikut bersama dengan ekspedisi pertama Christopher Columbus ke Amerika Utara pada tahun 1492. Mengingat Spanyol, negara asal Columbus, dulunya pernah menjadi wilayah kerajaan Islam dan banyak orang-orang Islam Moor yang menetap di sana.[5] (PH)

Seri Ayuba Suleiman Diallo selesai.

Sebelumnya:

Catatan Kaki:


[1] Hassam Munir, “’Allah. Muhammad.’ Ayuba Diallo’s Long Journey Back to Africa”, dari laman http://www.ihistory.co/slave-of-allah-alone-ayuba-diallos-return-to-africa/, diakses 29 November 2019.

[2] Sylviane A. Diouf, Servants of Allah: African Muslims Enslaved in the Americas (New York University Press, 2013), hlm 233-234.

[3] Lowcountry Digital History Initiative, “Ayyuba Suleiman Diallo (Job Ben Solomon) (1701-1773)”, dari laman https://ldhi.library.cofc.edu/exhibits/show/african-muslims-in-the-south/five-african-muslims/ayyuba-suleiman-diallo, diakses 29 November 2019.

[4] Sylviane A. Diouf, Op.Cit., hlm 234.

[5] Edward E. Curtis IV, Muslims in America (Oxford University Press, 2009), hlm 4.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*