Mozaik Peradaban Islam

Dinasti Safawi Persia (1): Ismail, Bocah Pendiri Kekaisaran

in Monumental

Last updated on June 12th, 2018 01:41 pm

“Ismail, bocah usia 12 tahun itu mengaku dirinya keturunan Imam Ali, sekaligus juga Sang Mahdi. Dia tidak main-main, dalam waktu dua tahun dia menghimpun kekuatan dan menjadi Raja Azerbaijan. Setahun berikutnya dia telah menaklukan seluruh Iran, Armenia, mayoritas Georgia, Kuwait, Irak, dan Afghanistan, serta sebagian Turki dan Suriah. Dinasti Safawi telah lahir di bawah kepemimpinannya.”

–O–

Kekaisaran Safawi secara wilayah sebagian besarnya adalah wilayah Republik Islam Iran yang kita kenal pada hari ini. Pada masanya, dinasti ini cukup kuat untuk menantang dinasti-dinasti besar lainnya, yaitu Ottoman (Ustmaniyah) di barat, dan Mughal di Timur. Dinasti Safawi berkuasa cukup lama, hampir selama 250 tahun dari sejak tahun 1501 Masehi.[1]

Di puncak kekuasaannya, wilayah Dinasti Safawi mencakup seluruh Iran, dan beberapa bagian dari Turki dan Georgia pada hari ini. Sama dengan dinasti-dinasti Islam lainnya, konsep kenegaraan Safawi bercorak Teokrasi, namun yang berbeda adalah mereka menganut Islam Syiah.[2]

Kekuatan ekonomi Kekaisaran Safawi berasal dari lokasinya yang strategis yang berada di jalur perdagangan. Kekaisaran Safawi menjadikan Iran sebagai pusat peradabannya, di mana seni, arsitektur, puisi, dan filsafat berkembang pesat. Ibukotanya, Isfahan, adalah salah satu kota terindah di dunia. Pendiri dinasti ini bernama Ismail. Di kemudian hari, dinasti ini runtuh karena dua hal: merasa besar, dan digerogoti oleh korupsi di dalam tubuh pemerintahannya.[3]

Dinasti Safawi dan pendirinya, Ismail, bagi sejarah Islam posisinya secara radikal sangat berbeda dan juga penting. Paling tidak, ada tiga hal yang dapat menjelaskan kenapa dinasti ini menjadi titik balik dalam perkembangan sejarah Islam di dunia. Pertama, kepribadian Ismail yang unik, karena selain sebagai pajurit, dia juga seorang penyair. Kedua, di bawah Ismail, tradisi Islam Sunni yang sudah berlangsung selama beradad-abad di Persia, dia gantikan dengan keyakinannya, yakni Islam Syiah. Ketiga, secara militer, dia peka terhadap perkembangan teknologi militer terbaru dan mengadopsinya ke dalam struktur kekuatan militer kekaisarannya.[4]

 

Ismail, Kaisar Pertama

Ismail lahir pada tahun 1487 di kota Ardabil, di barat laut Iran, sekitar 64 km dari Laut Kaspia. Asal usul etniknya masih menjadi perdebatan, meskipun beberapa kombinasi suku bangsa seperti Kurdi, Persia, Azeri, Georgia, dan Yunani tampaknya memungkinkan. Ketika Ismail berumur satu tahun, ayahnya meninggal dalam pertempuran. Kakak sulungnya juga dibunuh ketika Ismail berusia tujuh tahun, pada titik itu dia terpaksa bersembunyi untuk keselamatannya.[5]

Lukisan Ismail dari abad pertengahan. Dilukis oleh pelukis asal Venesia, tidak diketahui siapa namanya. Sekarang menjadi koleksi milik Museum Uffizi, Florence, Italia.

Dengan kematian kakak lelakinya, Ismail mewarisi kepemimpinan sekte sufi mistik, yang dikenal sebagai Safawiyyah, didirikan di barat laut Persia pada abad ke-13. Anggota sekte ini merupakan keturunan dari Safi al-Din (1253–1334) dari Ardabil, yang juga merupakan pimpinan Safawiyyah. Pada awalnya Safawiyyah beraliran Sunni, namun pada tahun 1399 mereka pindah ke aliran Syiah.[6]

Berabad-abad kemudian sekte ini menjadi lebih kuat, dengan bergabungnya para penguasa-penguasa di daerah dan melalui pernikahan politik. Pada abad ke-15, Safawiyyah dari yang tadinya sebatas kelompok keagamaan telah berkembang menjadi organisasi politik yang bahkan sampai memiliki kekuatan militer.[7]

Banyak orang tertarik kepada Safawiyyah karena melihat kesetiaan mereka terhadap Imam Ali (menantu sekaligus sepupu Nabi Muhammad SAW, khalifah ke-4 Sunni, dan Imam pertama Syiah) dan Imam Mahdi (baik aliran Sunni maupun Syiah sama-sama yakin bahwa nantinya umat manusia akan dipimpin oleh Imam Mahdi). Pada abad ke-15 Safawiyyah menjadi lebih agresif secara militer, dan mengobarkan jihad (perang suci) melawan daerah-daerah dari apa yang sekarang disebut Turki dan Georgia di era modern.[8]

Ismail mengklaim dia adalah keturunan langsung dari Imam Ali. Ini penting, karena dalam tradisi Syiah, Ali dan keturunannya merupakan ahli waris ortodoksi dan kekuasaan Islam yang sah. Selain itu, nampaknya Ismail juga mengklaim dirinya sebagai Mahdi. Dengan mengidentifikasikan diri sebagai Mahdi, maka Ismail menjadi daya tarik tersendiri bagi banyak orang. Seolah-olah Ismail mempunyai mujizat mesianik yang dapat membalikkan setiap keadaan terdesak menjadi keadaan yang menguntungkan.[9]

Pada usianya yang ke-12 tahun, Ismail keluar dari persembunyiannya. Didukung oleh pengikutnya yang setia dari Sekte Safawiyyah, dia mulai mempersatukan enam suku terbesar yang berbahasa Turki di daerah itu. Pada bulan Juli 1501, Ismail yang masih berusia 14 tahun dinobatkan menjadi Raja – atau Shah – dari Azerbaijan, setelah kemenangan militer yang menentukan yang bertempur atas namanya. Raja remaja itu mendirikan ibukotanya di Azerbaijan di Tabriz, sebuah kota persimpangan yang sangat penting bagi rute perdagangan.[10]

Lukisan Ismail ketika memasuki Tabriz dan mendeklarasikan dirinya sebagai Shah. Pelukis: Chingiz Mehbaliyev

Tahun berikutnya, setelah memperoleh kemenangan demi kemenangan di pertempuran lainnya, Ismail dinobatkan menjadi Shahshanah (Raja dari para raja) Persia. Dalam waktu kurang dari satu dekade, dia telah menaklukkan seluruh Iran modern. Kerajaan Ismail tumbuh dengan cepat, mencakup Armenia, mayoritas Georgia, Kuwait, Irak, dan Afghanistan, serta sebagian Turki dan Suriah. Dinasti Safawi, yang akan memerintah selama lebih dari dua abad ke depannya, telah lahir.[11] (PH)

Bersambung ke:

Dinasti Safawi Persia (2): Pedang dan Pena

Catatan Kaki:

[1] “Safavid Empire (1501-1722)”, dari laman http://www.bbc.co.uk/religion/religions/islam/history/safavidempire_1.shtml, diakses 18 Mei 2018.

[2] Ibid.

[3] Ibid.

[4] Eamon Gearon, Turning Points in Middle Eastern History, (Virginia: The Great Courses, 2016), hlm 193.

[5] Ibid.

[6] “Ṣafavid dynasty”, dari laman https://www.britannica.com/topic/Safavid-dynasty, diakses 18 Mei 2018.

[7] “Safavid Empire (1501-1722)”, Ibid.

[8] Ibid.

[9] Eamon Gearon, Ibid., 193-194.

[10] Ibid., hlm 194.

[11] Ibid.

2 Comments

  1. Syaa menemukan di Wikipedia bahasa Inggris kalo nenek Ismail Safawi itu asalnya dari trebizon orang Yunani mungkin dari situ Ismail Shah Safawi berambut merah

  2. Syaa menemukan di Wikipedia bahasa Inggris kalo nenek Ismail Safawi itu asalnya dari trebizon orang Yunani mungkin dari situ Ismail Shah Safawi berambut merah

Leave a Reply to Hilmi Cancel reply

Your email address will not be published.

*