Mozaik Peradaban Islam

Hudzaifah bin al-Yaman (12): Fitnah Pertama (3)

in Tokoh

Last updated on August 15th, 2019 04:37 pm

Ali bin Abi Thalib datang ke rumah Rasulullah dan mengucap salam. Lalu yang menjawab adalah Dihyatul Kalbi, berkata, “Waalaikumsalam wahai Amirul Mukminin, dan berkah dan rahmat Allah besertamu.” Siapakah dia?

Foto ilustrasi: fotolia.ir

Berikut ini adalah riwayat dari Hudzaifah bin al-Yaman RA yang tercantum dalam Irshad Al Qulub karya Hasan bin Muhammad al-Daylami, seorang ulama dan sufi yang bermazhab Zaidiyah. Penulis ingin menekankan bahwa penting bagi para pembaca yang langsung melompat ke artikel ini, untuk membaca terlebih dahulu artikel sebelumnya agar tidak salah kaprah. Selamat menyimak:

Ketika Ustman bin Affan RA menjabat sebagai khalifah, dia menunjuk salah satu kerabatnya untuk menjadi Gubernur Madain. Namun karena dia dianggap tidak adil dan memperlakukan penduduk dengan buruk, maka mereka mengirim utusan untuk bertemu dengan Ustman. Mereka mengadu kepadanya tentang perilaku buruk gubernur mereka.

Ustman lalu menggantikan gubernur lama dengan Hudzaifah. Hal ini terjadi pada masa-masa terakhir kekhalifahan Ustman. Kemudian ketika Ustman dibunuh dan Ali bin Abi Thalib RA menggantikannya, Ali menginginkan Hudzaifah untuk tetap di posisinya sebagai gubernur Madain.

Ali menyurati Hudzaifah, memberitahunya agar dia tetap menjadi gubernur dan memberikan arahan-arahan untuk penduduk Madain. Usai memimpin salat, Hudzaifah membacakan surat dari Ali kepada penduduk Madain. Hudzaifah juga mengatakan bahwa Ali adalah Amirul Mukminin (pemimpin bagi orang-orang mukmin) yang sesungguhnya.

Kemudian Hudzaifah berkata, “Maka bangkitlah wahai orang-orang dan berikan baiat kalian di atas Kitabullah dan Sunah Nabi-Nya, dengan demikian Allah SWT akan senang dan itu yang terbaik untuk kalian. Wassalam.”

Penduduk Madain lalu berdiri dan memberikan baiatnya untuk Ali. Setelah prosesi selesai, seorang penduduk Madain, ayahnya adalah Muhammad bin Amarrah bin al-Tayhan al-Ansari dan ibunya seorang Persia, bertanya kepada Hudzaifah. Pria yang bernama Muslim itu bertanya kepada Hudzaifah kenapa dia menyebut Ali dengan, “Amirul Mukminin yang sesungguhnya.”

Hudzaifah lalu menceritakan apa yang telah dia saksikan dahulu sewaktu Nabi masih hidup, “Suatu hari aku datang menemui Rasulullah untuk beberapa urusan, dengan harapan bertemu dengannya sendirian. Ketika aku tiba di depan pintu, aku melihat dan mendapati tirai yang menutupi pintu. Aku menyingkapnya dan akan masuk. Itulah yang biasa kami lakukan.

“Kemudian aku melihat Dihya duduk di samping Rasulullah, dan Rasulullah tidur dan kepalanya berada di pangkuan Dihya. Ketika aku menyaksikan itu, aku pergi. Lalu aku bertemu Ali bin Abi Thalib dalam perjalananku. Dia berkata, ‘Wahai ibnu al-Yaman, dari mana engkau?’

“Aku menjawabnya dan berkata, ‘Aku ingin masuk (ke rumah Nabi) tetapi aku melihat Dihya sedang bersamanya.’

“Aku meminta bantuan Ali tentang urusan yang ingin diselesaikan dengan Rasulullah. Kemudian Ali menyarankan aku untuk kembali bersamanya. Jadi aku kembali bersamanya dan ketika kami tiba di pintu (rumah) Rasulullah, aku duduk di samping pintu, dan Ali menyingkap tirai. Dia masuk dan mengucapkan salam.

“Kemudian aku mendengar Dihya menjawab dan berkata, ‘Keselamatan bagimu wahai Amirul Mukminin, dan berkah dan rahmat Allah besertamu.’

“Kemudian Dihya mengatakan kepadanya, ‘Duduk dan raih kepala kakak dan sepupumu ini dari pangkuanku, karena engkau yang paling pantas melayaninya ketimbang orang lain.’ Maka Ali duduk dan meraih kepala Rasulullah, meletakkannya di pangkuannya, dan Dihya kemudian meninggalkan rumah.

“Lalu Ali memintaku untuk masuk, jadi aku masuk dan duduk. Segera setelah itu, Rasulullah bangun dan dia tersenyum ketika dia melihat wajah Ali. Lalu dia mengatakan kepadanya, ‘Wahai Abul Hasan (panggilan Ali), dari pangkuan siapa engkau meraih kepalaku?’

“Ali menjawab, ‘Dari pangkuan Dihyatul Kalbi.’

“Kemudian Rasulullah berkata, ‘Dia adalah Jibril AS. Jadi, apa yang engkau katakan kepadanya ketika kau masuk, dan apa yang dia katakan kepadamu?’

“Ali menjawab, ‘Aku masuk dan berkata, ‘Assalamualaikum,’ dan dia menjawab, ‘Waalaikumsalam wahai Amirul Mukminin, dan berkah dan rahmat Allah besertamu.’.’

“Kemudian Rasulullah berkata, ‘Wahai Ali, para malaikat Allah dan para penghuni surga-Nya telah memberimu salam dengan gelar Amirul Mukminin, bahkan sebelum (adanya) para penghuni bumi. Wahai Ali, Jibril melakukan itu atas perintah dari Allah, Maha Suci bagi-Nya. Dan Jibril telah mengungkapkannya kepadaku dari Tuhanku, sebelum engkau masuk. Dengan demikian aku akan memerintahkannya kepada orang-orang. Dan aku akan melakukannya, insya Allah.’

“Keesokan harinya, Rasulullah mengirimku (Hudzaifah) ke Fadak untuk beberapa urusan. Aku tinggal di sana selama beberapa hari. Kemudian aku kembali dan aku menemukan orang-orang mengatakan bahwa Rasulullah telah memerintahkan mereka untuk menyapa Ali dengan gelar Amirul Mukminin, dan Jibril lah yang telah memerintahkannya dari Allah untuk melakukannya.

“Ketika aku mendengar itu, aku berkata kepada orang-orang bahwa Rasulullah telah mengatakan kebenaran dan bahwa aku mendengar Jibril menyapa Ali menggunakan gelar Amirul Mukminin dan aku menceritakan seluruh kisahnya kepada mereka.”

Kelanjutan dari riwayat ini, Hudzaifah menggambarkan bahwa ada beberapa sahabat yang langsung menyetujui dan melaksanakan perintah Nabi, sementara beberapa lainnya ada yang sempat ragu terlebih dahulu.[1]

Demikianlah riwayat tentang keberpihakkan Hudzaifah bin al-Yaman pada masa fitnah pertama dalam Islam. Mengulang kembali pernyataan dari Stephen Humphreys dalam pengantarnya pada Tarikh al-Rusul wa al-Muluk karya Al-Tabari, bahwa hendaknya para penstudi sejarah Islam menyimak berbagai riwayat dari berbagai latar belakang untuk dapat menangkap gambaran utuh tentang apa yang sebenarnya terjadi pada waktu itu.[2] Mengenai kebenarannya sejauh apa, kami serahkan sepenuhnya kepada para pembaca. Wallahu Alam. (PH)

Seri kisah Hudzaifah bin al-Yaman selesai.

Sebelumnya:

Catatan Kaki:


[1] Hasan ibn Muhammad Al Daylami, Irshad Al Qulub: Vol 1, diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Jerrmein Abu Shahba, dalam” The Narration (Hadeeth) of Hudhayfah Ibn Alyaman”, dalam https://www.al-islam.org/articles/narration-hadeeth-hudhayfah-ibn-alyaman-hasan-ibn-muhammad-al-daylami, diakses 25 Juli 2019.

[2] Dalam Al-Ṭabari, Tarikh al-Rusul wa al-Muluk: Volume 15, diterjemahkan ke bahasa Inggris oleh R. Stephen Humphreys (State University of New York Press: New York, 1990), hlm xv.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*