Mozaik Peradaban Islam

Ibnu Jubair (4): Menuju Mesir

in Tokoh

Last updated on January 3rd, 2020 03:31 pm

Turun di Aleksandria, Ibnu Jubair bertemu dengan kereta unta tentara Kristen yang dibawa ke penjara. Mereka bukan sembarang tentara, ini adalah pasukan Reynald de Chatillon, seorang tokoh legendaris dalam catatan sejarah Tentara Salib yang melakukan praktik khusus untuk menyerang para kafilah haji.

Lukisan tentang Sultan Saladin bersama pasukannya yang melindungi para peziarah haji. Lukisan karya David Roberts (1796–1864), dibuat pada 27 February 1839. Sumber: Public Domain

Mari kita lanjutkan pemaparan dari Michael Wolfe tentang perjalanan Ibnu Jubair:

Pilihan-pilihan berikut ini (kutipan catatan perjalanan Ibnu Jubair yang nanti akan ditampilkan) termasuk kedatangan Ibnu Jubair di Mesir, keberangkatannya dengan kapal melalui Laut Merah ke Arab, dan masa tinggalnya ketika di Jeddah. Catatan itu dilanjutkan dengan kutipan dari masa tinggalnya selama delapan bulan di Makkah.

Dia berangkat dari Granada pada awal Februari 1183. Melakukan perjalanan bersama seorang teman dan seorang dokter, dia ikut naik kapal orang Genoa di Ceuta dan berlayar dengan awak kapal orang Kristen ke Mesir. Di jalur tersebut, seringkali terjadi badai, memakan waktu tiga puluh hari lamanya.

Sepanjang perjalanan, dia tampaknya lebih terkejut dibandingkan dari sekadar cuaca yang dia temui. Dengan pecahnya Perang Salib ketiga di Palestina, para tahanan dijual sebagai budak dari kedua belah pihak.

Dalam beberapa halaman, ketika berlabuh di Cape St. Mark di Sardinia (sekarang di Italia), Ibnu Jubair mencatat bahwa dia menyaksikan delapan puluh tawanan Muslim berdiri untuk dilelang di pasar. “Musuh,” tulisnya, “baru saja kembali bersama mereka (para budak) dari tanah Muslim.”

Di Mesir, di mana kutipan pertama catatan Ibnu Jubair dimulai, nasib para pihak yang bertikai terbalik. Turun di Aleksandria, Ibnu Jubair bertemu dengan kereta unta tentara Kristen yang dibawa ke penjara. Mereka bukan sembarang tentara, ini adalah pasukan Reynald de Chatillon,[1] seorang tokoh legendaris dalam catatan sejarah Tentara Salib yang melakukan praktik khusus untuk menyerang para kafilah haji.

Kali ini, anak buahnya telah dihentikan di suatu tempat yang berjarak satu hari perjalanan singkat ke Madinah oleh pasukan yang dikirim dari Kairo. Para tahanan yang ditemui Ibnu Jubair adalah tawanan dari ekspedisi yang gagal ini (menyerang kafilah haji).

Invasi Eropa ke Levant[2] berjalan seperti arus gelap yang melalui halaman-halaman catatan Ibnu Jubair. Melakukan haji dalam kondisi seperti itu tidak akan mudah. Untuk satu hal, rute utama trans-Sinai dari Mesir ke Makkah berjalan tepat melalui area penjarahan Reynald de Chatillon.

Sadar dengan situasi yang dihadapinya, Ibnu Jubair menuju Kairo, sekarang ia adalah ibu kota Suni (sebelumnya adalah ibukota Syiah Dinasti Fatimiyah, lebih lengkap baca: Dinasti Fatimiyah (1): Asal Usul), tempat dia menemukan Saladin[3] yang ternama sedang berkuasa.

Sultan baru orang Kurdi ini dengan jenius telah mengkonsolidasikan para peziarah, memperbaiki nasib mereka. Menyebut para peziarah haji ini sebagai putra dan putri jalur perjalanan, dia memberi mereka makanan dan menghapus pajak kota untuk mereka.

Semakin jauh bergerak dari ibukota, hal-hal yang lebih berbahaya semakin menjadi-jadi. Jika rute Sinai tidak dapat dilewati, alternatifnya — perjalanan sembilan hari ke selatan menyusuri Sungai Nil ke Qus di hulu Mesir, kemudian melalui darat melintasi pasir yang amat panas ke pelabuhan Laut Merah di Aydhab — tidak jauh lebih aman.

Setahun sebelumnya, Tentara Salib telah menyerang kereta para peziarah di luar Qus dan membantai banyak dari mereka. Ibnu Jubair tidak melihat pilihan lain. Dia melakukan perjalanan ke selatan dari Kairo dengan karavan unta. Meskipun dia mencapai pantai hidup-hidup, pelabuhan Aydhab ternyata menjadi lubang neraka, dan penyeberangan Laut Merah ke Hijaz begitu mengerikan. (PH)

Bersambung ke:

Sebelumnya:

Catatan Kaki:


[1] Reynald de Chatillon adalah seorang pangeran dari Antioch (sekarang bernama Antakya, berada di Turki), sebuah wilayah Muslim yang diduduki oleh orang-orang Kristen Eropa pada tahun 1098 pada Perang Salib pertama. Asal-usul keluarga Reynald de Chatillon adalah dari bangsawan Prancis.

Karena kejahatannya dalam merampok karavan-karavan Muslim, pada tahun 1187 dia ditangkap oleh Sultan Saladin, dan Saladin sendiri lah yang memenggalnya langsung di tempat. Selengkapnya lihat Encyclopaedia Britannica, “Reginald of Châtillon:

Prince of Antioch”, dari laman https://www.britannica.com/biography/Reginald-of-Chatillon, diakses 1 Januari 2020.

[2] Levant (diambil dari bahasa Prancis yang berarti pengungkit, atau “terbit”, seperti terbitnya matahari, yang maknanya adalah dari timur) secara historis artinya adalah negara-negara yang berada di sepanjang pantai Mediterania timur.

Penggunaan umum untuk istilah ini dikaitkan dengan Venesia dan usaha perdagangan lainnya dan pendirian perdagangan dengan kota-kota seperti Tirus dan Sidon sebagai hasil dari Perang Salib. Levant juga dapat diartikan mencakup wilayah pesisir Asia Kecil dan Suriah, kadang-kadang membentang dari Yunani ke Mesir. Selain itu Levant dapat juga mencakup Anatolia dan sebagai sinonim untuk Timur Tengah atau Timur Dekat.

Selengkapknya lihat Encyclopaedia Britannica, “Levant”, dari laman https://www.britannica.com/place/Levant, diakses 28 Desember 2019.

[3] Nama lengkapnya adalah Shalahuddin al-Ayyubi, di dunia barat lebih dikenal dengan sebutan Sultan Saladin. Selengkapnya lihat “Shalahuddin Al Ayyubi (1)”, dalam laman https://ganaislamika.com/shalahuddin-al-ayyubi-1/.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*