Mozaik Peradaban Islam

Bangsa Mongol dan Dunia Islam (38): Menyerang Jurchen Jin (4)

in Sejarah

Last updated on March 23rd, 2019 02:44 pm


Pasukan Mongol menciptakan kerusuhan di pedesaan-pedesaan yang berada di sekeliling kota dan dengan cepat menghilang. Mereka baru muncul kembali hanya ketika kota tersebut telah merasa aman. Genghis Khan hendak menciptakan teror.

Ilustrasi pasukan Mongol mengepung kota. Photo: elgrancapitan.org

Terlepas dari segala kekurangan pasukan Mongol – bertempur di tanah asing dan prajurit mereka kalah jumlah dibanding musuh, Genghis Khan memiliki kelebihan yang tidak dapat ditandingi, yakni pengalaman bertempur yang telah dilakukan hampir sepanjang hidupnya, bahkan dari sejak usia kecil, dan dia tahu setiap detail pasukan dan perwiranya. Dia telah bertarung dengan banyak dari mereka selama lebih dari seperempat abad, dan beberapa jenderal, seperti Boorchu dan Jelme, telah bersamanya selama hampir empat puluh tahun.

Dia tahu bahwa dia bisa memercayai mereka dalam kampanye panjang yang jauh dari pengawasannya. Dia juga memahami kekuatan dan kelemahan setiap jenderal. Jebe misalnya, yang merupakan salah satu komandannya, akan bertarung dengan cepat dan berapi-api, mengambil peluang yang tidak biasa dan mengilhami keberanian yang teguh di antara pasukannya dalam pertempuran; sementara Muhali, komandan lain, bergerak perlahan dan metodis tetapi mampu bertahan dalam melaksanakan misi yang lebih lama dan cakupannya lebih luas.

Pasukan Mongol, tidak peduli seberapa keras mereka berlatih, seberapa ketat disiplin mereka, atau seberapa kuat tekad mereka, tidak akan pernah dapat menaklukkan kota-kota yang dibentengi dengan cara perang konvensional. Dalam menghadapi Dinasti Jurchen Jin, Genghis Khan menggunakan strategi lama yang mendasar dari perang padang rumput, yakni dengan cara memenangkan pertempuran sebelum panah pertama ditembakkan di medan perang.

Maksudnya adalah mengalahkan musuh terlebih dahulu dengan cara menciptakan kebingungan dan kemudian menanamkan rasa takut untuk menghancurkan semangat mereka. Karena orang-orang Mongol awalnya tidak memiliki senjata, pengetahuan, atau teknologi untuk meruntuhkan tembok kota yang besar, mereka menciptakan kerusuhan terlebih dahulu di pedesaan-pedesaan yang berada di sekeliling kota dan kemudian dengan cepat menghilang. Mereka baru muncul kembali hanya ketika kota tersebut telah merasa aman. Genghis Khan hendak menciptakan teror.

Lebih jauh, Genghis Khan berusaha melemahkan musuh-musuhnya dengan mengeksploitasi kekacauan sosial atau keretakan internal yang bisa diidentifikasi. Dalam kampanye melawan Jurchen, upaya pertamanya adalah memisahkan orang-orang Khitan dari penguasa Jurchen mereka sambil menanamkan keyakinan kepada mereka, bahwa pemimpin Jurchen mereka tidak akan mampu melindungi mereka dari kekuatan pasukan Mongol.

Puncak propaganda terjadi ketika orang-orang Mongol memasuki wilayah Jurchen dan dengan lantang mengumumkan bahwa diri mereka adalah kekuatan pembebas. Orang-orang Mongol mengatakan bahwa mereka bermaksud memulihkan kekuasaan keluarga kerajaan Khitan yang merupakan penguasa asli sebelum orang-orang Jurchen datang dan menggulingkan kerajaan mereka pada seabad sebelumnya. Cara ini cukup berhasil, sebelum pertempuran dimulai, banyak orang Khitan yang memutuskan untuk bergabung dengan orang-orang Mongol, yang mereka lihat sebagai saudara karena berbicara dalam bahasa yang sama.

Dalam salah satu tindakan awal pada masa perang, Jebe, ditemani oleh Khasar, adik laki-laki Genghis Khan, memimpin pasukan Mongol langsung menuju ke tanah leluhur Khitan yang berada di sepanjang Sungai Liao. Tentara Mongol mendapat dukungan antusias dari orang-orang Khitan, dan mereka dengan cepat menemukan keturunan Dinasti Yelü, yang dulunya merupakan keluarga kerajaan Khitan. Pada tahun berikutnya, 1212, Genghis Khan secara resmi memulihkan kedudukan Kerajaan Khitan dan mendudukkan mereka menjadi negara bawahan di dalam Kekaisaran Mongol. Tentu saja, orang-orang Mongol waktu itu belum menaklukkan seluruh tanah Jurchen, tetapi dengan menciptakan negara bawahan, ia berhasil memecah kekuatan Jurchen lebih lanjut dan menarik lebih banyak desertir ke sisi Mongol.

Dalam rentang waktu yang panjang melawan Dinasti Jurchen Jin (perang berlangsung selama sekitar tiga tahun, 1211-1214), Genghis Khan bertemu dengan para anggota keluarga aristokrat bangsawan Khitan lama, mereka mengatakan ingin membantunya untuk memahami situasi dan kondisi wilayah yang sedang dia serang.  Salah satu orang yang paling penting dari mereka adalah Yelü Chucai, seorang pemuda berusia dua puluhan dari keluarga kerajaan Khitan. Dia menarik perhatian Mongol karena terlatih dalam astrologi dan seni esoterik ilmu scapulimancy.[1] Dengan pengetahuannya dia mampu meramalkan masa depan dengan membaca retakan dari tulang bahu domba atau kambing korban yang telah dipanaskan. Karena dia adalah seorang Khitan asli dan berbicara dalam bahasa itu, dia dapat dengan mudah berkomunikasi dengan orang-orang Mongol, tetapi di lain sisi, dia juga memiliki pengetahuan yang luas tentang budaya Tiongkok.

Karena mereka mengerti bahasa Mongolia maupun China, serta karena memiliki keterampilan menulis dan pengetahuan tentang hukum dan tradisi di antara kelompok yang menetap dalam sebuah peradaban, para sarjana Khitan terbukti sangat berguna untuk membantu pengelolaan Kekaisaran Mongol. Genghis Khan menaruh perhatian lebih terhadap orang-orang seperti mereka, dengan cara menarik atau menangkap mereka, dalam upaya untuk menerapkan pengetahuan mereka agar dapat memberi manfaat bagi Kekaisaran Mongol. Setelah penemuan ini, ke mana pun dia pergi, dia selalu mencari orang-orang berilmu untuk ditanyai dan dinilai keterampilannya, yang mana jika sekiranya bermanfaat akan diterapkan di dalam Kekaisaran Mongol.[2] (PH)

Bersambung ke:

Sebelumnya:

Catatan Kaki:


[1] Scapulimancy (juga dikenal sebagai scapulomancy, scapulamancy, atau omoplatoscopy) adalah ilmu meramal masa depan dengan mengamati keretakan skapula mamalia atau bilah bahu yang telah dipanaskan oleh api atau instrumen panas. Selengkapnya lihat “Scapulimancy”, dari laman http://occult-world.com/augury/scapulimancy/, diakses 22 Maret 2019.

[2] Jack Weatherford, Genghis Khan and the Making of the Modern World (Crown and Three Rivers Press, 2004, e-book version), Chapter 4

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*