Mozaik Peradaban Islam

Bangsa Mongol dan Dunia Islam (11): Spiritualitas Genghis Khan

in Sejarah

Last updated on February 21st, 2019 02:20 pm


Jauh hari sebelum bangsa Mongol memeluk Islam, Genghis Khan sendiri adalah penganut animisme, dia menyembah Dewa Tengri, Langit Biru Abadi. Terlepas dari penggambarannya yang keji, dia sebenarnya menunjukkan sisi spritualitas dan kelemahannya sebagai manusia.

Seorang shaman di Mongolia dalam praktek penyembahan terhadap Tengri. Photo: Kyle Trabocco

Lari dari orang-orang Merkid, Temujin bersembunyi di hutan Gunung Burkhan Khaldun. Pikirannya bergulat, di sana dia harus menemukan sebuah jawaban tentang apa yang harus dilakukan tentang penculikan istrinya. Dia bisa saja memilih untuk memupuskan harapannya untuk merebut kembali Borte, dan tentu saja itu merupakan jalan yang lebih realistis, karena kelompok kecilnya tidak mungkin menghadapi orang-orang Merkid yang jauh lebih kuat.

Selain itu, pada saatnya nanti, Temujin dapat menemukan istri lain, tetapi dia harus menculiknya, seperti yang dilakukan ayahnya kepada ibunya, karena tidak ada keluarga mana pun yang senang menyerahkan putri mereka kepada seorang pria yang pernah kehilangan istrinya dari orang-orang yang lebih kuat.

Di masa lalu, ketika usianya masih lebih muda, Temujin dapat mengambil sebuah keputusan yang mudah baginya: bertarung atau melarikan diri. Tetapi sekarang dia harus berpikir dengan hati-hati dan menyusun rencana tindakan yang akan memengaruhi seluruh hidupnya. Dia harus memilih nasibnya sendiri.[1]

Karena yakin bahwa dia baru saja diselamatkan oleh gunung tempat dia bersembunyi, dia berdoa kepada roh gunung itu. Gunung Burkhan Khaldun adalah gunung tertinggi di daerah tersebut, yang secara harfiah ia berarti “Gunung Dewa”. Gunung ini dianggap sebagai “khan” bagi wilayah-wilayah lain di sekitarnya karena ia diyakini sebagai tempat yang paling dekat dengan Langit Biru Abadi, dewa tertinggi bangsa Mongol, atau dalam bahasa lokal disebut sebagai “Tengri”.[2] Selain itu, Burkhan Khaldun juga merupakan sumber dari tiga sungai di Mongolia, sehingga sering disebut sebagai Jantung Suci Mongolia.[3]

Dokumen Sejarah Rahasia Bangsa Mongol mengisahkan, ketika Temujin lolos dari kejaran orang-orang Merkid, dia bersyukur dan berdoa kepada kepada gunung yang melindunginya dan kepada matahari yang melintasi langit. Secara khusus dia juga mengucapkan terimakasih kepada Khoákchin, wanita tua yang pertama kalinya mendengar derap kuda pasukan Merkid. Selain itu, untuk berterima kasih kepada roh-roh di sekitarnya, sebagaimana biasa dilakukan oleh orang-orang Mongol, dia menaburkan susu ke udara dan ke tanah.

Temujin kemudian melepaskan sabuknya dan menggantungkannya di lehernya. Sabuk yang biasanya hanya dipakai oleh laki-laki, adalah pusat identitas para laki-laki Mongol. Dengan melepaskan sabuknya, maka secara simbolitas, dia menunjukkan ketidakberdayaannya di hadapan para dewa di sekitarnya. Dia kemudian melepas topinya, meletakkan tangannya di dadanya, dan bersujud sebanyak sembilan kali kepada matahari dan gunung suci.

Selama tiga hari Temujin bersembunyi dan berdoa di Gunung Burkhan Khaldun. Ini adalah sebuah awal dari hubungan spiritual yang intim dan bertahan lama yang akan Temujin pertahankan bersama gunung ini. Temujin yakin bahwa gunung ini telah memberikan perlindungan khusus dan akan menjadi sumber kekuatannya.

Dari sekian banyak pilihan yang menggelayuti pikirannya, akhirnya Temujin memilih untuk menyusuri Sungai Tuul yang mengalir ke barat daya, untuk mencari bantuan dari Ong Khan, orang yang telah mengikat hubungan anda dengannya. Setahun sebelumnya Temujin telah menolak tawaran dari Ong Khan untuk menjadi pemimpin bagi para prajurit mudanya. Waktu itu Temujin enggan untuk ikut terlibat dalam persaingan antar khan di Mongolia. Namun kini, setelah kehidupan tenangnya dihancurkan oleh orang-orang suku Merkid, dia merasa tidak ada cara lain untuk mendapatkan kembali istrinya.

Temujin memilih untuk bertarung. Dia akan merebut kembali istrinya, atau jika pun gagal, dia lebih memilih mati dalam pertempuran. Setelah tiga hari yang berat untuk merenung, berdoa, dan membuat perencanaan di Gunung Burkhan Khaldun, kini Temujin menyusuri Sungai Tuul untuk mencari Ong Khan dan meminta bantuannya. Tetapi dia datang bukan sebagai orang putus asa yang sekedar meminta bantuan, dia telah menyiapkan dirinya untuk menjadi seorang putra angkat sebagaimana mestinya, yakni untuk menjadi pengikut setia yang akan mengabdi kepada Ong Khan. Dari yang tadinya hidup menyendiri, Temujin kini telah memutuskan, dia akan terlibat dalam kancah pertarungan politik di padang rumput Mongolia.   

Ketika Temujin bertemu Ong Khan, dia menjelaskan bahwa dia ingin menyerang suku Merkid, khan tua itu langsung setuju untuk membantu. Ong Khan, bagaimanapun, sebenarnya memiliki perselisihan tersendiri dengan suku Merkid, dan permintaan dari Temujin telah memberikan alasan baginya untuk menyerang dan menjarah mereka sekali lagi. Seandainya Ong Khan tidak tertarik untuk menyerang, bisa saja dia dengan mudah memberi Temujin istri baru dari lingkungan sukunya sendiri.[4]

Berkata Temujin, “Orang-orang Merkit datang, menyerang secara tiba-tiba. Mereka menangkap istriku dan membawanya pergi. Kami sekarang datang untuk meminta bantuanmu wahai khan ayahku, untuk menyelamatkan istriku dan mengembalikannya padaku.”

Ong Khan kemudian menjawab, “Bukankah aku telah berkata kepadamu tahun lalu? Ketika engkau membawakanku mantel musang, engkau berkata, ‘Ketika ayahku masih hidup kalian berdua telah mengikat anda, sesungguhnya engkau adalah seperti ayah bagiku.’ Ketika engkau mengenakan mantel itu padaku, di sana dan kemudian aku berkata, ‘Sebagai imbalan atas mantel musang, aku akan mempersatukanmu dengan orang-orangmu yang tersebar; Sebagai imbalan untuk mantel kulit hitam, aku akan menyatukan untukmu orang-orangmu yang terpecah belah. Biarkanlah itikad baik berada di hati, sebagaimana ginjal seharusnya berada di belakang!’.

“Bukankah sekarang aku mengatakan ini? Aku akan memenuhi janji itu, dan sebagai imbalan untuk mantel bulu musang, bahkan untuk menghancurkan Merkid sehancur-hancurnya, aku akan menyelamatkan Borte untukmu. Sebagai imbalan untuk mantel kulit hitam, kita akan menghancurkan semua Merkid, kita akan merebut Borte istrimu kembali, membawanya kembali padamu!”[5]

Dari sinilah awal mulanya Temujin yang nantinya akan menjadi Genghis Khan, memulai karir politiknya. (PH)

Bersambung ke:

Bangsa Mongol dan Dunia Islam (12): Menyelamatkan Borte

Sebelumnya:

Bangsa Mongol dan Dunia Islam (10): Penculikan Borte

Catatan Kaki:


[1] Jack Weatherford, Genghis Khan and the Making of the Modern World (Crown and Three Rivers Press, 2004, e-book version), Chapter 2.

[2] “The Ancient Religion of Tengriism”, dari laman https://www.discovermongolia.mn/blogs/the-ancient-religion-of-tengriism, diakses 20 Februari 2019.

[3] Jack Weatherford, Loc.Cit.

[4] Ibid.

[5] Igor de Rachewiltz, The Secret History of the Mongols: A Mongolian Epic Chronicle of the Thirteenth Century (Western Washington University, 2015), hlm 32.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*