Mozaik Peradaban Islam

Bangsa Mongol dan Dunia Islam (73): Masa Akhir Genghis Khan (3): Penaklukkan Terakhir

in Sejarah

Last updated on July 9th, 2019 01:57 pm

Gadis-gadis Mongol yang bisanya menghabiskan hari-hari dengan memerah susu, kini dapat mengenakan pakaian sutra dan emas dari tanah Muslim. Mereka juga kini memiliki pelayan Muslim.

Wanita Mongol mengenakan pakaian tradisional Mongol di Republik Buryatia pada masa kini. Foto: Cool Wallpaper Ideas

Sekembalinya pasukan Mongol dari Asia Tengah pada tahun 1223, mereka memperoleh banyak sekali barang jarahan. Bagi sebagian besar orang Mongol, ini menjadi titik tertinggi perolehan kekayaan dalam kehidupan mereka. Semangat kemenangan dan euforia selepas pesta perburuan masih membekas pada masing-masing dada prajurit dalam perjalanan panjang kembali ke Mongolia.

Barisan tawanan perang yang panjang, berjalan di depan pasukan utama Genghis Khan. Dalam suasana bangga, mereka disambut di kampung halaman dalam sebuah perayaan kemenangan yang disebut dengan Naadam.

Setelah penaklukkan Asia Tengah, hampir selama lima tahun berikutnya, kafilah unta yang membawa berbagai harta benda dari tanah-tanah Muslim terus mengalir menuju Mongolia, yang mana sangat ditunggu setiap kedatangannya oleh rakyat Mongolia dengan bersemangat, karena mereka akan mendapatkan barang-barang mewah yang eksotis.

Gadis-gadis Mongol yang biasanya menghabiskan hari-hari mereka dengan memerah susu kambing dan yak selama pasukan Mongol pergi ke Asia Tengah, kini dapat mengenakan pakaian yang terbuat dari sutra dan emas. Sementara itu tugas lama mereka untuk memerah susu, digantikan oleh para pelayan yang dibawa dari tanah Muslim.

Orang-orang tua Mongolia yang pada masa kecilnya jarang melihat logam, kini dapat memotong daging menggunakan pisau baja dari Damaskus yang gagangnya terbuat dari gading yang diukir. Mereka juga dapat meminum arak dengan menggunakan mangkuk perak, sementara itu para musisi bernyanyi untuk mereka.

Meskipun Genghis Khan kini sudah kembali ke tanah air yang dia cintai dengan segala pencapaian yang telah dia raih, namun hampir-hampir dia tidak dapat berhenti untuk beristirahat sebelum memulai perang yang lain. Mungkin saja dia tahu bahwa akhir hidupnya sudah dekat, sehingga dia merasa tidak ada waktu untuk beristirahat.

Atau, mungkin saja dia menyadari bahwa keberlangsungan kekaisarannya bergantung kepada pola penaklukkan yang konstan. Selain itu, jika dia berhenti, dia khawatir perpecahan di dalam keluarganya sendiri akan menghancurkan kekaisaran dari dalam.

Dan barangkali yang lebih menjadi tekanan bagi dirinya, rakyatnya semakin bergantung pada aliran harta benda yang stabil. Mereka tidak akan mau kembali ke kehidupan lama mereka sejak kecil, yaitu kehidupan bangsa Mongol yang sederhana. Untuk memenuhi nafsu serakah rakyatnya, maka dia harus memulai penaklukkan yang baru.[1]

Penaklukkan Terakhir

Pada tahun 1207, beberapa tahun sebelum penyerangan ke China Utara (Dinasti Jurchen Jin), Genghis Khan menaklukkan orang-orang suku Tangut yang berada di timur Mongolia. Orang-orang Tangut – yang juga dikenal dengan sebutan Xia – tadinya merupakan orang-orang suku Tibet yang mendirikan kerajaan di sepanjang hulu Sungai Kuning, atau Provinsi Gansu di China pada masa kini.

Melalui serangan ini Genghis Khan mendapatkan pelajaran baru untuk melawan wilayah yang kota-kotanya bertembok, berparit, dan berbenteng, misalnya dengan cara memblokade jalur makanan dan merekayasa jalur kebutuhan air untuk masyarakatnya, yang mana akan dia praktikkan dalam perang-perang selanjutnya ke China Utara dan Asia Tengah.[2]

Pada tahun 1209, suku Tangut menyerah terhadap Mongol dan pemimpin mereka yang bernama Burkhan menyatakan kesetiaannya terhadap Genghis Khan. Genghis Khan kemudian memberikan status negara bawahan (vassal state) yang otonom kepada suku Tangut. Mereka tetap dipimpin oleh khan mereka sendiri, sepanjang setia terhadap kekaisaran Mongol. Orang-orang Tangut bahkan ikut serta dalam penaklukkan Mongol ke China Utara.[3]    

Tahun demi tahun berlalu, sehingga tibalah waktunya Genghis Khan hendak melancarkan serangan ke Kesultanan Khwarizmia di Asia Tengah. Sebelum penyerangan, Genghis Khan mengirimkan utusannya kepada Burkhan, khan suku Tangut.

Di dalam pesannya Genghis Khan berkata, “Engkau pernah mengatakan bahwa engkau akan menjadi sayap kananku. Karena orang-orang Sarta’ul[4] telah melanggar kesetiaannya terhadapku, aku memutuskan untuk memanggil mereka untuk mempertanggungjawabkan tindakan mereka. Dengan demikian engkau ditetapkan untuk menjadi sayap kanan pasukanku.”

Menerima pesan itu, Burkhan bukannya mengirimkan pasukannya, dia malah mengirim balik utusan Mongol sambil menitipkan pesan untuk Genghis Khan, “Kalau saja pasukan Genghis Khan tidak mampu menaklukkan orang lain, mengapa sampai sejauh ini dia dapat menjadi Khan?”

Genghis Khan berang mendengar pesan Burkhan, namun perhatiannya sedang fokus terhadap Khwarizmia, waktu itu dia memutuskan untuk menangguhkan urusannya dengan Tangut. Kini, setelah penaklukkan di Asia Tengah usai, dia akan “menyelesaikan” urusan lamanya dengan Burkhan.[5] (PH)

Bersambung ke:

Sebelumnya:

Catatan Kaki:


[1] Jack Weatherford, Genghis Khan and the Making of the Modern World (Crown and Three Rivers Press, 2004, e-book version), Chapter 5.

[2] Kallie Szczepanski, “The Tangut People of China”, dalam laman https://www.thoughtco.com/who-were-the-tangut-195426, diakses 19 Maret 2019.

[3] Jack Weatherford, Op.Cit., Chapter 4.

[4] Salah satu wilayah di barat Mongolia yang dihuni oleh orang-orang Muslim.

[5] Igor de Rachewiltz, The Secret History of the Mongols: A Mongolian Epic Chronicle of the Thirteenth Century (Western Washington University, 2015), hlm 178.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*