Mozaik Peradaban Islam

Bangsa Mongol dan Dunia Islam (3): Temujin (3)

in Sejarah

Last updated on February 11th, 2019 02:57 pm

Ketika bangsa Mongol melakukan penyerangan ke Hongaria dan Rusia, orang Eropa menyamaratakan semuanya dengan sebutan Tatar. Padahal bangsa Mongol dan Tatar berbeda. Temujin (Genghis Khan) sendiri adalah nama Tatar, padahal dia asli Mongol. Inilah penjelasannya.

Bagi sebagian orang, akan cukup membingungkan untuk membedakan bangsa Mongol dan Tatar, karena dalam ekspedisi perang ke berbagai wilayah yang dilakukan Dinasti Mongol nantinya, kedua suku ini selalu bersama. Terlebih, nama “Temujin” (nama kecil Genghis Khan) sendiri, bukanlah nama bangsa Mongol, melainkan Tatar. Padahal secara kesukuan, Temujin asli Mongol, hanya namanya saja yang seperti orang Tatar. Persoalan nama ini akan diceritakan kemudian.

Pada abad ke-12, puluhan suku dan klan tinggal di wilayah padang rumput Mongolia. Semua suku ini hidup dengan cara nomaden. Dari semua suku yang ada di sana, kerabat terdekat bangsa Mongol adalah orang-orang Tatar dan Khitan di timur, suku Manchu yang lebih jauh ke timur, dan suku-suku Turki di Asia tengah ke barat. Ketiga kelompok etnis ini berbagi warisan budaya dan linguistik yang sama dengan beberapa suku di Siberia, yang mana kemungkinan merupakan tempat mereka semua berasal. Bagi orang-orang luar, perbedaan di antara mereka seringkali membingungkan, orang-orang Mongol kadang-kadang disebut sebagai Turki Biru atau Tatar Hitam.[1]

Orang-orang Mongol berbahasa Altai, sebuah nama yang diambil dari nama pegunungan Altai di Mongolia barat. Bahasa mereka memiliki sedikit kemiripan dengan bahasa Korea dan Jepang, tetapi dengan bahasa Cina atau bahasa asing Asia lainnya, sama sekali tidak ada kesamaan.[2] Sementara itu, istilah Tatar pertama kali muncul di antara suku nomaden yang tinggal di Mongolia timur laut dan daerah di sekitar Danau Baikal dari abad ke-5. Tidak seperti bangsa Mongol, orang Tatar berbicara dalam bahasa Turki, dan mereka mungkin memiliki keterkaitan dengan suku Cuman atau Kipchak. Setelah berbagai kelompok pengembara Turki ini menjadi bagian dari pasukan Genghis Khan pada awal abad ke-13, perpaduan antara unsur Mongol dan Turki terjadi. Dan ketika mereka melakukan invasi ke Rusia dan Hongaria, oleh orang Eropa mereka tidak dibeda-bedakan, hanya dikenal dengan satu nama saja, yaitu Tatar (atau Tartar).[3]

Wanita Muslim suku Tatar di Rusia hari ini sedang mengenakan pakaian tradisional mereka. Photo: Roman K/folk costume

Meskipun suku-suku Turki dan Tatar telah berasimilasi dan menjadi beberapa konfederasi suku, tetapi tidak dengan orang-orang Mongol. Di antara orang-orang Mongol sendiri, sebenarnya mereka terbagi dalam kelompok-kelompok kecil yang dipimpin oleh seorang kepala, atau Khan, dan secara lebih leluasa mereka masih terikat hubungan kekerabatan. Meski demikian, orang-orang Mongol mengaku bahwa mereka berbeda dengan orang Tatar maupun Turki.

Orang-orang Mongol menegaskan, baik dulu maupun sekarang, bahwa mereka adalah keturunan langsung dari bangsa Hun, yang mendirikan kekaisaran pertama di padang rumput tinggi pada abad ke-3. Hun adalah bahasa Mongolia untuk manusia, dan mereka menyebut nenek moyang Hun mereka dengan Hun-nu, yang artinya orang-orang dari matahari. Pada abad ke-4 dan ke-5, bangsa Hun menyebar dari stepa Mongolia untuk menaklukkan berbagai negara mulai dari India hingga ke Roma, tetapi mereka tidak dapat mempertahankan kontak di antara berbagai klan di antara mereka sendiri, dan dengan cepat berasimilasi dengan budaya setempat sampai akhirnya identitas mereka di negara penaklukkan pun menghilang.[4]

 

Asal-usul nama Temujin

Tidak lama setelah Yesugei menculik Hoelun dan memperistrinya, Yesugei pergi untuk berperang melawan salah satu suku Tatar. Di antara seluruh prajurit Tatar yang berhasil dikalahkan dan ditangkap, salah satunya bernama Temujin Uge. Yesugei kemudian baru kembali ke tepi sungai Onon setelah putra pertamanya dari Hoelun lahir dan memberinya nama Temujin.[5] Karena orang-orang di padang rumput Mongolia biasanya hanya menerima satu nama dalam hidupnya, pemilihannya seringkali terkait dengan banyak simbolisme. Beberapa pemilihan nama seringkali ditentukan berdasarkan karakter, nasib, atau takdirnya. Pemberian nama Temujin mungkin saja dimaksudkan sebagai itikad baik dari bangsa Mongol untuk berdamai dengan Tatar, meskipun pendapat ini di banyak tempat masih mengundang perdebatan.[6]

Meski demikian, ada petunjuk lain yang dapat dipakai untuk menjelaskan kenapa Yesugei memberi nama Temujin. Setelah melahirkan Temujin, Hoelun melahirkan empat anak lainnya yang bernama Qasar, Qaciun, Temuge, dan yang paling bungsu – dilahirkan pada saat Temujin berusia sembilan tahun – bernama Temulun. Dari semua anak Hoelun, tiga di antaranya berawalan “Temu”. Dalam bahasa Mongol, Temu merupakan kata kerja yang memiliki banyak arti, yaitu tergesa-gesa, yang menginspirasi, yang berpikir kreatif, dan yang mendatangkan kesejahteraan.[7] (PH)

Bersambung ke:

Bangsa Mongol dan Dunia Islam (4): Borte

Sebelumnya:

Bangsa Mongol dan Dunia Islam (2): Temujin (2)

Catatan Kaki:

[1] Jack Weatherford, Genghis Khan and the Making of the Modern World (Crown and Three Rivers Press, 2004, e-book version), Chapter 1.

[2] Ibid.

[3] “Tatar”, dari laman https://www.britannica.com/topic/Tatar, diakses 20 Juni 2018.

[4] Jack Weatherford, Loc.Cit.

[5] Igor de Rachewiltz, The Secret History of the Mongols: A Mongolian Epic Chronicle of the Thirteenth Century (Western Washington University, 2015), hlm 12.

[6] Jack Weatherford, Loc.Cit.

[7] Ibid.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*