Mozaik Peradaban Islam

Ibnu Jubair (3): La Convivencia, Persatuan Yahudi, Kristen, dan Islam

in Tokoh

Last updated on January 1st, 2020 02:08 pm

Adalah suatu keanehan ketika suatu peradaban dapat hidup berdampingan dengan peradaban lainnya dan saling melengkapi. Namun Muslim Spanyol adalah contoh yang nyata. Di sana Yudaisme, Kristen, dan Islam hidup harmonis dalam waktu yang sangat lama.

Lukisan abad pertengahan yang menggambarkan seorang Kristen sedang bermain catur dengan Muslim. Lukisan dibuat antara tahun 1251-1283, pelukis tidak diketahui. Sumber: Public Domain

Mari kita lanjutkan kembali pemaparan dari Michael Wolfe tentang peradaban Muslim Spanyol:

Selama tiga abad berikutnya (setelah kematian Abdurrahman I), pergantian para penguasa yang cakap dan para filsuf, cendekiawan, penyair, arsitek, penemu, dan musisi di lingkungan kerajaan ini memunculkan standar kebudayaan pada masanya.

Pada masa Ibnu Jubair hidup, kota Seville dengan bangga memamerkan lima ratus pemandian umum dan seribu masjid, dan Cordoba adalah kota terbesar di Eropa barat, dengan populasi tujuh ratus ribu orang, di mana para cendekiawan Muslim dan Yahudi saling mengajari di universitas yang bebas biaya.

Adalah suatu keanehan ketika suatu peradaban dapat hidup berdampingan dengan peradaban lainnya dan saling melengkapi satu sama lain, tapi dalam kasus ini, peradaban Muslim Spanyol adalah contoh yang nyata. Tempat itu menjadi situs untuk pertemuan yang paling bertahan lama dan intim di Eropa antara Yudaisme, Kristen, dan Islam.

Kebangkitan pemikiran filsafat yang dipicu pada periode ini, sebagian besar karya Aristoteles, Plato, Hippocrates, Galen, Ptolemy, dan Euclid yang “hilang” diperkenalkan kembali ke Eropa melalui terjemahan dalam bahasa Arab dan komentar-komentar dari para filsuf dan cendekiawan Muslim.

Peninggalan utuh dari kekayaan karya-karya terjemahan ini mungkin tidak akan pernah terselamatkan, tetapi pada dua poin, para ilmuwan modern setuju: karya-karya yang dihidupkan kembali di Spanyol Muslim memicu kebangkitan Eropa (Renaissance), dan aliran informasi semuanya berlangsung satu arah, yaitu dari perpustakaan Kairo dan Baghdad lalu ke perpustakaan Spanyol dan kemudian sisanya menuju Eropa. Para cendekiawan Kristen berbondong-bondong ke selatan untuk mendapatkannya.

Pada dekade kelahiran Ibnu Jubair, di Toledo saja, Robert of Ketton dari Inggris, Gerard of Cremona dari Italia, dan Hermann of Carinthia dari Austria, semuanya dapat ditemukan di sana sedang sibuk menerjemahkan ratusan karya klasik Yunani dari bahasa Arab ke Latin yang nantinya akan digunakan oleh para cendekiawan Eropa.

Sementara itu, penguasa Muslim Spanyol menjelajahi Levant[1] untuk mendapatkan lebih banyak bagi. Mari kita ambil salah satu contohnya, Hakim II (memerintah 961–976), mempekerjakan mata-mata di Mesir dan Suriah untuk memberinya informasi tentang keberadaan, bukannya emas atau selir, tetapi buku-buku langka dan terjemahan baru. Perpustakaan pualamnya di Cordoba mengkoleksi ribuan volume karya-karya tersebut.

Gelombang kekayaan kebudayaan ini mencapai puncaknya pada waktu sekitar kelahiran Ibnu Jubair. Tokoh-tokoh besar sezamannya di Iberia di antaranya termasuk mistikus Muslim ikonoklastik Ibnu Arabi dari Ronda (1165-1240), polymath Ibn Rushd dari Seville (1126–1198, disebut Averroës di Eropa), dan Musa Maimonides dari Cordoba (Musa bin Maimun, 1135–1204).

Lukisan wajah Maimonides, dibuat tahun 1744, koleksi milik Blaisio Ugolino. Sumber: Rambam Institute

Keberadaan Maimonides di sana yang pada karir awalnya dikenal sebagai pemikir Yudaisme terbesar pada abad pertengahan, menunjukkan sejauh mana konteks multikultural memang berkembang selama berabad-abad di wilayah Spanyol Muslim, yang mana bukan hanya menguntungkan Islam, tetapi juga agama-agama lainnya yang berada di bawah kekuasaan Muslim.

Tempat tinggal Ibnu Jubair di Granada lebih beradab dibandingkan dengan kebanyakan ibukota-ibukota lainnya di sebelah timur. Sebagaimana dijelaskan di dalam bukunya, dia seringkali terkejut melihat keserakahan dan ketidakadilan di tanah Kristen Eropa dan Arab Hijaz. (PH)

Bersambung ke:

Sebelumnya:

Catatan Kaki:


[1] Levant (diambil dari bahasa Prancis yang berarti pengungkit, atau “terbit”, seperti terbitnya matahari, yang maknanya adalah dari timur) secara historis artinya adalah negara-negara yang berada di sepanjang pantai Mediterania timur.

Penggunaan umum untuk istilah ini dikaitkan dengan Venesia dan usaha perdagangan lainnya dan pendirian perdagangan dengan kota-kota seperti Tirus dan Sidon sebagai hasil dari Perang Salib.

Levant juga dapat diartikan mencakup wilayah pesisir Asia Kecil dan Suriah, kadang-kadang membentang dari Yunani ke Mesir. Selain itu Levant dapat juga mencakup Anatolia dan sebagai sinonim untuk Timur Tengah atau Timur Dekat.

Selengkapnya lihat Encyclopaedia Britannica, “Levant”, dari laman https://www.britannica.com/place/Levant, diakses 28 Desember 2019.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*